21. Eccendentesiast

35 4 0
                                    

seketika aku ingat dulu,
sepulang Ibu bekerja
aku menyambutnya riang

sekuat tenaga berlari kencang
tanpa sengaja tersungkur aku terjatuh
menangis aku lantang karena luka lututku; meringisku
ia lalu mengangkat tubuh mungilku

"jangan menangis!" ucapmu berusaha tenangkanku
sedari belia aku sudah diajarkan cara agar tak tunjukkan kesedihan pada semua orang

jika tersembunyi lara,
di balik rona ceria
apa aku berdusta?

mereka mulai bermain dengan sebuah hipotesa;
membuat kesimpulan dari apa yang selama ini mereka lihat
tak inginkah mereka merangkulku lebih dekat?

dengan tersenyum lugu,
aku berhasil menipu
apakah baik bila terus hidup seperti itu?

"jangan menangis!" ucapanmu kembali ingatkanku
kala mereka yang kupercaya menjauh pergi
sebab bait puisiku tak mereka pahami

kubawa sendiri serpihan luka dan juga cerita
yang tak pernah didengar dan tak ingin terdengar
sejak saat itu kupastikan aku baik-baik saja

(29 Juni 2020 --- c.a 11.20 wib)

PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang