Sinar matahari pagi menerobos masuk ke dalam kamar Doyoung. Yang sedang tidur, Doyoung, meringis karena matanya terasa sakit. Mau tidak mau dia bangun dari tidurnya. Tapi bukannya mandi atau membuat sarapan, Doyoung malah melanjutkan tidurnya di sofa ruang tamu.
Seseorang yang tengah berjalan tiba-tiba terhenti saat melihat Doyoung.
"Dasar manusia ini. Hei, Hyung! Cepat bangun! Hari sudah sore!"
"Berisik, bodoh! Kau tidak lihat aku sedang sibuk?"
"Kim Doyoung bedebah!"
"Adik sialan!"
Doyoung melempar bantal pada lawan bicaranya tersebut.
"Tidak kena, haha. Ah iya, kenapa kau lulus kuliah Hyung?"
"Ada apa dengan pertanyaanmu? Ya sudah seharusnya aku lulus, bodoh. Memangnya kenapa?"
"Aku lebih suka Kim Doyoung yang rajin daripada Kim Doyoung yang pemalas seperti sekarang."
Benar, sudah satu bulan sejak Doyoung lulus, sekarang malah berubah menjadi anak pemalas, dan sering sekali menjadikan adiknya babu dirumah (karena sering diperintah).
"Lalu apa masalahnya?"
"Hyung, sebaiknya kau cari pekerjaan! Jika kau lama-lama dirumah seperti ini-- ah, sangat menjengkelkan tahu!"
"Adik macam apa yang berani bicara seperti itu pada kakaknya sendiri? Kau tidak pernah diajari sopan santun disekolah 'ya?"
"Tidak! Memangnya kenapa?"
"Bajingan! Sia-sia aku membiayai sekolah dan les privatemu."
"Masa bodoh, Kim Doyoung bau! Cepat sana cari pekerjaan, kau ingin hidup kita menggantung?"
'Keparat, sialan..' batin Doyoung. Dia terus bertanya pada batinnya, kenapa dia bisa memiliki adik semacam Kim Jisung si mahluk lucknut itu?
Namun Jisung ada benarnya, jika Doyoung tidak segera mencari pekerjaan, kehidupannya dengan Jisung nanti akan dibawa kemana?
"Kalau begitu, kau bantu aku cari pekerjaan. Ada ide?"
"Pengemis?"
"Hei.. Jisung-ah.."
Doyoung mengepal erat telapak tangannya, nafasnya sudah berderuh tak karuan seperti banteng.
"Hyung, kau menggila."
"Ya, memang aku gila. Aku gila karenamu Jisung!"
Doyoung mendorong Jisung hingga terbentur lengan sofa.
"Ahk-- Hyung!"
Doyoung lalu menduduki perut Jisung dan mencekik leher Jisung dengan gemas sambil mengeratkan giginya. Bagaimana dengan Jisung? Tentunya hampir mati di tempat.
Tiba-tiba bel rumah berbunyi.
"Lepaskan! Ada yang datang!"
Ujar Jisung dengan susah payah.
"Waspadalah kau, jelek."
Lalu Doyoung menghentikan aksinya dan melenggang keluar rumah, ternyata food delivery.
"Terima kasih." Doyoung kembali masuk kedalam.
"Jisung, kau memesan makanan tanpa seizinku 'ya?"
"Tidak, makanan apa?"
"Ini. Kau serius tidak memesan apa-apa?"
"Serius. Mungkin dari Kun-hyung?"
Doyoung mengerdikkan bahu lalu membuka kotak makanannya, dan betapa senang Doyoung saat melihat isi kotak tersebut. Terdapat tiga botol susu pisang dan roti cokelat, kesukaan Doyoung.
"Eh? Susu pisang? Aku sangat suka susu pisang. Siapa yang mengirim ini? Tidak ada nama pengirim disini."
"Hyung, aku mau."
"Tidak boleh! Ini pasti hanya untukku."
"Serakah sekali! Dengar ya, itu dikirim ke rumah kita, artinya semua pemilik rumah berhak memakan itu."
Jisung memegang kotak tersebut dan merampasnya dari Doyoung, lalu berlari pergi ke kamarnya.
"Hei, keparat!"
Doyoung mengejarnya, namun sial, Jisung sudah mengunci pintunya. Memang adik durhaka.
Doyoung tertegun, ia bertanya-tanya, siapa yang mengirim makanan pagi-pagi begini?
.
."Kau sedang membutuhkan pekerjaan, bukan? Aku punya teman, dia pemilik perusahaan J Company. Sekretarisnya angkat jabatan dua hari yang lalu."
Hari ini Doyoung sedang jalan-jalan berkeliling taman yang berada tidak jauh dari kediamannya. Juga ditemani sahabat baiknya, walau jarang bertemu, Qian Kun.
"Oh, perusahaan besar ditengah kota itu 'ya?"
"Ya, dia sedang mencari sekretaris baru. Kau kan rajin dan telaten, siapa tahu dia membutuhkanmu 'kan?"
"Ah, biasa saja Kun.. Namun, aku pasti bisa usahakan tenagaku kok, jangan khawatir!"
"Benar, aku yakin kau bisa. Aku bisa menghubunginya sekarang, namun ini hari selasa, hari yang sangat sibuk untuknya. Tidak mungkin dia akan membaca pesanku."
Betul, teman Kun yang satu itu tidak akan mungkin membalas pesan Kun jika di hari selasa, karena pesannya akan dipenuhi oleh klien kerja. Pesan Kun pasti tidak akan terbaca. Itu yang Kun bilang.
"Tidak apa, masih ada hari esok, lusa, dan seterusnya 'kan?"
"Baik, akan kuhubungi dia nanti. Setelah menghunginya aku akan memberitahumu"
"Terima kasih Kun. Dan.. kenapa kau sangat baik hati? Kau layaknya malaikat penolong untukku."
"Jangan berlebihan Doyoung. Ini karena kau juga baik hati terhadapku. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa kebaikan yang telah kau perbuat untukku saat kita masih bersekolah."
"Kau juga belebihan!"
Mereka berdua tertawa bersama-sama dan menghabiskan waktu sampai sore hari. Q-time bersama Kun memang hal yang paling menyenangkan menurut Doyoung.
.
.🐰: Aku penulis amatir, jadi kalo nanti kalian nemu kata/bagian yang melenceng dari kamus besar Bahasa Indonesia, sumimasen harap maklum, xixixi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Got You | JaeDo
Fanfiction"Doyoung, kumohon jangan pergi lagi." [on going: slow update & sedang dalam masa revisi ulang] start: 2020, July 02.