01

4 1 0
                                    

"Zoya, kemarilah" ucap bibiku, Ibunya Faro.

"Iya bunda. Sebentar" tetapi aku memanggilnya ibu, karena dia sudah ku anggap dia sebagai ibuku sendiri.

"Ada apa bun?"

"Tidak, karena sekarang weekend, apakah kau tidak ingin pergi berlibur? Kau selalu saja dirumah, jika bukan pergi ke sekolah. Apakah kau tidak bosan?"

"Tidak bun, aku sangat suka di rumah untuk membantumu. Aku tidak suka keluar, disana sangat ramai. Dan aku benci keramaian"

"Jangan pernah bilang begitu nak, kau harus melihat dunia luar. Jangan seperti anak ayam yang mengikuti induknya" ucap ibuku sambil terkekeh

"Ah, yasudah nanti siang aku akan mencoba untuk pergi keluar"

"Ya, itu harus. Dan ditemani oleh Faro"

"Hm terserah bunda
saja. Aku akan mandi dulu" ucapku sambil mencium pipi ibuku dan pergi ke atas untuk melaksanakan ritual mandiku.

Aku berjalan di tangga, sejenak aku memutuskan untuk mampir dulu ke kamarnya kak Faro untuk mengajaknya pergi nanti siang.

"KYAAAAAA"

Dengan sigap dia menjatuhkan handuknya, akibat ulah teriakan ku yang begitu keras.

"ASTAGAAAAA KAK FAROOO"

Aku menutup wajahku dengan tanganku, sungguh betapa sialnya aku melihat tubuhnya tanpa dibaluti apapun.
Mataku sudah ternodai astaga mataku sudah tidak suci lagi. Ya tuhan maafkan aku, aku tidak sengaja melihatnya.

"Aww" ucapku sambil meringis.

"Kenapa kak Faro mencubit telingaku" ucapku lagi ketika aku membuka mata, dan dia sudah memakai pakaian lengkapnya.

"Hei, kau sendiri yang salah. Mengapa tidak mengetok pintu dulu adik sialan" ya itulah sifat asli kami, yang selalu saling memaki.

"Biasanya juga begitu, kakak perjaka tua"

"Hei bisa bisanya kau memanggilku seperti itu adik sialan" ucapnya sambil mengeraskan cubitannya di pipiku.

"BUNDAAAA" ucapku sambil berteriak.

"Diam kau! Atau aku akan menidurimu" sejenak aku langsung bungkam. Dia berkata begitu? Itu membuatku sangat takut.

Dia semakin mendekatiku, aku berjalan mundur sampai aku sampai di ujung tembok. Aku tidak bisa kemana mana dia menahanku dengan kedua tanganya. Matanya melihatku dengan serius. Ya tuhan aku harus bagaimana, ini sangat menakutkan dari pada film horor yang sering aku tonton.

"Bwahahahaha" seketika aku tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.

"Kau mau ngapain Fero?" ucap bunda sambil menjewer telinganya.

"Ah bundaa, kau mengacaukan saja rencanaku" ucapnya sambil meringis kesakitan.

"Rencana apa hah? Sekarang kau mulai mesum heh? Belajar dari siapa kau?"

"Tidak bunda, aku hanya mengerjainya saja, hanya itu" ucapnya sambil memelas

"Benarkah? Kau tidak berbohong? Awas saja jika kau berani macam macam dengan anakku"

"Hei bunda, aku juga anakmu. Kau melupakan itu?"

"Ya, kau adalah anak yang durhaka"

"Bwahahahaha" seketika aku kembali tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya.

Sampai tidak sadar aku tertawa sendirian dan melihat di depanku ada 3 orang yang sedang melihatku ya disana juga ada ayahnya Faro sekaligus ayahku juga. Mereka melihatku dengan tatapan bingung. Aku jadi malu sendiri.

"ke-kenapa?"

"kenapa ka-kalian melihatku seperti i-itu?"

1 detik
2 detik
3 detik

"Bwahahahaha" mereke bertiga tertawa.

Mereka menertawakanku? Astaga bodoh. Dasar bodoh! Memalukan sekali.

"Kenapa kalian tertawa?" ucapku jutek

"Tidak kau lucu saja Zoya" ucap ayahku disela tawanya

"sudah sudah, sekarang bunda mau bertanya. Mengapa kau berteriak Zoya?"

"Tadi aku pergi ke kamarnya kak Faro, dan kak Faro tidak memaka..." tiba tiba kak faro menginjak kakiku
"Aww" dia memelototi ku, ingin aku congkel saja kedua matanya.

"Memakan makanannya bun" ucap Faro sambil cengengesan

"Benarkah? Yasudah sekarang kalian siap siap bukannya kalian akan pergi keluar?

"iya bunda, sekarang bunda dan ayah kebawah ya" ucap fero sambil mendorong orang tuanya pergi kebawah.
Dasar anak durhaka!

Aku berjinjit untuk meninggalkan kamar kak Faro, bisa bisa aku dimakan binatang buas hari ini. Dan baru saja 4 langkah tiba tiba..

"Mau kemana kau adik sialan?"

"Hei kakak ku yang perjaka tua, kau tidak dengar barusan aku akan mandi untuk pergi keluar"

"Yasudah sana, aku akan menunggumu setengah jam dibawah, jika kau lama aku tidak akan segan segan meninggalkanmu"

" Ya, ya, ya. Baiklah, okelah kalau begitu, okelah okelah okelah...." ucapku sambil berjalan meninggalkan kak Fero si perjaka tua itu.

Itulah hangatnya keluarga ini. Aku sangat menyukai mereka. Aku sangat bahagia berada disini. Dan kalian jangan salah paham dengan sifat kak Faro yang sangat menjengkelkan itu. Dia begitu hanya gurauan semata, itu hanyalah leluconnya saja. Aku dan dia memang musuh. Musuh bebuyutan dari dulu. Sifat itulah yang membuatku tidak canggung mengahadapi keluarga ini. Mereka menerimaku apa adanya. Dan aku sangat.. Sangat bahagia....

______________

Rinuncia a teTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang