"Sialan... Dia bisa kita kalahkan tidak ya..." ujar Arion sambil terengah-engah.
"Semangat lah sedikit, Velyn akan segera datang." balas Vino.
"Velyn? Velyn yang asli? Yang benar?!" seru Arion sambil mengguncang tubuh Vino.
"Tenang sialan." balas Vino kesal dan menjauhkan diri dari Arion yang sedang melompat kegirangan.
"Setidaknya kita bisa melindungi warga Magic World." gumam Vino samhil menggenggam erat pedang miliknya.
Ia bersiap meluncurkan serangan, begitu juga yang lainnya. Sibuk dengan serangan mereka, dan Aron yang sibuk menghindari serangan mereka.
Entah sampai kapan semua ini akan berlangsung.
•*•*•
"Hah!"
Aku terbaring di lantai.
L-lantai? Bagaimana bisa aku berada di lantai?
Ku menatap ke sekeliling, ternyata aku berada di loteng. Aku berada tepat didepan lemari tua di loteng.
"Tadi aku mau apa ya kesini?" gumamku pada diriku sendiri.
Pasalnya, aku tak mengingat untuk apa aku pergi ke loteng.
Kuambil handphone milikku yang tergeletak begitu saja dilantai.
Sudah sore! Apa aku mengantuk dan langsung tertidur saat mencari sesuatu? Atau aku terbentur sesuatu dan pingsan?
"Bodo amat lah, aku lapar."
Aku berjalan menuju pintu keluar loteng dan menuju dapur, tetapi anehnya aku merasa sesuatu memanggilku kembali ke arah loteng, sebelum keluar dari loteng aku melihat ke sekeliling ruangan itu kembali.
"Ruangan yang aneh." gumamku lalu turun ke dapur.
"Mbak Merry masih pulang kampung ya..." gumamku saat membuat mie untuk makan malam.
"Mandi tidak ya?" pikirku.
"Oh iya, ada pr gak ya?" tambahku sambil mengingat-ingat apa ada pr untuk besok.
"Kayaknya engga, nanti cek lagi deh." gumamku lagi, apa aku termasuk orang gila jika berbicara sendiri?
Dari tadi aku merasa perasaan aneh membelenggu diriku, seperti sesuatu yang hilang dari diriku. Kuperiksa seluruh tubuhku.
"Masih ada semua, gak ada satu jari yang hilang." gumamku.
"Mungkin aku kesepian ya?" gumamku.
Tetapi kayaknya tidak, bukannya aku sudah biasa hidup sendiri walau tak ada mbak merry maupun mama dan papa?
"Apa ya... Perasaan ini?" gumamku.
Mie sudah jadi! Melihat mangkuk mie ku, aku merasa bangga. Aku bisa memasak! Jenius!
Kubawa mangkuk itu kearah meja makan besar diruang makan. Duduk di salah satu kursi dan makan dengan tenang.
Lagi-lagi perasaan aneh itu memenuhi diriku, kenapa? Selama ini aku sendirian juga tak apa-apa, kenapa baru sekarang?
"Gak boleh... Gak boleh begini..." gumamku.
Benar, aku tak boleh begini terus. Hilang lah perasaan bodoh! Kembalikanlah diriku yang biasanya!
•*•*•
"Jiwa yang malang, takdirmu selalu dipermainkan." ujarnya sambil menatap kearah layar didepannya.
"Aron itu memang suka sekali membuat jiwa yang hidup di dunia menderita." balas makhluk disebelahnya.
"Sangat tidak anggun." timpal lainnya.
"Lalu?"
"Mau bagaimana lagi, kita harus campur tangan sedikit." balasnya.
"Campur tangan bagaimana?" tanya lainnya.
"Mari kita tolong jiwa malang itu dari Aron, dan membuatnya menjadi hiburan kita." lanjutnya.
"Heh, kau bisa dicap sebagain Aron kedua." balas lainnya.
"Yang penting aku berbagi hiburannya pada kalian." balasnya ketus.
"Baiklah, menarik dicoba."
•*•*•
Sudah beberapa minggu sejak aku mengunjungi loteng. Sejak saat itu, aku tak menapaki kaki ku lagi di tempat itu. Walau ada rasa ingin pergi kesana, aku tak bisa.
Aku sendiri sibuk dengan sekolahku dan kegiatan club. Mama dan Papa sempat pulang beberapa hari yang lalu dan menghabiskan weekend bersamaku.
Mbak Merry juga sudah pulang kerumah, sekolah? Sudah lebih baik dari dulu. Entah mengapa atmosfer aneh yang kurasakan mulai menggangguku.
Momen bahagia terus bermunculan sejak aku terbangun di loteng, membuatku merasa aneh dan janggal. Memang aku sangat bersyukur bisa menghabiskan waktu yang penuh dengan kebahagiaan bersam Mama, Papa, teman sekelas yang juga mulai akrab denganku, dan bahkan para anggota club sangat ramah padaku.
Aku senang, sangat senang. Kehidupan biasa yang membahagiakan inilah yang sangat aku dambakan. Tetapi, ada yang aneh.
Seperti sebelum ini aku melewati hari penuh kejutan dan cobaan.
Memang dulu aku tak punya teman, dan dijauhi. Tetapi mereka tak membully ku, paling hanya sekedar mengatai diriku. Tetapi masa lalu itu bukanlah hari yang begitu berat.
Perasaan mengganjal itu berusaha kuabaikan dan menjalani hari-hari biasa. Sampai pada saat ini, perasaan terpanggil kearah loteng dan perasaan mengganjal itu tetap memenuhi diriku.
Tanpa kusadari kini aku sudah berada di loteng, menatap lemari tua dan berdiri diposisi dimana aku tertidur terakhir kali. Entah hanya halusinasi atau aku memang sudah gila, tangan-tangan berwarna putih berusaha mencapi diriku.
Aku menatap tangan-tangan itu seram, aku ingin kabur namun tubuhku tak bergerak. Aku ingin berteriak namun suaraku tak keluar.
Akhirnya aku malah terduduk sambil menatap tangan-tangan itu yang kini menggenggam erat kakiku dan menarikku. Lemari itu terbuka, cahaya putih menghalangi pandanganku dan aku terseret kearah cahaya itu.
'Velyn...'
Bisikan itu membuat diriku menegang, begitu familiar. Suara yang membuat hatiku menghangat dan jantungku berdetak kencang. Aku merindukan pemilik suara itu...
1 Chapter lagi tamat >~<
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic World : War
FantasySeri 4 dari Magic World Series Perang, hari dimana Ras Cahaya dan Ras Kegelapan yang saling menyerang satu sama lain datang. Saling mencari keadilan yang selama ini telah hilang. Memecah misteri Magic World yang tak disangka. Kedua pihak merasa bena...