"Ada urusan apa kau menelfonku?"
"Kau bilang sekretarismu yang dulu sudah angkat jabatan bukan? Aku punya teman, dia tertarik untuk menjadi sekretaris barumu."
"Kirimkan data dirinya."
"Ah, sayang sekali. Aku tidak memiliki data dirinya. Bagaimana jika aku memperkenalkannya sedikit disini?"
"Tentu."
"Kim Doyoung, 22 tahun. Lulusan kuliah S1. Dia tinggal sendiri bersama adiknya, orang tuanya sudah meninggal sejak ia kecil."
"Kim.. Doyoung?" Jaehyun tertegun dan menghentikan aktivitasnya dengan komputer di depannya.
"Ya, kau mengenalnya?"
"Ah-- Tidak. Dimana ia tinggal?"
"XXX nomor 24."
"Benarkah itu.. Doyoung yang kukenal?" Tanya Jaehyun pada dirinya sendiri.
"Apa Jung? Aku tidak mendengarmu."
"Tidak ada Kun. Bagaimana dengan pendidikannya-- Maksudku, dimana ia bersekolah dulu?"
"Aku tidak yakin.. Ah! Dia pernah mengatakan dia menempuh pendidikan pertamanya di Joseon, lalu masuk ke SMA Yeosan, dan berkuliah di tempat yang sama denganku."
"Joseon?"
"Ya."
"Aku menerimanya."
"Huh..?"
"Aku menerimanya sebagai sekretaris baruku. Katakan padanya, satu minggu lagi dia mulai bekerja. Aku akan mengirimkan jadwalnya padamu."
"Langsung diterima? Bukankah dia harus menjalani wawancara terlebih dahulu?"
"Tidak ada wawancara. Aku sedang benar-benar butuh sekretaris saat ini."
Tidak, Jaehyun berbohong pada Kun. Ia yakin itu benar-benar Doyoung yang ia kenal. Dan juga, hanya ada satu Kim Doyoung yang bersekolah di Joseon. Itu yang membuat Jaehyun sangat yakin dengan dugaannya. Kini jantungnya berdebar dan semalaman penuh ia mengalami overthinking.
.
.Seseorang mengetuk pintu ruangan Jaehyun.
"Masuk." Kemudian Jaehyun tertegun setelah melihat siapa yang masuk kedalam ruangannya.
"Pak, saya Kim Do--"
"Aku sudah tahu. Duduklah." Doyoung menduduki kursi yang ada di depan Jaehyun. Nampaknya Doyoung terlihat gugup, dan.. takut?
"Kim Doyoung, si anak kelinci?"
"B-bagaimana Bapak tahu..?"
'Doyoung.. Sudah lama sekali.. Ini benar-benar kau rupanya. Aku mencarimu kemana-mana, bahkan hampir menyerah..
Akhirnya kau sendiri yang datang padaku. Mungkinkah Tuhan menakdirkan ini?'
.
.Kilas balik.
"Ibu, aku tidak mau pindah sekolah.. Aku ingin tetap disini, aku--"
"Cukup Jung Jaehyun! Dengarkan saja apa yang dikatakan Ayahmu, ini perintah! Kau mau menentang Ayahmu begitu?" Tangis Jaehyun pecah.
"Bu, aku tidak mau.." Lirih Jaehyun. Ibu Jaehyun tentu saja tidak tega melihat anaknya menangis.
"Jung, dengarkan Ibu. Kau akan pindah sekolah ke Australi, bukankah kau ingin kesana sejak kecil?" Jaehyun mengangguk lemas.
"Ketika kau sudah lulus SMA, kau akan kembali ke Korea, kerumahmu. Dan kau akan mengambil alih perusahaan Ayahmu. Itu sudah menjadi tanggung jawabmu."
"Tapi Bu.. Kenapa aku harus ke luar negri kalau perusahaan Ayah ada disini? Itu tidak masuk akal!"
"Jaehyun, pendidikan disini sangat rendah. Ayahmu sudah memilih sekolah terbaik untukmu. Ini berguna saat kau besar nanti, kau akan menjadi CEO yang sangat pandai memegang saham dan terjauh dari kebangkrutan. Mengerti? Ikuti saja apa kata Ayahmu."
Sekuat apapun Jaehyun menolak, itu tidak akan ada gunanya, mengingat Ayah Jaehyun yang keras kepala dan garang.
.
.Jaehyun sangat muak diejek sana, diejek sini. Dia benar-benar ingin pulang ke Korea dan memeluk Ibunya sekarang juga.
"Cukup sudah." Jaehyun perlahan-lahan merubah apapun yang ada pada dirinya. Mulai dari tampilan, cara bicara, dan sikapnya. Dalam waktu dua bulan, Jaehyun telah berubah menjadi bintang sekolah.
"Jika seperti ini, tidak akan ada orang yang mengejekku lagi." Bahkan Jaehyun sendiri pun merasa pangling dengan tampilannya yang berubah drastis.
.
."W-wait, is that Jung Jaehyun?!"
"Slap me, slap me! Tell me if it's a dream!"
"Oh my God, I see Angel for the first time in my life!"
"He's very handsome!"
"God.. damn. He's like an Korean Idol!"
Benar saja, sekarang tidak ada lagi yang bisa meremehkan dan mengejek Jaehyun. Pujaan terus terlontar dari mulut orang-orang disekitarnya.
.
.Sesungguhnya ini sangat amat berat bagi Jaehyun. Pertama, ia harus meninggalkan Doyoung. Kedua, Ibu dan Ayahnya.
Jika tentang Ibu dan Ayahnya, tidak terlalu menjadi beban fikiran. Jaehyun sering bertukar kabar melalui surat atau telepon genggam.
Dan mengenai Doyoung, dia selalu saja memikirkannya. Mengingat dia dulu adalah anak paling pendiam dan tidak suka bergaul, ia tidak bisa menghubungi siapa pun temannya di Joseon. Bahkan bisa dibilang, Jaehyun tidak punya teman disana.
Setelah kelulusannya di Australi, Jaehyun kembali pulang ke Korea. Menjalani hidupnya yang biasa-biasa saja tanpa mempunyai kekasih, walau sebenarnya banyak sekali wanita yang mengantri untuk Jaehyun. Bagaimana tidak? Ia tampan, keren, dan juga kaya raya dengan memegang perusahaan Ayahnya.
Selama menghidupi perusahaan Ayahnya di Korea, Jaehyun tak henti-henti mencari keberadaan Doyoung. Ia fikir dengan kepulangannya ke Korea, ia bisa mudah menemukan Doyoung. Namun nihil, tidak ada satu pun yang tahu tentang Doyoung. Bahkan internet saja tidak kenal dengan yang namanya Kim Doyoung.
Dan bodohnya lagi, Kun, teman baiknya, selama ini Jaehyun tidak tahu kalau Kun satu universitas dengan Doyoung. Dia menyesal tidak mengetahuinya sejak awal. Namun rasa sesal itu hilang seketika setelah melihat kembali senyum Doyoung di depan matanya langsung.
Entah ini semua tragis atau rumit, Jaehyun tetap bersyukur pada Tuhan, dan mendapat kembali kebahagiannya.
.
.🐰: Eyyo, beep beep! Xixixi.
udah bab 6 aja nih, ceritanya
nge-feel gak guys?
KAMU SEDANG MEMBACA
Got You | JaeDo
Фанфик"Doyoung, kumohon jangan pergi lagi." [on going: slow update & sedang dalam masa revisi ulang] start: 2020, July 02.