3 || Secarik kertas

27 4 0
                                    



***

"Untuk saat ini, apa boleh aku berharap?"

***



Happy reading!!


***



Natha memainkan jarinya diatas meja seraya menunggu Arjuna yang sedang asyik dengan makanannya. Helaan napas sesekali terdengar oleh Arjuna. Ia tahu siapa pelakunya. Ya, siapa lagi kalau bukan Natha. 

Diam-diam mata Arjuna melirik pada Natha. Sudut bibirnya tertarik melihat wajah kesal temannya itu. Arjuna menegakkan kepalanya. Sadar bahwa ada pergerakan yang tertangkap oleh sudut mata Natha, lelaki itu menolehkan kepalanya. "Jadi, gimana?"

"Gimana apanya?" Arjuna memasang wajah bodoh seolah tidak tahu apa-apa.

Untung saja Natha masih bisa bersabar dengan kelakuan temannya yang menyebalkan itu. "Ayolah, ini bukan waktunya main-main. Serius dong," Sebelah alis Arjuna tertarik, lantas memasang muka jail. "Mau banget ya, di seriusin sama abang," 

Natha menyesal dengan kata-katanya ia lupa kalau temannya ini susah sekali diajak serius. Natha memutar bola matanya. "Jun, cepetan kasih tahu gue. Penting ini," 

"Emang seberapa pentingnya info ini buat lo. Dan sejak kapan lo kepo sama siswi Orestad?" tanya Arjuna penuh selidik. Namun, bukan jawaban yang didapatkan oleh Arjuna melainkan tatapan tajam yang dilayangkan Natha padanya. 

Arjuna mengangkat kedua tangannya. "Santai Tha, santai," ucap Arjuna dengan cengingan lebar di mulutnya. Arjuna mengambil napas dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan. 

"Gue kenal sama Amartha sejak kelas sepuluh lalu. Kita sekelas waktu itu," ucap Arjuna mulai bercerita. 

"Lebih tepatnya kita kenal sejak MPLS. Dan gue juga ga nyangka ternyata kita sekelas. Di semester pertama,  gue ga pernah liat dia akrab sama anak kelas lain, yang gue tahu, dia itu suka sendirian. Makanya gue sering banget nemenin dia di kantin atau di kelas,"

"modus!" ucap Natha pelan. Perdengarannya tak lepas sedikitpun dari setiap kata yang keluar dari mulut Arjuna. Natha mulai bosan dengan 'kisah Arjuna' yang tiada henti. Sampai akhirnya Arjuna mengucapkan kata yang membuat Natha bernapas lega.

"Tapi, pas semester dua, dia jarang keliatan lagi. Sebelum gue selidiki, dia cerita sama gue kalau dia udah punya temen yang super baik. Tapi gue sedih waktu itu karena dia malah bilang ke gue gausah nemenin dia lagi di kantin lagi,"

Natha menghembuskan napas gusar. Ternyata masih belum berakhir. "Jun, jadi intinya gimana?" tanya Natha yang mulai gemes pada orang di sampingnya itu. 

"Jadi, intinya yang gue tahu tentang Rain itu ga banyak. Tapi gue yakin sekarang mereka sekelas. Soalnya gue sering banget liat mereka barengan terus," 

Natha menatap Arjuna dengan mata membulat tak percaya. Dari tadi berbicara panjang lebar hanya berujung seperti ini. Terbuanglah sudah waktu berharga Natha. Dengan sedikit kesal  Natha berdiri. " Dimana kelasnya?" 

" Kelas IPA-2," jawab Arjuna santai.

Sedetik kemudian Natha berlari keluar kelas meninggalkan Arjuna yang berteriak memanggil-manggil namanya. 

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang