Chapter 03

395 64 17
                                    

Duarrrr!

"Ck! Sudah mulai rupanya." gumam Leint.

Ledakan besar mengenai kumpulan penyihir penyerang dan membuat mereka terluka parah. Cyan meluncurkan ledakan yang sangat besar dengan kekuatan yang di rumorkan over power itu.

Semua penyihir penyerang nampak dipulihkan dalam jarak jauh oleh penyihir penyembuh yang tersembunyi oleh musuh. Tetapi efek healing bekerja agak lama karena luka yang mereka dapatkan cukup parah. Beberapa yang terluka ringan hanya menggunakan self healing kecil.

"Velyn masih belum kembali?" tanya Leint, ia nampak serius melapisi para penyihir dengan pelindung agar bisa menahan setidaknya setengah dari serangan udara.

"Belum, apa dia baik-baik saja?" balas Teryna khawatir.

"Ia pasti baik-baik saja, dia kuat." ujar Leint menenangkan.

Teryna mengangguk dan kembali memfokuskan diri menyerang musuh dengan sihirnya.

•*•*•

"Kau kelelahan?" tanya Key.

"Tidak, kak. Aku masih bisa menyerang." balas Cyan.

Tetapi ia terlihat sangat kelelahan, membuat Key cukup khawatir dengan adiknya itu.

"Istirahatlah dulu, kau tak perlu menyerang bertubi-tubi dengan sihir sebesar itu." ujar Key.

"Tidak, aku masih bisa." bantah Cyan.

"Jangan membantah, aku tahu kau ingin segera memenangkan perang ini. Tetapi tidak dengan memaksakan diri seperti ini." bujuk Key.

"Prajurit kita berjuang sampai mati di depan sana! Aku tak boleh beristirahat dan membiarkan mereka mati satu persatu!" bantahnya lagi.

"Kau bisa mati kelelahan jika seperti ini terus!" seru Key kesal.

"Dan jika aku mati tak ada yang bisa memenangkan ras kita, begitu?! Kau baik padaku hanya karena aku orang terpilih itu." ujar Cyan mulai frustasi.

"Kau... Kau itu adikku tahu. Mana mungkin aku hanya menyayangimu karena kaj orang terpilih. Aku hanya tak ingin kehilangan adikku." balas Key memeluk Cyan.

"Mereka juga tak ingin mati dan meninggalkan keluarga mereka." ujar Cyan terisak.

"Maka dari itu, setidaknya kau bertahanlah hidup. Menangkan ini dan buat perjuangan mereka tak sia-sia." balas Key sambil mengelus pelan surai adik kesayangannya.

Cyan mengangguk, "Pasti."

"Pergilah kebelakang dan istirahat sebentar, jika sudah merasa baikan baru lanjutkan." ujar Key.

Cyan kembali mengangguk dan berjalan menjauh.

"Semoga ini semua cepat berakhir." gumam Key sebelum ia berjalan kedepan dan mulai mengayunkan pedangnya.

•*•*•

"Tunjukkan dirimu." ujarnya ditengah kegelapan itu.

Ia berdiri terdiam, menatap arah depan dimana hanya ada kegelapan disana.

"Kau tak perlu bersembunyi." ujarnya lagi.

"Aku tak takut padamu!" serunya lagi.

Tetapi tak kunjung mendapat jawaban.

"Aku tahu... Kau penyebab semua ini bukan?! Aku tahu! CEPAT TUNJUKKAN DIRIMU!" serunya mulai kesal.

Terdengar tawa menjawab dirinya, tiba-tiba seseorang menunjukkan diri dari dalam kegelapan itu.

"Halo Velyn~ ah maaf, maksudku Velyn dua." ujarnya membuat Velyn penuh tanda tanya.

•*•*•

"Jika seperti ini terus, kita bisa kalah." gumam Davie.

"Davie, kau pergilah cari Velyn! Tante Teryna menyuruhmu!" tegur Hiro.

"Velyn? Dia belum kembali?" tanya Hiro.

"Kalau sudah kembali mana mungkin kau disuruh mencarinya bodoh! Kalau sudah ketemu bantu dia mencari lokasi penyihir penyembuh musuh, siapa tahu ia sedang kesulitan." balas Hiro lalu berlari menjauh.

"Hah... Velyn, semoga kau tak kenapa-napa." gumamnya sambil beranjak.

Duarr!

Ledakan dari sihir gila milik Cyan kembali mengenai mereka, bahkan kini lebih besar. The Dark Devil kini semakin terdesak dengan keadaan. Banyak yang tumbang dan terluka, Bulan Hitam kini hampir berakhir.

"Velyn, hanya dia yang bisa mengalahkan mereka." gumam Clarybel.

•*•*•

Davie mencari Velyn dengan sihir transparan agar ia tak diserang oleh musuh selagi menelusuri sekitar. Ia bahkan sekaligus mencari penyihir penyembuh musuh. Ia sesekali menggerutu kesal karena tak ada tanda-tanda Velyn yang ia rasakan.

Ia memang bisa mendeteksi aura seseorang hanya dengan melewati suatu tempat yang 'orang itu' lewati.

"Velyn dimana sih?!" gerutunya.

Trang!

"Hebat juga kau tahu keberadaan ku." ujarnya pada seseorang yang sebelumnya menyerangnya.

"Jangan remehkan musuh." ujarnya, Crowny.

"Cih, kau mengganggu pekerjaanku." ujar Davie kesal tetapi ia harus meladeni Crowny yang menyadari dirinya.

"Semoga Velyn baik-baik saja." gumam Davie.

DUUUAAAR!

"Hah?! Apa itu?!" seru Crowny kaget.

Ledakan besar yang menghasilkan bunyi yang memekakkan telinga, membuat semua perhatian menuju kearah asal bunyi itu.

Hutan didekat wilayah itu, kini dipenuhi asap dan kabut menghalangi pandangan mereka.

"Perang hanya boleh terjadi di lapangan terbuka ini. Hutan tak boleh dijadikan tempat berperang." gumam Davie mengingat perjanjian perang.

"Ledakan dashyat macam apa itu? Hutan itu kini hancur." ujar Crowny melihat pepohonan hutan itu kini terlihat tumbang.

Seseorang muncul dalam asap dan kabut itu, menyeret seseorang- lebih seperti mencekik orang itu. Tubuh itu nampak meronta-ronta dalam cekikan orang itu.

"V-Velyn!" seru Davie kaget dan berusaha menghampirinya.

Orang yang mencekik Velyn kini melempar Velyn ketanah, menatapnya dengan tatapan merendahkan.

"Kau menghancurkan jalan ceritaku." geramnya.

•TBC•

Idenya muncul lagi ehek- masih ada yang belom tidur kah? Saya bobo dulu ya ehek- baibai~

Oiya betewe chapter ini banyak duar nya awowkwkwk seni adalah ledakan!

Magic World : WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang