LWAP •05•

522 46 6
                                    

H A P P Y R E A D I N G ! <3

***

Mobil sport Jason berhenti tepat di depan mansion keluarga Leah. Bahkan lelaki itu menghentikan mobilnya tepat di halaman mansion. Jason tampak biasa saja, berbeda dengan Leah yang berharap orangtuanya tidak melihatnya bersama Jason.

"Aku ingin mengenalmu lebih dekat, Leah," ucap Jason dengan serius.

Perlahan tubuh Jason mendekati Leah hingga posisi mereka hanya berjarak 4 sentimeter. Leah menatap ke arah manik hazel Jason yang juga menatapnya dengan intens. Hari ini ia menghabiskan waktu bersama Jason, dan itu cukup menyenangkan baginya.

"Bagaimana, Leah? Kamu tidak keberatan bukan?" tanya Jason, sedikit terselip nada menuntut di suaranya agar segera mendapatkan jawaban dari Leah.

Leah merasa tidak ada salahnya mengenal Jason. Mungkin perkataan Papanya benar, Jason adalah pria baik. Padahal Leah tidak tahu saja, seperti apa Jason sebenarnya. Dunia Jason sangat kelam.

"Boleh." Leah menjawab dengan singkat. Senyum kecil terbit di bibirnya yang tipis.

Senyum lebar juga terbit di wajah Jason, senyum itu kembali membuat jantung Leah berdebar-debar. Entah apa yang diperbuat oleh senyum itu hingga jantungnya seperti berdisko di dalam sana.

"Berikan nomormu padaku," ujar Jason. Ia meraih ponselnya yang berada di saku celana dan menyerahkan pada Leah.

Leah tidak menolak. Ia mengambil ponsel Jason dan mengetikkan beberapa digit angka nomor ponselnya.

"Sudah." Leah menyerahkan benda pipih itu kepada sang pemilik.

Jason mendial nomor Leah agar nomornya bisa disimpan juga oleh gadis itu. Leah merogoh tasnya dan mengambil ponsel. Sejenak jari-jarinya menari di atas benda pipih itu. "Sudah aku simpan nomormu."

"Okay, aku akan menghubungi mu lagi nanti. See you soon, darling," pamit Jason dengan menggoda Leah. Tak lupa sebelah matanya ia kedipkan dengan menggoda.

Leah hanya tersenyum melihat tingkah Jason. Padahal dalam hati, ingin rasanya Leah berteriak meluapkan rasa berdebar di jantungnya.

Leah akhirnya turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada mobil Jason yang perlahan meninggalkan pekarangan rumahnya. Setelah mobil mewah itu tak lagi nampak, barulah Leah berjalan masuk ke dalam rumah.

"Papa melihatnya. Siapa yang kemarin bilang dia bukan orang baik? Sekarang malah senyam-senyum tidak jelas karena orang tak baik itu," ujar Anthony tiba-tiba datang kemudian menggoda Leah.

Pipi Leah memerah, ia menatap malu-malu ke arah Anthony. "Papa apasih!" tukasnya.

Tawa Anthony menyembur. Ia merasa sangat bahagia melihat wajah malu-malu putrinya yang disebabkan oleh laki-laki. Ini adalah hal yang pertama kali ia lihat pada Leah.

"Pendekatan dulu, ya. Endingnya nanti menikah, nah Papa seneng kalau begitu," ucap Anthony, kembali menggoda Leah.

"AAMIIN!" Katie tiba-tiba datang dan ikut-ikutan. Tadi wanita yang sudah tak muda lagi itu sedikit mencuri dengar percakapan suami dan putrinya yang membuatnya langsung berseru keras.

Anthony tertawa lagi. "Papa juga, aamiin."

Leah merasa pipinya memanas karena digoda-goda oleh Papa dan Mamanya. Ia sangat yakin sekarang pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Papa jam segini kok udah pulang?" tanya Leah, mengalihkan topik. Agar ia tidak menjadi sasaran godaan lagi.

"Pipi jim sigini kik idih piling?" Anthony meng-copy paste ucapan Leah namun terselip nada mencibir di kalimatnya.

Living With A PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang