Without Rev!
Beware of typosEnjoy!
......
Zaluna baru tahu.
Penyebab Raka serapuh itu. Zaluna jadi merasa bersalah mendiamkan Raka selama itu kemarin.
"Udah, kamu nggak usah pikirin yang tadi." Raka berkelakar ketika mereka baru saja memasuki kamar milik Raka. Niat hati Zaluna ingin mengantar kekasihnya yang sedang sakit itu kerumahnya. Tapi, ada satu fakta yang baru Zaluna tahu beberapa saat lalu.
Zaluna memang pernah mendengar cerita Raka tentang ibunya yang sakit, Zaluna pun sudah bertemu dengan ibu Raka. Wanita paruh baya cantik yang terlihat kuyu karena terlalu lama berbaring. Ibu Raka punya penyakit yang tidak main-main.
Namun, ada satu hal baru.
Dan itu cukup menghantam hati Zaluna dengan keras.
"Kenapa kamu nggak pernah cerita ke aku?" Tanya Zaluna sembari membantu Raka berbaring nyaman di ranjangnya. Lalu, ia duduk di samping ranjang Raka dan menggenggam tangan yang lebih besar dari miliknya itu.
Raka menghela nafas, "nggak ada pentingnya, Luna. Aku males bahas hal-hal menjijikan kayak gitu. Aku mau kamu tahu hal-hal yang baik aja dari lingkar hidup aku."
Mendengar penuturan Raka, membuat Zaluna tersenyum lembut. Menggenggam jemari Raka lebih erat dan menempelkan pipinya di kepalan tangan yang saling menggenggam itu. "Aku tahu, kamu selalu mau yang terbaik buat aku. Tapi, aku bakal merasa sangat baik kalau kamu mau terbuka sama aku, berbagi sama aku, apapun itu. Baik atau buruk. Selama itu semua tentang diri kamu, aku bakal terima. Aku sayang kamu apa adanya. Aku cinta kamu apa adanya. Aku mau nemenin kamu gimana pun keadaannya. Ya?"
Hati Raka mencelos, hangat. Dan rasanya Raka ingin menangis sekarang juga. Tuhan terlalu baik padanya. Mengirimkan seseorang semurni dan seindah Zaluna yang sayangnya harus disandingkan dengan manusia brengsek dan bodoh seperti dirinya. Raka merasa beruntung.
Rematan kuat Zaluna rasakan pada jemarinya yang digenggam. Matanya menangkap bagaimana Raka melipat bibirnya dan menengadah menatap langit-langit kamarnya. Zaluna hanya memperhatikan sembari tersenyum, ia hanya ingin berusaha untuk selalu membuat Raka nyaman.
Raka ternyata benar-benar menangis. Air mata itu terlihat mengalir dari sudut matanya, membuat Zaluna tergerak untuk mengusap air mata itu dengan ibu jarinya yang bebas. Rakanya memang rapuh.
"Luna."
"Iya?"
"Kenapa?"
Zaluna mengernyit, "apanya yang kenapa?"
"Kenapa kamu mau... Sama aku?" Pertanyaan itu akhirnya lolos dari bibir pucat Raka, karena memang ia tidak habis pikir bisa mendapatkan Zaluna lebih mudah dari yang ia bayangkan. "Kenapa?"
"Sederhana," Senyum Zaluna tak luntur, meskipun ia sedikit tak suka dengan pertanyaan Raka. Zaluna merasa Raka terlalu merendahkan diri dan pesonanya. "Kamu berhasil buat aku, jatuh cinta."
"Apa alasan kamu jatuh?"
"Karena itu kamu. Tanpa kamu sadari, ada banyak hal di dalam diri kamu yang buat aku nyaman, aku nggak lagi kesepian, aku punya teman, aku punya seseorang yang berharga lagi, selain orang tuaku.. yang udah lama meninggal."
Raka sudah tidak bisa berkata lagi selain, "Terima kasih, sayang. Aku beruntung punya kamu."
Mata Zaluna memanas, bayangan orang tuanya kembali. Orang tuanya yang sudah meninggal sejak usianya lima belas tahun. Zaluna harus hidup sendiri karena ia tidak punya siapa-siapa lagi. Beruntung, ada pemilik toko bunga yang mau memberikan pekerjaan sehingga ia bisa menyewa flat kecil untuk ia tinggal. Dan, pertemuannya dengan Raka adalah sesuatu yang baru bagi Zaluna yang memang tidak punya teman karena ia terlalu sibuk mengurus kelangsungan hidupnya sendiri. Raka menjadi temannya, dan menyamankan hatinya untuk terjatuh pada laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PWK Syndrome (?)
Short StoryHanya tentang Raka dan permatanya. "Aku akan selalu mengingatmu, bagaimanapun caranya. Dan kamu juga harus ingat ini, Aku selalu mencintaimu." ..... Fluffy angst Short story By JhNeaz 2020