3. Canggung

2 2 1
                                    

"TETEH, UDAH SIAP BELUM? CEPET!" Teriak sang mama dari bawah.

Zivana hanya memakai dress sebatas lutut, dan rambut yang ia kincir kuda. Ia memakai sepatu but khusus wanita yang hitam. Ada sedikit hak tinggi, jujur saja. Zivana tidak nyaman memakai sepatu hak tinggi yang menurutnya sangat menyusahkan.

"Iya mah, ini udah siap." Jawabnya seraya menuruni tangga.

"Cantiknya. Dasar emang." Gelak sang mama. Zivana hanya tersenyum.

"Yang mau ketemu jodohnya inilah semangat." Ledek Rusdi. Santi dan Zivana terkekeh.

Zivana dan kedua orangtua nya berpamitan kepada Zelda dan penjaga rumah. Lalu, mereka segera pergi berangkat memakai mobil.

^^^

"Eh san, meni makin lengket aja nih." Gurau Indah.

"Ahh, gini aja aku mah. Umur dah umur." Kekehnya.

Tatapan Indah melihat kearah Zivana yang sedari tadi hanya diam. Andra sang suami melihat Zivana, lalu mengajaknya duduk.

"Ehh san, ini Zivana?" Tanya Indah. Santi mengangguk.

"Astagfirullah, cantik banget. Gak kerasa ya udah gede aja." Kekehnya. Zivana hanya tersenyum kikuk dan duduk.

Matanya mencari sosok Devanio. Kemana dia? Apa dia gak ikut?

"Nana mau makan gak? Nyari anak tante ya? Bentar lagi juga dateng. Biasa, ke rumah temannya dulu." Ucapnya. Zivana hanya mengangguk dan memainkan ponselnya.

"Maaf ya mih, macet tadi." Ucap cowok itu sopan.

Zivana mendengar suara nya lantas hanya tersenyum dan yang lain pun mengangguk.

"Nah, ini San. Ini Devanio." Kenal Indah.

Santi melihat Devan dengan tatapan kagum. "Ya Allah, meni kasep. Dulu mah masih kelas 4 sd ya ketemunya. Udah besar lagi." Ucap Santi penuh semangat.

"Udah udah, mah, Indah, Andra. Sekarang aja ya?" Ucap Rusdi menengahi.

Mereka semua mengangguk, jika pasangan yang lain akan gugup dan menolak perjodohan, tetapi mereka berdua tidak. Mereka malah menyetujuinya, karena mereka tidak akan egois. Dan mereka menyetujuinya, karena mereka tau. Ucapan sang ibu akan berguna bagi masa depan, kecuali yang buruk.

"Jadi, Zivana akan dijodohkan sama anak om ya." Ucap Andra. Zivana mengangguk dan tersenyum, begitu pula Devan.

"Gimana Na? Kamu mau kan dijodohin sama Anak tante?" Tanya Indah. Zivana menoleh kearahnya, lalu beralih ke Devan.

"Nana gimana Devan aja tan." Jawab Zivana canggung.

Indah berbalik menatap Devan, dengan tatapan memelasnya. "Gimana Devan? Kamu mau kan?" Tanya sang mama dengan wajah yang memelas.

Devanio menoleh kearah Indah yang menatapnya penuh harap, ia tentu saja tidak akan membuat mereka kecewa.

"Iya mih, Devan mau." Jawab Devan dengan tenang.

Kedua keluarga itu menghela nafas lega. Akhirnya mereka bisa menyatukan kedua anak, sesuatu dengan perjanjian dahulu.

Flash back di Sekolah.

DEVANIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang