Mr.Akmalo (4)

9 0 1
                                    

Hari ini sepulang dari kampus Yoan berniat untuk mengunjungi Oliv seperti biasa dia pergi sore hari menginap di sana lalu pulang siang harinya untuk berangkat ke kampus, orangtuanya tak terlalu mempermasalahkan tentang Yoan yang selalu memilih tidur di rumah sakit karena Yoan bahkan tak bisa memejamkan matanya jika tidur di rumah, sebab Yoan tak henti nya merasa khawatir tentang keadaan Oliv yang tak seorang pun yang menemani, karena ibunya harus pergi bekerja sedangkan sang ayah masih tetap di Kanada karena urusan pekerjaan jadi beliau tidak terlalu sering berkunjung.

Yoan berjalan menenteng tas hitam nya dan membuka pintu mobil tapi dering ponsel menghentikan aktivitas nya

Drrtt drtttt drtt

Yoan segera merogoh ponselnya dan menempelkan ke arah kuping untuk mengetahui ada apa orang ini menelpon nya

"Haloooo"

"......"

"Iya apa Ran ? "

"................................................."

Mata Yoan melotot dan segera masuk ke dalam mobilnya dan melaju secepat kilat tanpa memutus sambungan telepon yang sekarang masih tersambung satu sama lain, isi pikiran Yoan saat ini hanya satu yaitu segera sampai di rumah sakit

Tadi Kiran menelpon nya sambil menangis dia mengatakan jika alat bantu di tubuh Oliv akan di lepas sore nanti, karena banyak komplikasi pada tubuh Oliv jadi orangtua Oliv memilih mengikhlaskan putri mereka satu satunya itu daripada terus menyiksa raga Oliv

Yoan sudah kalang kabut merasa kesal bagaimana bisa mereka kembali membuat keputusan seperti ini tanpa berbicara dengannya terlebih dahulu, padahal mereka pernah berjanji tidak akan pernah mencabut alat bantu di tubuh Oliv karena Oliv pasti akan sembuh, tapi apa yang mereka pikirkan saat ini. Mobil Yoan melesat membelah jalanan kota melaju dengan kencang nya

Setiba di sana Yoan langsung saja memarkir mobilnya dan berlari menuju ruang ICU tempat Oliv di rawat, berlari menerobos para orang yang berdesakan di koridor Yoan berlari kencang seperti orang gila. Bisa Yoan lihat jika Kiran dan Fabi tengah duduk di ruang tunggu dengan Ros di samping nya, Ros menatap pintu ruang rawat Oliv dengan nanar

"Sialll" Yoan yang melihat itu langsung berlari masuk ke dalam ruang rawat Oliv dengan paksa bahkan beberapa dokter dan suster di dalamnya tercengang dan kaget dengan kedatangan Yoan tanpa mengunakan alat pelindung diri karena bagi setiap orang yang masuk kedalam ruang ICU harus dalam keadaan steril tapi Yoan melanggar kali ini dia datang dengan amarah berkumpul di ubun ubun.

Melihat itu Fabi dan Kiran langsung memegang bahu tangan Ros untuk menenangkan Ros yang terguncang akan kejadian ini, dia kaget dan merasa bersalah

"K E L U A R R !" Suara Yoan mengema di seluruh lorong rumah sakit tanganya terlentang menghalangi tubuh Oliv dari jangkauan para dokter yang akan melepaskan alat alat yang membuat Oliv hidup sampai sekarang

"Maaf pak tapi kami disini hanya menjalankan tugas !" Salah satu dokter mendekati Yoan dan langsung saja di dorong dengan kuat oleh Yoan

Mendengar kegaduhan Ros, Kiran dan Fabi masuk ke dalam ruang ICU Ros langsung saja meraih tangan Yoan

"Nak liat ! Oliv ini bukan hanya orang yang kamu cintai dia itu anak ibu yang melahirkan dia itu ibu ngak ada yang lebih sayang sama dia melebihi ibu" Ros menunjuk Oliv saat tengah berbicara kepada Yoan

Yoan hanya diam semua yang ada disana hanya diam mendengarkan ucapan Ros

"Ngak ada yang lebih terpukul dengan kepergian dia melebihi ibu"

"Tapi ibu lebih terpukul lihat dia terus di siksa dengan alat alat ini jantung nya di paksa berdetak , setiap hari tubuhnya di suntik ibu ngak bisa lihat itu lagi" airmata Ros sudah terjun bebas membasahi pipinya

"Tapi tetep aja ini namanya kalian bunuh dia" suara Yoan melemah dan bergetar seolah menandakan dia tengah menahan tangisannya. Kiran dan Fabi tak bisa berbuat banyak begitu pun para dokter mereka sanggat paham dengan perasaan Yoan saat ini tapi apa boleh buat jika orangtuanya sendiri yang memilih jalan ini

"Pak ! Mbak Oliv tidak akan langsung tiada saat alat alat itu di lepas saya yakin mbak Oliv ini gadis kuat dia bisa melewati masa kritisnya meskipun sudah tak pakai alat bantu ini kita hanya perlu berdoa untuk segala keajaiban yang mungkin saja terjadi karena jika berurusan umur itu urusan yang diatas" ucap dokter itu kepada Yoan

Tapi Yoan malah tersenyum perih

"Ini sudah 1 tahun lebih , dan apa? Dia masih tetep tidur walaupun pakai alat bantu apalagi sekarang dilepas gimana jadinya" Yoan mengucapkan itu dengan marah dan pergi dari ruang Oliv dengan amarah memuncak dan di susul oleh Fabi dan Kiran untuk menyusul Yoan

Yoan hanya berjalan dia tak habis pikir dengan mereka yang dengan mudah mengatakan jika Oliv akan baik baik saja saat alat bantu hidupnya di lepas, mereka semua tak tahu betapa takutnya Yoan, saat ini telapak tangannya terasa dingin dan rahang mengeras hebat sembari melangkah berjalan tenang tanpa mempedulikan Fabi dan Kiran yang memangil nya

"Yoan ! Stop" teriak Kiran terus mengejar Yoan dengan Fabi di sampingnya

Ada seseorang yang bersembunyi di balik tembok setelah kepergian Yoan orang itupun muncul dan mulai melangkahkan kaki kearah ruang Oliv untuk melihat kabar gembira apa yang akan dia peroleh hari ini

Kakinya terus melangkah hingga sekarang benar benar berada di depan ruang Oliv senyum tercetak di bibirnya, merasa jika dia menemukan kelemahan Yoan.

"Akhirnya gue dapet juga !" Seseorang itu merasakan harumnya kemenangan yang akan menghampirinya

Blutakkkk

"Awww sialan !" Rexzan berbalik dengan marah

Ya! orang itu adalah Rexzan yang saat ini tengah berhadapan dengan seorang wanita paruh baya yang menatap nya sinis dengan kedua tangan di kedua pinggangnya. Melihat itu nyali Rexzan menciut seketika karena dia kini berhadapan dengan penguasa dunia nya sekaligus manusia yang melahirkannya

"Bagus ! Udah tau mamahnya keseleo malah nyelonong aja jalan sendiri , KAMU NIAT NGAK SIH NGANTERIN MAMAH !" wanita cantik itu membuat Rexzan gelagapan

"Ngak gitu mah ,. Aduhh maaf Rexzan lupa" Rexzan segera meraih tangan sang mamah untuk memapahnya berjalan namun di hempaskan begitu saja oleh sang mamah

"Lepas ngak butuh !"

Rexzan menggaruk tengkuknya bingung harus bagaimana baru aja seneng eh malah ketiban apes gini karena lupa sama mamahnya yang keseleo

"Bilangin papah nanti ! Kalau kamu udah ngak peduli sama mamah" sang mamah berjalan terseok-seok seorang diri membuat Rexzan semakin bingung dan berusaha membujuk sang mamah walaupun hasilnya nihil

"Ya ampun mah kok gitu sih ! Kalau ngak sayang mamah ngidam ngak Rexzan turutin mamah tau sendirilah ngidam mamah kayak gimana" Rexzan memelas berjalan cepat menyusul sang mamah

"Jadi maksud kamu mamah ngidam nyusahin kamu ?" Wanita itu berbalik dengan susah payah dia kembali berjalan karena badannya yang tengah berbadan dua serta pergelangan kaki yang terasa sakit membuat langkahnya terasa berat

"Mah hati hati !" Ucap Rexzan memelas membuntuti sang mamah dari belakang

"Diem gue ngak punya anak" Inginnya Rexzan tengelam masuk ke dalam keramik rumah sakit ini karena tak sanggup lagi menghadapi ibu ibu yang tengah mengandung calon adiknya yang tak lain adalah wanita hamil yang berstatus sebagai ibunya

"Bunuh saya sus bunuh !" Rexzan tiba tiba menghadang seorang suster dengan nampan di tanganya membuat suster itu terkejut kaget

"Maaf mas tapi saya lagi ngak pegang pisau saya lagi pegang bubur gimana bunuhnya" Rexzan pun kucep dengan jawaban suster itu

"Kok bisa sih jadi suster ?"

"Hah"

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. Akmalo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang