want to meet

434 56 14
                                    

Chapter 12: want to meet

◆◆◆

-Ahn Heejin

Setelah kejadian malam itu, sekarang aku tahu tujuan Jimin membuka cabang perusahaannya di Daegu adalah untuk mencariku. Terbukti, semenjak saat itu, aku mulai mendapatkan berbagai kiriman, mulai dari bunga, surat yang selalu berunjuk kepada permintaan maaf, coklat atau bahkan barang-barang lainnya. Dia akhirnya mengetahui tempat tinggalku dan dimana aku bekerja. Tapi seperti janjinya malam itu, dia tidak akan menemuiku atau memaksaku menemuinya jika aku tidak ingin. Jimin benar-bener tidak pernah menampakkan batang hidungnya lagi kepadaku setelah malam itu.

Semua barang kiriman Jimin aku simpan didalam kotak besar yang aku letakkan disamping lemari. Tak pernah aku sentuh lagi setelah kusimpan. Aku tidak tahu maksud Jimin apa kepadaku sekarang. Penyesalan? Kenapa baru sekarang, ada apa dengannya? Aku tidak ingin di cap sebagai perebut suami orang jika Jimin yang bersikap begini, sementara dia punya seorang istri di Seoul.

Aku tidak ingin menerima barang-barang pemberiannya, namun aku juga tidak tahu bagaimana cara menolak.

"Heejin-ah."

Aku menoleh, Taehyung memanggilku.

"Iya, Tuan Kim?"

Dia terkekeh, "tidak usah formal begitu, ini bukan tentang pekerjaan," ucapnya, membuat aku mengangguk.

"Ada apa?" Aku merubah intonasiku

"Ke ruanganku saja, ada yang ingin aku bicarakan," ujarnya, lalu setelah itu beranjak dari meja kerjaku.

Aku mengangguk, lalu ikut beranjak mengikutinya.

"Ada yang ingin bicara denganmu," ucap Taehyung, menyerahkan ponselnya padaku.

Aku mengernyit bingung, "kenapa lewat kamu?" Tanyaku heran, tapi menyambut ponsel Taehyung.

Taehyung mengangkat kedua bahunya, "tidak punya nomermu katanya,"

Aku mengangguk, lalu meletakan ponsel itu kesamping telinga.

"Halo?"

"Heejin-ah?"

Aku membelalakan mata saat mengenali suara siapa si penelpon. Aku menjauhkan ponsel itu dari telingaku, dan menatap Taehyung dengan penuh tanda tanya.

Taehyung menghela, "aku sudah katakan kau tidak akan mau bicara, tapi dia keukeuh ingin bicara denganmu," ujarnya, berbicara dengan pelan agar orang yang menelpon tidak mendengarnya karena panggilan masih tersambung.

Aku menghela pelan, lalu kembali meletakan ponsel itu ke telingaku.

"Ada apa?"

"Kau masih marah padaku?"

"Kenapa aku harus marah padamu?"

"Ya! Jika saja aku sedang tidak berada di Jepang sekarang aku akan langsung menemuimu. Kau marah padaku karena memberi tahu kebaradaanmu pada Jimin, geurae?"

Aku mendengus samar. Perkataan Mina tidak sepenuhnya salah. Aku memang kesal padanya karena sudah memberi tahu keberadaanku yang aku sembunyikan selama ini kepada Jimin. Entah apa maksud dia. Kenapa sekarang dia malah berpihak pada Jimin?

"Heejin-ah, kau harus tahu satu hal. Jimin tidak pernah menikahi siapa pun selama ini," ucap Mina, yang membuat aku terdiam kaget.

"Jangan bercanda," kataku, tidak percaya.

Thank you •Pjm ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang