[4.] Bolos

76 23 6
                                    

Saat ini Jiyana sedang menunggu Justin untuk pulang bersama di dalam mobil. Tak lama setelahnya Justin datang dan masuk ke mobil itu, lantas Jiyana menoleh ke belakang seraya memberi kode pada Jeka untuk mengikutinya. Mobil yang dibawa oleh supir itu pun melaju menuju tempat les Jiyana, sebelum mengantar Justin ke tempat lesnya yang beda tempat.

"Sialan, tuh laki-laki siapa coba main masuk aja ke mobil Jiyana?" Batin Jeka.

25 menit kemudian, mereka sampai di tempat les Jiyana, sebenarnya hanya butuh waktu 15 menit saja tapi karena kena macet jadinya mereka tiba lebih lama.

"Pak, nanti tidak usah jemput aku yah" kata Jiyana kepada sang supir.

"Loh, kenapa kak?" Tanya Justin yang sedang memainkan ponselnya.

"Nanti aku pulang sama temanku"

Justin menaikkan alisnya, "Teman? Kak Ayunda?" Karena tidak mau membuat Justin bertanya lagi, Jiyana mengangguk, "Iya, udah kamu berangkat sana!"

Justin mengangguk lalu menyuruh sang supir menjalankan mobilnya, "Hati-hati pulangnya kak!"

Jiyana melangkah pura-pura masuk ke dalam tempat lesnya, setelah melihat mobilnya makin menjauh lantas dia melangkah mundur.

"Udah main petak umpetnya?" Ujar Jeka menatap datar Jiyana.

Jiyana berjalan mendekati motor Jeka, "Ini juga kan karena kamu!"

"Lagian lebay banget sih, bolos sehari gak bikin bodoh"

Jiyana hanya diam mendengarnya, "Kamu mau ajak aku jalan kemana?" Tanyanya.

Jeka kembali memasang helmnya, "Udah ikut aja" titahnya. Jiyana diam dan melihat jok belakang motor Jeka, "Kenapa diem aja?" Tanyanya lagi.

Melihat keterdiaman Jiyana, Jeka baru tersadar. Dia membuka jaketnya dan memberikannya kepada Jiyana, "Pakai itu" katanya.

Jiyana tersenyum dan segera menggantungkan jaket itu di menutupi pahanya, "Terimakasih" katanya lalu naik ke motor Jeka.

Jeka mulai melajukan motornya dengan kecepatan sedang, "Jeka, jangan kencang-kencang yah" ujar Jiyana berpegangan pada ujung baju Jeka karena takut terjatuh.

Tidak puas melihat pegangan Jiyana pada bajunya, lantas dia mengencangkan motornya membuat Jiyana terlonjak hingga terpaksa memeluk pinggang Jeka.

"Jeka!!!" Teriak Jiyana membuat seulas senyum dibibir Jeka yang tertutup helm itu. Jiyana menutup matanya takut saat Jeka mengencangkan laju motornya.

Tak lama mereka sampai di sebuah toko mainan. Jeka memarkirkan motornya, "Betah banget yah meluknya!"

Jiyana tersadar dan langsung melepaskan pelukannya lalu turun dari motor, "Kamu mau bikin kita kecelakaan yah! Kan aku udah bilang jangan ngebut kaya gitu!" Omelnya.

Bukannya merasa bersalah, Jeka malah mengulum senyumnya, pikirnya Jiyana saat mengomel sangat menggemaskan.

"Kenapa kamu malah senyum-senyum kaya gitu?" Heran Jiyana.

Jeka berdehem sejenak untuk mengontrol wajahnya, "Pengen aja senyum, suka-suka gue lah"

Jiyana mengangguk acuh, pikirnya Jeka ini memang laki-laki yang aneh. Dia pun mengedarkan pandangannya pada toko di hadapannya itu, "Kita ngapain ke toko mainan?" Tanyanya.

"Ya mau beli mainan lah, masa mau makan"

Jiyana cemberut, "Aku kan nanya"

Jeka mengacak rambut Jiyana gemas, "Lagian pertanyaannya gak bermutu banget! Ayo kita masuk" ajaknya.

EIGHT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang