Mempercayai hidup adalah hal yang tabu dihidupku. Aku tak sangka hidupku bisa membuatku berada di dalam delusi, intuisi, ambisi dan semangkok nasi.
Takjub? Apalah dayaku yang hanya tergiur dengan sebuah pentol berbalut mentega yang membuatku tergiur dengan rasanya. Memang tidak sedap, begitu pula dengan hidup
"Hanija, tolong angkat jemuran di loteng, sudah mau turun hujan nak!"
"Tapi ibu,"
"Sudah cepat, jangan terlalu lama!"
Aku tidak malas, tapi apakah kalian tahu rumahku memiliki 14 lantai dari dasar hingga loteng, bukannya ingin sombong tapi aku cukup lelah dengan menaiki ratusan anak tangga tanpa adanya lift yang memudahkan mobilisasi antar lantai, yups ini seperti hidup, kalau kalian ingin mencapai suatu tempat kalian harus berjuang untuk dapat meraihnya, capek? Mau kembali lagi? Hitung deh berapa anak tangga yang harus kalian turuni.
"Penthol endog!, Penthol endog!"
Suara abang pentol keliling yang membuatku lapar ketika mendengarnya.
Kalian tahu pentol kan? Yaa dia itu bakso rasanya enak sekali tidak seperti hidup, uweek.
"Abang, beli pentol sepuluh ribu jangan pakai sambal yaa, bang!"
"Okesip"
"Ditunggu, bang"
Tiba-tiba abang pentol yang satu ini menyiramku dengan kuah panas khas pentol.
"Aduuuhh! Panas banget aww!"
"Jangan pernah membeli penthol-ku lagi"
Ujar abang pentolDengan ekspresi kesal abang pentol meninggalkan depan rumahku. Aku menjerit kesakitan dan kulitku melepuh seperti rengginang mentah.
Aku menangis dan orang tua-ku membawa aku masuk ke dalam rumah."Ahh sakit! Sakit sekali"
"Ya Tuhan kenapa ini bisa terjadi?"
"Aaah sakit! sakit! sakit!"
Aku menjerit dan aku berpikir mengapa abang pentol enak itu kejam kepadaku?
Aku melihat kulitku yang seperti rengginang mentah kini menjadi rengginang masak.
Aku tak sanggup melihat kondisi hidupku yang miris akibat tersiram kuah pentol.
Aku berpikir dan aku terdiam.
"Lho kok kulitku kembali mulus? Aku tidak merasakan panasnya kuah pentol itu lagi"
"Dek ini penthol-nya"
Dan ternyata semua itu hanya pikirku, aku tersadar ketika aku terdiam. Aku tersadar dalam keadaan dua bilah sumpit menusuk lobang hidungku. Rupanya aku hanya membayangkan kejadian itu sambil melihat kuah pentol yang panas
"Dek, jangan beli penthol saya lagi yaa!"
-BERSAMBUNG-
KAMU SEDANG MEMBACA
Pikirku
HumorAku berpikir dalam diam, namun terkadang aku tidak berpikir sama sekali karena terdiam. Intuisi ini membuat hidupku terjebak di dalam misteri, ambisi hidupku hampir habis terkikis oleh jiwa antagonis yang manis. Pikirku