•Fall Down

49 8 6
                                    


Apakah ini akhir?
Jujur aku sudah sangat lelah
Aku ingin hilang
Tidak masalah jika menjadi debu
Agar aku bisa bebas dibawa oleh angin
-Ayrin-


Seorang gadis termenung dipinggir gundukkan tanah. Gundukkan yang tertulis nama Ayah dan Bundanya, gundukkan yang saling bersebelahan.

Bagaimana kondisi gadis itu sudah tidak bisa diceritakan lagi, air mata yang masih mengalir namun erangan kehilangan sudah tidak terdengar dan berubah menjadi diam seribu bahasa.

Hidung, alis dan pipi yang merah bak terbakar menjadi tanda bahwa gadis ini sangat sedih.

"Sayang, ayo kita pulang" ajakan tante Lila memecah keheningan disana.

Dibalas gelengan kepala oleh Ayrin.

"Kamu masih ingin disini?"

Namun hanya diam yang tante Lila terima, tapi dia tidak marah. Dia mengerti gadis ini.

"Kalau begitu tante dan Om pulang duluan ya, jangan lama-lama disini. Langitnya mendung" sambil mendongak keatas.

Tante Lila mendekat kearah Ayrin dan memberi kecupan singkat dipucuk kepala gadis ini dan melenggang pergi dari pemakaman.

"Ayah Bunda..." Ayrin membuka suara setelah semalaman dia hanya menangis, siang ini akhirnya dia berbicara. Dia hanya ingin sendiri.

"A..ayrin rindu kalian"
"Ayrin harus tinggal dengan siapa, Ayrin sendirian, Ayrin kesepian" perlahan suara itu membesar, sakit yang mendalam.

Rindu yang paling berat adalah merindukan orang yang telah tiada.

"Bangun Ayah.. Bunda.. kalian tidak kasihan dengan Ayrin hiks"
"Ayrin tidak percaya pada siapapun didunia ini kecuali kalian dan Tuhan" mengusak gundukkan tanah didepannya.



...



"Aku tidak bermaksud, aku bukan orang jahat"

"Maafkan aku Kayrina, namun benciku tidak akan secepat itu hilang. Aku membencimu dan aku ingin orang lain juga membencimu" monolog seorang pemuda yang berdiri dibalik pohon dekat pemakaman. Memantau dari jauh semua gerak gerik Ayrin.




...



Tes tes...

Rintik air dari langit mulai berjatuhan turun kepermukaan bumi, menyadarkan Ayrin dari tangis frustasinya.

"Bahkan langitpun tahu jika aku sedang tidak baik-baik saja"
"Aku enggan pergi dari sini hiks"

Tangan mungil Ayrin berusaha menggapai nisan Ayah Bundanya.

"Ayah Bunda, Ayrin pulang dulu, besok Ayrin akan kembali lagi ke sini" sambil mengusap ukiran kayu itu dengan tangan gemetar.

Ayrin pulang kerumah dengan berjalan kaki, disepanjang jalan dia hanya menunduk sesekali melihat kedepan untuk melihat jalan. Dan keadaan dijalan sekarang tengah hujan deras, tatapan aneh yang ditujukan ke Ayrin tidak Ayrin gubris. Rasa kalutnya lebih besar dari rasa gengsinya.

Baju yang sudah basah kuyub, rambutnya yang acak-acakan dan mata yang merah. Ayrin terus melanjutkan perjalanannya dengan langkah yang lesu.



...



"Ya ampun Ayrin, kenapa ga nelfon Om Beni?"

"Ga perlu tante"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

'DESTINY' || Zhong Chenle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang