Prolog

79 17 18
                                    

Df
Mbaaa.. Aku main ke rumah ya.

Ayokla bosan juga aku di rumah.

Otw,  mba nunggu di depan ya

Siaap bosquuu


Tinska Veila, kelas XII jurusan IPA di SMA Estiv Utama, dengan tinggi hanya 150cm, BB 47kg, hidung pesek, rambut smoothing-an. 
Gerakan lincah nan heboh.

"Mbaaaa"
"Iyaaa bentar dap"
"Aku masuk yaa"
"Ho'oh"

Anak laki-laki berusia 16 tahun, kelas X, yang berarti adik kelas Tinska. Namanya Daffa Rosikh Ardani .
Rumah mereka hanya dipisahkan oleh 2 rumah lainnya.
Orangtua mereka yang sama-sama mengajar di SMP Nusa Dua membuat mereka menjadi akrab.
Bahkan dari Tinska TK, mereka sudah dekat. Dia juga sering ikut jemput Tinska dulu, Tinska sering memamerkan mainan ke Daffa sampai-sampai orangtuanya bilang pada Tinska,
"Jangan ditunjukin mba, nanti Daffanya mintak", Tinska hanya menjulurkan lidahnya pada Daffa.

"Nge-Live yok" Ajak Tinska
"Mabarlaahhh"
"Live! Titik"
"...."
See?
Dia sangatlah baik pada Tinska,
Selalu mengalah.
Daffa terlalu dingin pada orang baru, tidak banyak bicara.
Tapi beda cerita jika pada Tinska, Daffa sudah sangat bebas.
Mereka juga sering bermain jika hari libur.
Walaupun Tinska belum mandi namun  Daffa sudah duduk di ruang tamu.

"Udah berapa mbak yang nonton?"
"Em... Lima ni"
"Dikit nian, mabar ajalah" Rutuk Daffa pada Tinska.
"Ga!"
"... "
"Hai... Nelanda"
"Hai... Bg Rozi" Ujar Tinska menyapa penonton.
“Hai... Bg Reiza”
“Lagi ngapain uy” tanya Tinska pada penonton live-nya, sok akrab.
Daffa pindah posisi duduk di sebelah jendela, membuatnya tak terlihat di kamera.
“Is... Sinilah, ngapa sih?!" Tanya Tinska kesal.
Sedangkan Daffa hanya tertawa melihat Tinska yang geram padanya.

Tinska menyelesaikan live-nya.

Sekarang mereka sedang bermain game, mobilegend.
"Mba tau ga, yang tadi mbak panggil abang itu siapa? " Tanya Daffa pada Tinska.
"Hah? Lo kenal?" Tanya Tinska.
"Dia kawan seangkatanku" Jawabnya sambil menahan tawa.
".... "
Hening. Tinska sudah tidak tahu lagi harus meletakkan wajah cantiknya itu di mana.

Menurut Tinska, menjaga image itu sangat penting, terutama di hadapan adik kelasnya, kecuali Daffa.

"Is... Benci banget sih parah, malas lah!" Teriak Tinska pada Daffa dengan wajah ditekuk. Dia membanting gadget-nya ke meja.
"Ngambek-an" Ejek Daffa,
"Lo ngapa ga bilang sih! Bikin malu tau ga!" Ucap Tinska masih menggebu.

Ya beginilah mereka. Tinska selalu teriak, tak sadar usia dan tempat, dan Daffa? Dia selalu sabar menghadapi sikap Tinska.
Bahkan, ketika Tinska TK, dia mencoba duduk menyamping pada motor Om Mario. Daffa selalu memperhatikannya.
"Pegangan mba, awas jatuh" Kalimat itu diucapkan Daffa berulang kali.
Tinska yang jengah menjawab, akhirnya tidak merespon ucapan itu.

"Gue chat aja kali ya?" Tanya Tinska pada Daffa.
"Ngapain?, gausah" Mata Daffa masih menghadap ke handphone-nya, namun dahinya menekuk, menandakan dia tidak suka.
"Ya biar dia ga kegeeran lah," Sentak Tinska.

Za, sorry ya
Gue tadi ga tau kalo lo adik kelas gue,
Gue kira lo bukan anak Estiv Utama, makanya gue panggil abang.

"Udah gue chat. "
"

Bisa ga sih ga usah pake lo-gue! " Sentak Daffa.
Tinska dan Daffa sudah membuat perjanjian akan menggunakan aku-kamu jika mereka berbicara. Namun Tinska mudah lupa, apalagi ketika emosi.
"Ya maap, aku lupa" Nyali Tinska ciut, jika suara Daffa meninggi.
"Mba bilang apa?" Tanya Daffa yang sudah netral.
"Ya gue minta maaf lah"
"Udah dibales?"
"Belum ni, dia udah off"
"Ooo, ayok mabar lagi" Ajak Daffa.
"Gasss!!!" Teriak Tinska semangat 45.

Sudah 20 menit berlalu, tak ada kabar terbaru dari sang pemilik akun.
'Ngartis banget sih ni bocah, masih kelas 10 aja sok bener' Batin Tinska.
"Ngapa to? " Tanya Daffa melihat perubahan mimik Tinska.
"Reiza tu gimana orangnya? Sombong? Sok nian keknya" Tanya Tinska menggebu.
Daffa hanya menggelengkan kepala, dia tau sifat Tinska jika chat-nya tidak direspon.

Ting!!!

Heyooo!
Jangan lupa tinggalkan jejak:)
Dan Ikuti kelanjutannya☘

@kristin.apriliaa

Imanku dan ImanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang