SCR 2 (Khitbahan Pria Asing)

7 5 2
                                    


"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui."
(QS. Al-A'raf: 200)

🍁

"Hi! ,Anda akan membawa saya kemana? Apa tujuan anda ?, Soal saya meminta pertanggung jawaban dengan anda yang menjatuhkan kue tadi lupakan! , Sekarang turunkan saya!" Ucapku memberontak sekeras mungkin, tanpa aku sadari air mataku juga menetes, sedangkan pria yang disampingku hanya diam dan fokus kedepan saja.

Setelah beberapa menit pria itu menjawab dengan perkataan dingin dan yang membuat ku terkejut adalah ucapan terakhir darinya.

"Saya bertanggung jawab atasmu dan kita akan menuju kerumah orangtuamu, saya akan menikahimu hari ini juga!" Jawabnya enteng dan aku hanya melongo saja tanpa berkedip menatap lurus jalanan.

"Ha!, Bahkan kita tidak saling kenal, Turunkan saya sekarang atau saya lonjat!, Hentikan laju mobil ini! " Ucapku tegas, sontak pria itu menatap Rabma dengan raut wajah dingin dan menaikan salah satu alis matanya.

"Sudah saya kunci, dan kamu tidak bisa berbuat macam macam!" Jawabnya cuek dan tetap fokus ke arah depan.

Aku berulang kali berdoa, meminta perlindungan Allah, Semoga Allah tidak membuat skenario yang tak masuk akal ini.
Aku hanya diam, bahkan aku tidak membawa apa dan aku lupa tidak membawa handphone.
"Astaghfirullahalazim, ya Robb.. tolong hamba,hamba perlu bantuan mu ya rahim." Doaku dalam hati , semoga saja Allah segera mengakhiri ini, dan selanjutnya nya aku menyadari bahwa aku belum shalat ashar, aku tidak mau menunda nundanya selagi ingat, dan mungkin ini bisa untuk aku kabur.

"Pak, saya belum shalat ashar, saya ingin shalat ashar, tolong berhentilah jika melihat masjid/musholla disekitar sini!" Ucapku memohon agar pengakuanku diterima.

Hening..

"Pak, agama saya Islam, dan Sholat itu kewajiban bagi ummat muslim, termasuk saya sendiri. Sholat itu tiangnya agama, (Hening beberapa sesaat), Bapak muslim? Jika bapak muslim maka tahu betapa berat nya siksa Allah bagi yang meninggalkan shalat nya, dan Shalat adalah pertanyaan pertama kali dihisab di alam kubur.

"Saya sudah tahu!" Jangan coba coba untuk kabur ya!" Ancamnya.

"Nah disitu ada masjid Abdurrahman, berhenti disitu pak!" Ucapku sambil menunjukan letak masjid Abdurrahman tersebut.

Aku segera turun dan mengambil air wudhu di ruang wudhu akhwat (perempuan), dengan gerakan shalat yang lebih cepet bahkan aku sengaja tidak berdzikir dahulu, hanya doa meminta pertolongan Allah dan meminta keselamatan dirinya dari pria tersebut.

Dengan tergopoh-gopoh aku lari sekencang mungkin karena aku dulu pernah juara 1 lomba maraton tingkat kabupaten pada waktu SD, ya Allah itu lama sekali bahkan waktu itu usiaku kisaran 11 tahun dan sekarang aku berumur 19 tahun dan bentuk badanku besar dan berat badanku 60 kg,, "aahhh tidakk..!, Apa aku masih kuat untuk berlari menjauh dari pria asing itu" ucapku pelan, setelah sudah aku pasang kaus kaki aku langsung berlari menuju jalan raya aku akan pergi dengan naik kendaraan umum, tiba tiba..

"He! Kamu, jangan coba coba kabur ya!" Ucap pria itu dibalik pintu masjid dengan suara lantangnya, dan mampu didengar jamaah di masjid.

"MALINGG...MALING!" sambil aku menunjuk jariku kearah pria itu, syukur ada warga yang sedang mengobrol dengan lawan pembicara nya, sontak warga itu langsung berlari mendekati pria itu.

"He!! Malinggggg..!"suara warga bersorak ramai berlari menuju pria yang sedang diambang pintu, karena ada kotak amal yang bertengger disitu dan fikirnya warga dia itu mau mencuri kotak amal tersebut.

Aku tersenyum getir dan hampir saja aku melupakan niatku untuk kabur, aku sempat melihatnya, entah kenapa aku merasa kasihan terhadapnya karena pukulan warga yang terus menonjok dia.

"Auh ahh, aku harus pergi dan menghindar darinya! " Ucapku penuh semangat,
Tiba tiba ada seseorang laki laki yang memanggilku, dan aku cari dimanakah sumber suara tersebut,

"Rabma, Rabma.."

"Kak Rafli" mataku berbinar saat siapa tau orangnya dan iya itu orangnya.

"Cepat masuk mobil!" Ucapnya seraya membukakan pintu depan dengan susah payah karena posisi kak Rafli masih dikirain pengemudi.

"Ouh iya kak"

Setelah aku masuk mobil aku melihat pria itu mengejar kami namun terkalahkan dengan kecepatan mobil dengan dia yang berlari.
Ucapku bersyukur setelah selamat dari ancaman nya.

Akupun bercerita pada kak Rafli dari awal aku pertemuan dengan pria sok cool itu, hanya membalas kata iya dan hanya anggukan saja, "menyebalkan" batinku.

Waktu sudah menunjukkan jam 18.30 ,aku segera pulang dengan motorku yang sudah diambil oleh kak Rafli di Restoran Malaka, itu saja hanya dipaksa oleh kak Rafli tidak boleh keluar mobil saat dia sudah mengambil motor dan tas ku yang tertinggal.

Entah kenapa perasaanku tak karuan dijalan dan terus kulafalkan Istighfar berkali kali dan menyebut asma Allah.

Setelah aku sampai dipekarangan rumah, aku dibuat terkejut dengan datangnya pria itu dan sudah duduk bersama keluarga ku,
Ada yang ganjil, mengapa orang tuaku tersenyum menatapku, setelah aku mengucap salam dan menyalami kedua orang tuaku ada rasa yang aneh terhadapnya. Aku langsung pamit untuk membersihkan badan.

Namun tak urung masuk kamar aku dibuat terkejut dan merasa pergerakan tangan menggenggam pergelangan tangan ku dengan sangat erat, dia ibuku, dan menyeretnyaku ke arah dapur yang tata letaknya dibelakang.

"Kamu harus menikah dengan pria itu!, Ibu nggak perlu jawaban tolakmu! Dengar itu!" Ucapnya pelan namun penuh dengan ketegasan.

"Tapi bu, mengapa ibu tega sekali, Rabma tidak mau Bu" balasku sambil menangis.

"Lihat ini! (Uang), ibu sudah menjualmu ke dia, lagian kamu nantinya hidup enak dengan dia, dari tampannya dia kaya dan kamu miskin, bersyukur ada yang mau denganmu! Liat saja penampilanmu, penampilan lusuh,dan ibu heran mengapa dia ingin sekali menikah denganmu?!"

Aku hanya bisa menangis mendengar apa yang dilontarkan oleh ibuku, sangat menyakitkan.

Setelah itu Abah datang mendekati kami, dan meyakinkan aku untuk menikah dengannya,
"Mengapa Abah seperti ini, Abah sayang kan sama rabma, Rabma nggak mau nikah bah dengan dia, Rabma nggak kenal dia" ucapku lembut dan memohon agar aku tak bersama dengan dia.

"Abah, kenal dia, dia itu orang baik, maafkan Abah ya nak dan ibumu juga" ucap abah seraya melirik kearah istrinya, sedangkan istrinya hanya mengangguk kepala saja.

"Apa maksud Abah?"

"Nak, dia itu yang menolong Abah dari kecelakaan tahun lalu dan dia sangat baik kepada Abah hanya dia yang mau menolong Abah waktu ditabrak mobil oleh seseorang pengendara yang ugal ugalan, Abah yakin dia orang yang tepat buat kamu menjadi imam yang baik untukmu dan seorang ayah yang bertanggung jawab serta sayang kepada keluarga kecil mu, percaya sama abah, dan ayah selalu berdoa yang terbaik untukmu" ucap abah panjang lebar, dan aku mengingat ingat kejadian Abah kecelakaan waktu itu bahkan aku memuji orang yang menolong Abah serta aku mendoakan kebaikannya, ternyata orang itu adalah dia "calon imamku".

Aku langsung menghambur memeluk Abah dengan erat dan tangisan air mata yang terus mengalir.
"In Syaa Allah , abah, doakan Rabma agar menjadi istri yang baik berbakti pada suami Rabma" ucapku pelan dan merasakan hangatnya pelukan seorang ayah yang membuat ku merasa nyaman didekatnya.

"Maafkan ibumu ya nak, ibu tidak bermaksud menjual kamu, Ibu hanya dihasut oleh bisikan setan, semoga ibumu selalu diberikan ampunan pada Allah" ucap abah berbisik ditelinga kananku supaya Abah tak ingin melukai istrinya, sejahat jahat istri adalah istrinya dan ibu bagi anak anaknya, hanya perlu waktu untuk memproses ibu untuk menjadi ibu yang dirindukan surga.

"Aamiin ,Abah" aku mengamini doa abah dan aku meregangkan pelukanku dengan Abah.

Seharum Cinta RabmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang