Chapter 06

384 55 6
                                    

Duar!

"Heh ledakan adalah seni." ujar Cyan.

"Itu dia murid ajaranku." balas Velyn.

"Adikku jadi penggila ledakan kah setelah ini?" gumam Key lalu mengalihkan pandangannya kearah Aron.

Pedangnya bercahaya, lalu ia menebas pedangnya keatah Aron. Itu adalah teknik pedang sihir, mengumpulkan man pada pedang lalu meluncurkan mana yang diubah menjadi energi sihir dengan pedang.

7 tebasan ia luncurkan dalam satu waktu. Ledakan kembali terjadi dari arah Aron.

"Itu baru ledakanku." ujar Key dengan bangga.

Vino melihat kearah Key dan menggelengkan kepala, berpikir bahwa saudaranya penggila ledakan. Padahal dirinya juga menyukai ledakan.

"Suaranya Indah." jika kalian bertanya padanya kenapa ia menyukai ledakan.

"Murid Diamond Class memang beda." ujar Fita melihat kekuatan Key.

"Heh apa hanya segini kekuatan kalian? Kalian bahkan belum bisa menyentuh diriku!" ledek Aron.

Mereka semua ternganga melihat Aron yang sama sekali tak bergerak dati tempatnya.

"Jadi ini kekuatan si pencipta tiada akhlak?" gumam Velyn.

"Jangan remehkan kami!" seru Teryna.

Setelah mendapatkan kekuatan kembali, Teryna dan ras kegelapan lainnya bertambah kuat.

Teryna mengarahkan tangannya keatas dan memejamkan matanya, awan gelap tiba-tiba menyelimuti langit. Vino dan Key nampak menggunakan teknik pedang sihir lagi dan menciptakan ledakan dari energi sihir yang terpancar dari pedang mereka.

Kini langit dipenuhi awan hitam bergemuruh.

"Mau hujan? Aku ga sedia payung..." keluh Nana.

Petir hitam menyerang Aron berkali-kali, bukan petir biasa dan kekuatannya juga dahsyat.

"Janga remehkan manusia setengah black witch." ujar Teryna.

"Istriku memang keren!" seru Leint sambil mengacungkan 2 jempol.

Tetapi Aron masih berdiri di tempat yang sama, hanya tanah disekitarnya saja yang nampak terkena dampak dari serangan Teryna, Teryna mendecih kesal.

"Masih tidak mempan juga?" lirih Cyan.

"Dia sangat kuat..." gumam Vino.

"Pasti ada cara untuk mengalahkan dia..." gumam Velyn kesal.

"Hahahaha! Kalian tak akan bisa mengalahkanku! Kalian hanya makhluk lemah!" ujarnya sambil menertawakan kami.

"Kami belum menyerah!"

Mereka semua kembali menyerang Aron bertubi-tubi, ledakan, serangan fisik dan sihir pun mereka luncurkan.  Aron tetap saja tak mendapat sedikitpun luka.

"Sialan, setidaknya tergoreslah sedikit." ujar Aileen geram.

"Uuuu serangan kalian terasa seperti angin lewat~ hahaha! Lemah sekali~" ejek Aron yang membuat mereka semua kesal.

"KELUARKAN SAJA KEKUATAN PENUH KITA SECARA BERSAMAAN!" Seru Cyan kesal.

Mereka semua mengangguk, bersiap mengeluarkan serangan terkuat mereka.

"Uuuu mari kita lihat serangan terkuat kalian~" Goda Aron.

Aron nampak santai menunggu mereka semua mengeluarkan serangan mereka sambil bergumam ria.

Ia tak sadar, bahwa tindakan itu adalah kebodohan yang membuat dirinya menderita.

Boom! Blar! Bledar!

Aron terkapar dengan keadaan penuh luka, mereka semua tersenyum senang melihat serangan yang mereka kerahkan berhasil.

Tetapi tak lama, Aron kembali bangkit tertatih-tatih. Menatap mereka tajam.

"Kalian... Beraninya..." ujarnya geram.

'Gawat... Aku sudah tak bisa mengeluarkan satu seranganpun!' batin Velyn.

Ia terduduk lemas, berkeringat dingin setelah mengerahkan seluruh kekuatannya tadi.

"Velyn... Kau tak apa?" tanya Vino khawatir.

"Tak ada pilihan lain..." gumam Velyn.

"Jika menyerang dengan sisa kekuatanku maka pasti aku akan langsung tumbang." gumamnya lagi.

"Velyn?" ujar Vino lagi sambil menyentuh pundaknya.

"Vino, mungkin kita tak bisa bertemu lagi dalam waktu dekat." ujar Velyn tiba-tiba sambil menggenggam tangan Vino.

"V-Velyn? Ada apa?" tanya Vino khawatir.

"Aku sempat membaca buku diary Velyn yang asli dan menemukan mantra pembuka dimensi." balas Velyn sambil menatap lurus kearah Vino.

"K-kau akan menggunakan mantra itu?!" balas Vino kaget.

Velyn mengangguk, "Velyn yang asli memiliki tubuh yang kuat dan kekuatan yang melebihi diriku. Dia pasti bisa membantu kalian mengalahkan Aron. Walau aku harus menggantikan dirinya terjebak di ruang dimensi." ujarnya.

"T-tapi Velyn, kau tak boleh-"

"Kau tak boleh egois di saat seperti ini, Vino." potong Velyn.

"Tapi..."

Velyn terkekeh kecil, ia mengecup pipi Vino lembut dan menggenggam tangannya erat.

"Percayalah padaku, ini semua demi keselamatan kita semua." ujar Velyn.

Vino menggeram tak terima, tetapi ia tak dapat pilihan lain selain mengiyakan ide Velyn.

"Aku akan menunggumu, selama apapun itu kau harus terjebak di ruang dimensi aku akan menunggumu." balas Vino sambil mencium kening Velyn lembut.

"Sampai jumpa." ujar Velyn mengelus wajah Vino.

"Sampai jumpa." balas Vino dengan berat hati.

Vino melangkah maju, bersiap untuk serangan selanjutnya.

"Mungkin aku tak bisa mengatakannya sekarang Vino, tapi aku sangat menyayangimu. Tak hanya dirimu, semua orang yang kutemui di dunia ini... Kalian berharga bagiku. Karena itu, tak akn kubiarkan kalian yang sudah menjadi bagian dari kenangan indahku mati." ujar Velyn.

"Velyna Casterine, ini waktumu untuk kembali."

Sudah. Hampir. Tamat.

>\\\<

Magic World : WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang