★☆ Part 4 He is Demon! ☆★

55.2K 4.1K 178
                                    

"Ms, Mr sedang sibuk sekarang, kau tak boleh masuk." tegur salah satu bodyguard di depan ruangan orang besar itu dengan menghalangi pintu menggunakan sebelah tangannya.

Clav mengerutkan kening, "Kapan aku bisa bertemu bos kalian? Aku punya berkas penting untuk diberikan padanya," ucap gadis itu, ia tahu bahwa salah tak mengatur jadwal pada Kanzie, secara ia adalah orang yang sibuk dan tak sembarang orang bisa bertemu dengannya.

Bodyguard itu belum sempat membuka bibirnya kembali, Zake datang dari belakang Clav lalu melihat gadis itu beberapa detik memastikan bahwa gadis ini yang dia tandai mempunyai masalah dengan Kanzie saat ia tak ada.

Zake membuka satu kancing bawah jasnya seraya melihat sang gadis di ekor matanya tak menoleh, "What are you doing, Ms? Bukannya rapat sudah berakhir? Ada perlu apa kau?"

Clav baru saja mengangkat berkas yang ada di tangannya dan ingin memberi penjelasan, suara mengelegar teriakan nyaring kesakitan seorang pria bergema di dalam sana membuat sang gadis tertegun. Ia menoleh pada pintu yang menjadi pembatas antar ia dengan seseorang di dalam sana.

"Ms?" tegur Zake sambil mengangkat sebelah alisnya, Zake mengode mata agar bodyguard itu membukakan pintu, ia yakin Kanzie sedang bersenang-senang di dalam sana. "You can come in if you want," ucap Zake dengan tersenyum miring lalu masuk mendahului.

Clav tertegun sebentar lalu beberapa detik kemudian ikut masuk dan pintu tertutup otomatis. Gadis itu terperangah melihat kejadian di depan sana membuat ia tercekat.

Qiel yang ia tahu atau yang dikenal Kanzie oleh orang terdekatnya sedang duduk di kursi kebesarannya seorang diri sambil menopang satu kaki dengan kaki yang lain, tangan kanannya ia gunakan untuk menopang pelipis yang ia letakkan di tangan kursi, sedangkan mata amber berkilau miliknya tertutup. Bukan posisinya saja yang membuat Clav tercekat, tapi pesona tubuhnya yang ia ekspose dengan tak memakai jas seperti di ruang meeting tadi dengan dasi yang tak ia pasang dan empat kancing atas kemeja hitam yang ia kenakan ia buka menampilkan perut sixpack miliknya mengoda mata.

Clav menelan saliva-nya lalu makin mengeratkan berkas di depan dadanya. Baru gadis itu menyadarkan diri agar berhenti berangan sosok itu yang sudah menjalar mengoda ke mana-mana, Zake berbisik sesuatu di telinga Kanzie yang masih menutup matanya.

Gadis itu baru ingin beranjak dari depan pintu untuk menuju Kanzie, ia lagi-lagi tercekat saat melihat seorang pria sedang berlutut di hadapannya yang ditahan oleh dua bodyguard di kanan dan kiri. Di depan pria itu sudah berserakan darah miliknya sendiri dari mulut dan matanya. Ia sangking terperangan oleh pesona Kanzie sampai tak melihat seseorang di depannya saat ia masuk tadi.

"Speak, Mr. Smith. I want hear something from your mouth," ucap Kanzie masih belum membuka mata, ia menyeringai miring di sebelah sudut bibirnya.

Satu bodyguard di sebelah kiri pria itu mulai meninju lagi wajah sang target sampai ia terpelanting ke depan dengan darah merembes dari bibirnya.

Uhuk! Uhuk!

Pria itu muntah darah di lantai, barulah Kanzie membuka matanya menampilkan iris amber indah yang ia miliki lalu menaikan dagu menatap arrogant orang itu. Matanya langsung menajam menunjukkan kebengisan tak mendasar, "Speak, or i will break your throat."

Austin Smiths, pria yang tertangkap akibat berbuat curang dan berkhianat pada Kanzie, ia terbopoh-bopoh berlulut kembali yang ditarik rambutnya oleh bodyguard yang baru memukulnya di hadapan Kanzie membuat ia mendongak.

Austin meringis saat merasakan sakit di daerah mata dan bibirnya menjalar ke seluruh wajah. "Apa yang ingin kau dengar, Kanzie? Bukan, 'kah sudah jelas kau menghabisi si bodoh Tomy itu beserta orangnya tadi pagi karena ia merebut aset perusahaanmu? Tenanglah, Kanzie. Kita bicara baik-baik--"

The Bringer of Destruction - [#BURNER 1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang