Jarak

13 4 0
                                    

     Kenapa perasaanku tidak enak, ada sekelumit rasa takut yang berusaha mencegah langkahku untuk menemui Sean. Sepanjang jalan aku hanya termenung melihat cincin pertunangan dari Sean, aku harap ini bukan pertanda buruk namun tanda aku takut kehilangannya. Hari ini aku menemui Sean tanpa memberitahu dulu, aku naik angkot dengan membawa kue jahe buatan nenek.

     Aku sampai dirumah Sean, tapi aku melihat supir pribadinya sedang menaikkan koper kedalam mobil, apa Sean ingin liburan? Segera saja aku menepis rasa penasaranku dengan masuk kerumah Sean tanpa permisi.

"Bii inah?"

"Ehh non Alice, silahkan duduk," mepersilahkan aku duduk setelah terhenti dari pekerjaannya.

"Sean kemana bii?" tanyaku, sembari duduk di sofa mewah milik Sean.

"Ada non, diatas kalau non ingin bertemu bisa langsung naik saja,"

"Baiklah bii, terimakasih,"

"Ehh nggak nunggu bibi buatkan minum dulu non?"

"Nggak bii nanti aja yaa," mempercepat langkah, aku menuju kamar Sean.

    Sampai di depan kamar Sean aku sedikit takut mengetuk pintu, kupikir dia masih tidur.

"Sean,?"

"Hmm, masuk,"

"Apa aku mengganggu?" tanyaku mulai membuka sedikit demi sedikit pintu kamar Sean.

    Aku masuk, dan aku sangat terkejut Sean masih tergolek dikasur dengan selimut yang membalut tubuhnya. Aku melihat sekeliling kamar Sean, aku mencari ikan cupang yang kuberi apa dia masih menjaganya. Ternyata Sean menghargai pemberianku, dia menaruh aquarium yang berisi ikan cupang di atas meja, yang dekat dengan jendela kamar,  Kelihatannya cupang ini baik-baik saja.

"Bulu babi," celetuk Sean yang berdiri di belakangku, dan menyentuh bahuku.

"Iya,"

"Kenapa kesini nggak bilang-bilang? Kalau tahu kesini aku kan udah bangun dari tadi," duduk di dekat meja dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

"Kenapa? Takut aib nya ketahuan yaa hahah udah siang gini baru bangun,"

"Nggak gitu kok,"

"Eh ini kue jahe dari nenek, jangan lupa dimakan yaa," ucapku memberikan kue jahe untuk Sean.

"Wah enak kayaknya, titip salam buat nenekmu yaa makasih,"

"Ehh kenapa, supirmu menaikkan koper ke mobil apa kamu mau liburan,?

Sean hanya diam dan tak kunjung menjawab pertanyaanku, telunjuknya hanya bisa mematuk meja seolah-olah ada jurang penasaran diantara kami.

"Emm bisa nggak kamu duduk dulu, ada yang ingin aku bicarakan," berhenti mematung dan menarik kursi di kolom meja.

"Kenapa?"

"Kamu harus janji tidak boleh marah,"

Sean mengambil nafas, ada sesuatu yang tertahan dan perlu disampaikan, raut wajah Sean mulai berubah sepertinya dia takut, tapi kenapa? Sebelum dia mengatakan apa yang ia simpan aku sudah terlebih dahulu menduga, ini pasti buruk.

"Alice, aku ingin melanjutkan Kuliah S-2 ku diluar negeri," memegang tanganku agar aku tidak gusar, pernyataannya membuat darah dikepalaku lantas turun, aku kecewa.

"Apa? Maksudnya kamu memintaku  menunggu disini?"

"Alice jangan marah, coba aku jelaskan sebentar tidak baik jika kamu memilih mempertahankan ego mu sebelum mendengar penjelasanku,"

Surrender (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang