Aku dan Awal

28 7 27
                                    

.
.
.

"Tuan Putri, Anda sudah bangun?"

*

Itulah sebutanku kini, entah bagaimana tubuhku bisa berubah menjadi gadis kecil yang cantik dan imut ini. Memakai pakaian dan dikelilingi oleh benda-benda mewah pula. Ah, siriknya.

Tubuh yang kupakai sepertinya berusia 4 tahun, seorang putri, dan yang pasti anak ini kaya. Aku sering menjumpai para Maid yang hilir mudik menemaniku bermain, tidur, dan lain sebagainya. Aku sangat nyaman di sini, tak apalah bingung sebentar, aku hanya harus menikmati waktuku yang berharga ini.

Maid pavoritku adalah Michelle, dia satu-satunya Maid yang menyayangiku dengan sepenuh hati. Ah, bukan sok tahu, tetapi aku pernah mendapati dia yang membelaku saat Raja ingin memindahkan kediamannku ke Istana Empira-Istana yang sering ditempati para Selir dan keturunannya. Aku tidak tahu pasti masalahnya apa, tetapi melihat Raja bersikap begitu membuatku yakin bahwa masalah ini bukan hal yang sepele.

"Michelle, Nata ingin coklat." Sebenarnya aku tidak terlalu suka coklat, tetapi saat ini aku sedang kaya, aku bisa memakan apa yang kumau.

Michelle sering menceritakan kisah anak ini kepada diriku yang berada di dalam tubuh anak ini. Katanya, namaku Natalia Andreas Regatta. Putri dari Kerajaan Auntum di Timur. Nama Ayahku-Ah, maksudku Rajanya, yaitu Raja Herdic Regatta. Sebenarnya tidak ada yang berani memanggil namanya, dia seringkali dipanggil Yang Mulia Agung. Michelle tidak membahas banyak tentang Ibu anak ini, tetapi yang pasti Ibunya adalah Ratu yang telah meninggal. Rumit sekali keluarga bocah ini.

Di usiaku yang keempat tahun, aku sudah pandai membaca dan menulis, bahkan mengarang cerita yang sangat bagus. Para Maid mengatakan aku sangat cerdas karena keturunan dari Raja, menurutku omong kosong, bagaimana tidak cerdas, di dalam tubuh anak ini adalah orang dewasa.

"Michelle, Apa ini gambar Bunda?" tanyaku sambil memegang lukisan seorang wanita. Dia terlihat menatapku sedih, "Iya, Tuan Putri. Itu adalah mendiang Ratu, Bundanya Tuan Putri." Dia mengelus rambutku sayang.

Ah, apa mungkin dia berpikir si Putri ini sedih karena tidak bisa bertemu dengan Bundanya?

"Wah, Bunda cantik sekali. Apa Nata sama cantiknya dengan Bunda?" tanyaku lagi.

Aku tetap harus bersikap polos seperti anak kecil, agar tidak ada yang curiga bahwa aku bukan Putri yang asli.

"Tentu saja, Tuan Putri sangat cantik seperti Ratu, bahkan jauh lebih cantik dan bersinar," ujar Michelle.
"Kalau begitu, apa aku bisa bertemu dengan Ayah?"

Michelle terlihat bingung dan sedih, aku sudah tahu jawabannya tidak akan pernah bisa. Menurut rumor yang kudengar, Raja itu sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan, dia tidak pernah bicara pada siapapun kecuali jika sangat penting. Aku tidak bisa membayangkan betapa sunyi hidupnya.

"Nanti pada saatnya Tuan Putri akan bertemu dengan Yang Mulia Agung."

Aku bosan mendapat jawaban yang sama setiap kali kuutarakan perasaanku ingin bertemu dengan Ayah, aku hanya penasaran, bagaimana sosok Raja yang penuh dengan rumor tak baik itu?

**

Kicauan burung selalu terdengar setiap pagi, kejadian ini terus menjadi rutinitas sampai aku hafal kapan burung itu akan bernapas untuk melanjutkan kicauannya. Seperti biasa, Michelle akan memberikan ucapan selamat pagi dan kecupan hangat untukku, lalu menanyakan apa aku nyenyak semalam dan apa aku bermimpi buruk semalam. Tugasku hanya menjadi anak kecil yang selalu antusias saat menceritakan hal yang ia alami, jadi sangat mudah, kan? Selanjutnya, ritual mandi yang sangat memakan waktu, tetapi tidak masalah, toh aku tidak melakukan apapun. Para Maid yang melakukan semuanya untukku. Ah, senangnya.

"Michelle, Nata ingin main di luar. Boleh, ya?" Aku menatap dia dengan serangan binar imut dan lucu agar dia mengizinkanku.
"Ah, Tuan Putri aku tidak bisa tahan jika Anda terus melakukan tingkah imut seperti itu. Baiklah, aku akan mengizinkanmu."

Istana Netix-kediamanku sangat luas, rasanya butuh waktu beberapa hari melakukan penyelidikan sampai ujung istana ini. Ya, jika dengan kaki mungil ini.

Pekarangan, taman, dan semua hal yang indah sudah ada di sini. Aku sebenarnya tidak keberatan jika Raja tidak mau menemuiku, toh aku sudah punya apa yang kumau di sini, mengapa aku harus repot-repot menjaga sikap di depannya.

Aku menikmati segarnya angin yang meniup rambut teruraiku lembut, mendudukkan tubuhku di pinggir air mancur yang sesekali mencipratkan airnya pada wajahku. Ah, semenyenangkan ini menjadi seorang Putri Raja. Setiap hari yang kulakukan hanya bermain, makan, dan tidur. Meski sesekali belajar, aku tetap lebih puas dengan hal lainnya.

Michelle selalu memberikan mainan yang bersinar kepadaku, sepertinya seluruh isi Istana ini terbuat dari emas murni dan sedikit campuran berlian dan marmer putih. Ini sungguh sangat berkilau di mataku, rasanya ingin membawa semua ini ke kehidupannku yang lalu.

Sudah empat tahun sejak kelahiranku, sepertinya tempat kediamannku jarang kedatangan tamu. Paling pergantian Maid yang sudah berlebih umurnya.

**

"Tuan Putri, Anda harus cepat bergegas!" ucap Michelle terburu-buru.
"Kenapa Michelle?"
"Anda harus berganti pakaian, Yang Mulia Agung akan datang ke Istana ini."

Aku masih mencerna ucapannya, tetapi semua Maid sudah melakukan tugasnya. Saat aku sudah bersiap, Michelle berkata agar aku menjaga sikap dan menunjukkan semua kehebatanku. Aku tidak paham kenapa, tetapi Michelle sudah seperti Ibu bagiku, jadi aku akan berusaha untuk menuruti kemauannya.

"Yang Mulia Agung, masuk." Penjaga di pintu depan berteriak memberitahu bahwa Raja telah datang. Semua Maid telah berbaris menyambut kedatangannya. Aku masih berdiri kaku memandang sosok Raja yang baru pertama kali kulihat itu. Wajahnya sangat proporsional, tinggi, perawakannya sangat bagus, dan dia tidak terlihat menyeramkan sama sekali. Dia tidak terlihat seperti rumor yang beredar dikalangan Maid, buktinya dia tidak memakai pakaian mewah saat keluar dari Istananya.

"Cahaya bersamamu Yang Mulia Agung," ucap seluruh Maid yang ada di ruangan ini. Sedangkan aku masih tercengang, bahkan mataku tidak berkedip.

"Apa dia Putri itu?"
Astaga, suaranya menggelegar, penuh dengan karisma.

Michelle memberikan jawaban, "Benar, Yang Mulia."
"Tubuh kecil itu mampu membuat buku yang berguna untuk para menteri?" Dia tergelak dalam tawa, "mustahil," tempalnya.

Dia berjalan mendekatiku, menyamakan tingginya agar bisa melihat wajahku dengan jelas.
"Putri Natalia?"
"Y-ya?"
"Kautakut padaku?" tanyanya.
"T-tidak, Nata tidak takut. Ayah, kan, baik," ucapku sambil berlaga imut. Ah, sumpah aku ingin meruntuki semua ucapanku yang keluar tanpa dipikir tadi. Wajahnya terlihat tidak berekspresi, lalu dia melirik pada Michelle.

"Apa kau mengajarkan tata krama padanya?"
"Tentu Yang Mulia Agung, ampuni hamba jika ucapan Tuan Putri tidak sempurna," ucap Michelle sambil berlutut.

"Mulai besok, aku akan mengirimkan guru tata krama kerajaan terbaik, Michelle bawa semua berkas anggaran Istana ini yang perlu perbaikan. Selama perbaikan Istana, Putri akan ikut ke Istanaku."

Semua Maid tercengang mendengar Titah Raja, bagaimana tidak, Raja yang 2 tahun lalu ingin mengusirku dari Istana ini, kini seakan memberikan jalan untuk bisa duduk nyaman di istana utama?

.
.
.

Bersambung

Note :
Hallo para pembaca yang sangat kusayangi, aku sangat senang karyaku bisa dinikmati oleh banyak orang. Aku ingin kalian memberikan dukungan lebih untuk karyaku dr dengan cara vote dan sebagainya. Aku sayang kalian, terima kasih. 💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nuova VitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang