Chapter 2 [Keinginan dan Perasaan]

44 4 0
                                    

Aku sampai di penginapan dengan napas tersengal-sengal gara-gara berlari dari jalan Meader hingga ke Melton Dale seperti orang gila. Aku melihat jam dinding di ruang tamu penginapan menunjukan jam 18.36. Itu berarti aku telat 6 menit.

Didepanku sudah berdiri Misa sambil menyilangkan tangannya.

"Hey, Kak Ai...kau terlambat 6 menit!!" katanya dengan memasang senyum sinis.

Sial, dia pasti akan memberi tahu Ira soal ini.

"Hm~... Sepertinya akan ada orang yang tidak makan hari ini, fufu~" katanya sambil tertawa sinis.

"Ayolah Misa... Aku kan baru telat 6 menit!"

"Eits... Tidak boleh! Sekali telat, tetap telat." katanya sambil mengoyangkan jari telunjuknya kearahku.

"Ugh..."

Jika diteruskan seperti ini, aku benar-benar harus puasa hari ini dan aku tidak mau itu. Terpaksa aku harus menggunakan cara lama. Aku merogoh-rogoh sesuatu di kantung belanjaku.

"Tunggu sebentar Misa!" kataku memanggil Misa yang hendak pergi ke dapur.

"Huh?...Apa?" tanyanya sambil membalik badan. "Kalau kau mau memberi alasan, itu tidak akan bekerja padaku. Mungkin Kak Ira bakal percaya, tapi aku tidak!" katanya dengan nada sombong.

"Asal Kak Ai tau saja... Aku ini adalah orang yang---"

Aku mengeluarkan daging panggang dari kantung belanjaku, lalu menunjukkannya kedepan muka Misa. Bau daging yang baru saja dipanggang dan dibumbui dengan lezat itu tercium di seluruh ruangan. Daging yang digoreng matang dan mengkilap setelah digoreng dengan minyak cukup membuat mulut Misa meneteskan air liurnya.

"Kau tau?... Daging panggang di kota ini sangat lezat!" kataku sambil tersenyum menyeringai.

Melihat Daging panggang didepan matanya, wajah Misa berubah seperti orang kelaparan dan matanya mulai berbinar-binar. Misa memang suka sekali makan daging.

(Bagus! Ini berhasil...)

"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan, Misa?" Senyumku makin melebar ketika melihat Misa mulai memegang perutnya sambil menatap daging di tanganku.

"A-a-apa maumu?..." tanyanya padaku.

"Bagaimana kalau begini, kau harus tutup mulut tentang aku yang telat tadi." kataku. "Dan sebagai gantinya kau bisa mendapatkan daging enak nan lezat ini."

Misa diam untuk beberapa saat. Dia menatap mataku dan daging ditanganku berulang-ulang kali

"Ughh... Baiklah, baiklah, Aku setuju!" kata Misa. "Se-sekarang berikan daging itu!"

Aku hanya tertawa melihatnya, lalu menyodorkan daging panggang dan sekalian dengan daging mentah yang kubeli tadi itu ke Misa dan dengan cepat, ia mengambil daging itu dari tanganku kemudian memakannya. Dengan santai, ia berjalan ceria menuju ke dapur untuk melanjutkan memasak bersama Ira.

"Fuuh~...Aku selamat." gumamku sambil mengelap keringat di dahiku.

Aku bersyukur karena aku membeli 2 daging tadi dan bukannya 1. Kalau tidak, mungkin aku akan kelaparan hingga besok.

Ketika hendak bersandar di tembok untuk mengembalikan napas  aku habiskan saat berlari tadi, aku merasa sedikit sengatan perih di lengan kananku sesaat setelah menyentuh tembok itu. Aku mengaduh pelan, dan melihat ke arah lengan kananku

"Ow!... Uh.... Kurasa otot bagian bawah lenganku robek sedikit..." gumamku pelan pelan. Luka itu cukup besar. Walau lukanya sudah hampir tertutup, tetap saja akan susah bergerak seperti ini. Apalagi saat aku berlari tadi, lukanya terbuka kembali dan menjadi sedikit perih.

The Guardians : War Between RealmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang