"Péngyǒu shì xīnlǐ de yīgè bǎowù.
(Teman adalah hadiah untuk hati kita)"-Zhang Xiao Lin-
🌻
Meski dengan susah payah Xiao Lin pergi ke kampus karena kakinya masih sangat sakit, tapi dia benar-benar bersemangat. Ia tidak sabar untuk segera belajar dan kembali merancang busana untuk tugas kampusnya.
Bagi Xiao Lin merancang dan menjahit pakaian adalah bagian dari hidupnya. Dan lagi, jika hanya luka sobek dan keseleo saja tidak akan memudarkan semangat belajarnya.
"Xiaoxiao sini."
Sebuah suara membuat fokus Xiao Lin mengarah pada satu titik, tempat dimana Hyang Gi duduk sekarang. Benar, dia sekarang berada di kelas.
"Sini duduk," Hyang Gi menepuk kursi kosong di sampingnya.
"Aku telat gak sih?" tanya Linlin sambil celingukan khawatir karena keadaan kelas yang sudah ramai.
"Gak kok, kelas dimulai 10 menit lagi. Mahasiswa disini emang gitu, udah stand by belasan menit sebelum kelas dimulai. Yah paling pada mau ngobrol dulu hhahah."
"Oh gitu," Xiao Lin mengangguk-angguk
"Oh iyaa. Kenalin, dia Park-"
"Nihao Linlin, Wo de mingzi Park Xiyeon (Hallo Linlin, nama saya Park Xiyeon) "
"Nihaoo. Wo de mingzi shi Xiao Lin. Linlin"
Begitulah para gadis China itu saling mengobrol riang menggunakan bahasa Mandarin. Mereka sepertinya sampai lupa jika ditengah-tengah mereka duduk seonggok manusia bernama Hyang Gi yang mulai pusing dengan pembicaraan antara Xiao Lin dan Xiyeon.
Hyang Gi berdeham pelan sambil mengetuk-ngetuk pulpennya ke meja "Ekhem. Iya deh ngobrol aja terus berdua. Dunia ini milik kalian kok, yang lain cuman ngontrak"
Sadar akan sindiran, Xiyeon dan Xiao Lin yang masih asyik mengobrol langsung meringis malu dan merangkul Hyang Gi sambil tersenyum.
"Maaf kamu gak ngerti yah kita ngobrol apa? " kata Xiao Lin
"It's okay, i'm enjoy with my bolpoint. Right dude?" ucap Hyang Gi sambil mengangkat pulpen birunya di depan wajah.
"Kasihan nih anak, baru juga ditinggal ngobrol bentar tapi mentalnya udah terganggu," celetuk Xiyeon pelan.
"HEH! Enak aja. Gue tuh-"
Hyang Gi mendadak diam sembari membenarkan poninya dan duduk dengan anggun sambil sibuk pamer barisan gigi rapihnya.
Xiao Lin dan Xiyeon saling berpandangan bingung setelah kemudian mengikuti arah pandangan Hyang Gi yang lurus ke depan.
Ternyata di mimbar sudah ada Bomin dengan beberapa berkas absen mahasiswa di tangannya.
"Harusnya udah gue duga kalo pawangnya Gigi muncul," Xiyeon berdecak.
"Jangan berisik!" Hyang Gi misuh-misuh pelan.
"Selamat siang teman-teman," sapa Bomin dengan senyum khasnya yang langsung di jawab serempak oleh semua mahasiswa yang hadir.
"Siang"
"Hari ini Dosen Ji yang akan mengajar kita, tapi karena beliau masih berada dalam perjalanan maka saya akan mengabsen kalian terlebih dahulu," tuturnya dengan lembut. Benar-benar pembawaan yang bagus dan cocok sekali dengan statusnya sebagai asisten dosen.
Satu persatu nama di panggil dan diperiksa kehadirannya. Kini hanya tersisa nama Linlinlah yang belum dipanggil. Entah kenapa gadis China itu merasa gugup. Mungkin ini bukan lagi sekolah menengah, yang mana saat ada anak baru akan digiring kedepan kelas dan memperkenalkan diri, tapi tetap saja Linlin merasa gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love || LHC🌻HRJ
Fanfiction"Aku tidak mengerti kenapa kau sangat benci, keras, dan kasar padaku. Tapi aku yakin, sekeras apapun sebuah batu, jika ditetesi air terus menerus maka batu itu lama kelamaan akan berlubang dan pecah. Terimalah ketulusanku, Lee Donghyuk. Kumohon" -Zh...