4. Kejadian

1 1 0
                                    

"Ughh." Leguhan terdengar dari mulut kecil Zivana.

Yang ia lihat pertama kali adalah wajah tampan sang Devanio. Yang notabenya sekarang adalah suaminya ralat. Calon suami, memang benar kan dia sekarang?

Zivana segera ke kamar mandi, menjalankan Sholat Subuh. Tak lupa, ia membangunkan Devanio, tapi setelah ia mandi dan berwudhu. Ia melangkahkan kakinya kearah wc, sebelum leguhan terdengar dan panggilan untuknya.

"Zizi, bareng sama aku sholat nya ya." Ucapnya seraya menguap. Dan mendudukkan diri. Di tepi tempat tidur.

Zivana mengangguk dan melanjutkan langkahnya ke dalam WC.

Sesudah Itu mereka melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, Zivana segera ke dapur untuk memasak. Walaupun ia tidak terlalu bisa memasak, tapi ia tau sedikit dari sang mama.

Devanio turun dengan handuk yang ia pikirkan ke lehernya, dan mengeringkan rambutnya yang basah. Ia belum memakai baju seragam, karena waktu masih menunjukkan pukul 05. 37 pagi.

"Masak apa hm?" Tanyanya sembari duduk di meja makan yang tersedia.

"Ini, masak nasi goreng tambah sosis tambah sayur juga. Sama, perkedel. Kan belum belanja kan?" Jawabnya tanpa menolehkan pandangannya sama sekali.

Devanio tersenyum penuh arti, ia tidak menyangka bahwa gadis kecil yang selama ini ia tunggu, ia nanti, dan nama gadis yang selama ini selalu ia sebutkan dalam pertengahan malam.
Ia memang playboy tapi, ia tidak pernah menyentuh mereka. Hanya mengajaknya berkencan dan besoknya ia putuskan.

"Nio, aku mau berhijab." Ujarnya dengan senyum.

Devanio langsung merekah, ia tersenyum lebar mendengarnya. Ia mengacak rambut pelan. Ia bergegas ke kamar untuk memakai seragamnya, dan dengan segera turun kebawah untuk menyantap makanan sedap.

"Aku ke kamar dulu yah. Mau ganti baju." Pamitnya dan berlalu untuk pergi ke kamar.

Devanio mengangguk, dan langsung menyantap makanan yang dibuat Zivana. Matanya membulat, ia sungguh senang dan terkejut saat ini. Sangat enak! Makanannya sangat enak! Bahkan ini melebihi ibunya,katakanlah ia lebay. Tapi memang benar keadaanya.

Zivana turun dengan menggunakan hijab dikepalanya, dan kedua ujung yang ia tutup untuk menutupi bagian dadanya.
Devanio menoleh kearah Zivana dengan takjub, mengingatkannya pada memori pertama mereka bertemu.

FLASBACK 1 ON.

"Sayang, kamu mau ikut mamah sholat atau duduk disini sama temen temen yang lain?" Tanya seorang wanita paruh baya. Yang diketahui adalah Santi.

"Aku disini aja deh mah, aku mau liat yang lain kembang api disana." Jawab sang gadis kecil seraya memakan permen kapas.

"Yaudah, jangan deket deket yah. Mamah kedalam dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Yap gadis kecil itu adalah Zivana. Ia menunggu orang tuanya dengan duduk di tepi masjid,dengan bershalawat ria.
Seketika ia terkaget dengan tepukan pelan di bahu kirinya.
Pandangannya berganti ke samping, siapa itu?

"Hallo, aku boleh disini nggak?" Tanya sang anak.

"Boleh kok, sini duduk sama aku."

"Kamu sendirian disini? Nungguin bunda sama ayah ya?" Tanyanya.

Kening Zivana mengerut. "Bukan Bunda sama Ayah, tapi mamah sama papah." Ucapnya seraya mengigit permen kapasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEVANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang