Dream Writer : Chapter 3

9 4 0
                                    


setelah menenangkan diri dan berusaha melupakan mimpi tadi kuputuskan untuk menulis ceritaku kembali. kusiapkan buku yang biasa kugunakan untuk catatan kasarku saat menulis, beberapa pensil yang sudah kutajamkan, bolpoin untuk menebalkan beberapa adegan penting, penghapus serta tipe-x untuk menghapus bagian yang salah. pikiranku menerawang mencoba mencari ide ide untuk chapter selanjutnya dalam ceritaku.   

"Sang putri tumbuh dengan baik dalam penjagaan sang kesatria. dengan alam sebagai rumahnya dan hewan hewan sebagai temannya. sang kesatria mempersiapkan Putrinya agar nanti bisa belajar dengan baik tentang sihir,memang beberapa penyihir bisa menguasai sihirnya sejak lahir. namun ada beberapa penyihir yang harus belajar secara bertahap untuk bisa menguasai sihir yang diperolehnya, apalagi putri yang sekarang dibimbingnya harus bisa membalaskan dendam orang tuanya."

tiba tiba pensil yang ada di tanganku jatuh dan bergerak sendiri... aku terpaku dan membaca tulisan yang dihasilkan dari pergerakan pensil tersebut.

"hingga suatu hari sang kesatria kurang awas dan menyebabkan sang putri jatuh ke dalam ilusi musuh. Putri terjatuh dari pohon karena linglung. Putri Lauren berteriak teriak memanggil sang Kesatria agar menolongnya... sang kesatria dengan sigap mengobati kakinya. tanpa mereka berdua sadari di sekeliling mereka sudah ada beberapa tentara musuh yang mengepung mereka. Ken ditarik oleh salah satu prajurit dan terjadilah perkelahian 5 lawan 1 disana sementara Lauren di pukuli hingga babak belur. rintihan rintihan keluar dari mulutnya yang mulai mengalirkan darah, pelipisnya lebam, tubuhnya penuh luka. Sang kesatria berusaha membebaskan diri dari kepungan 5 orang prajurit. setelah beberapa lama sang kesatria berhasil, para prajurit mundur untuk melaporkan keberhasilan mereka membuat sang putri luka parah dan kesatria pelindungnya menderita beberapa luka luar.

"Putri? PUTRI!! astaga maafkan aku putri... aku gagal melindungimu... maafkan aku.." kata Ken sambil menangis pilu di samping sosok sang putri yang penuh luka. 

"Bukan salahmu Ken... aku masih belum bisa menjaga diriku dan menyebabklan dirimu kesulitan melindungiku... maafkan aku... aku harus menyerah... carilah diriku yang lain... LIndungi dia... bawa dia kesini... dia akan menggantikanku membalas dendam..." Kata Lauren sambil membuat portal ke dunia lain. 

"sesuai perintah mu My Princess..." Kata Kenn sambil masuk ke portal dan memulai pencariannya. 

pencarian yang sangat panjang... sampai 

"Aku menemukanmu Lauren ..." Kata sang kesatria Ken dalam wujud manusianya."

Kualihkan pandanganku ke arah depan... terlihat sesosok tubuh berdiri di depanku sambil menatapku sendu... aku tau siapa dia... Ken, Kesatria itu.

"Hai... bagaimana kabarmu?" sapanya ramah.

yah... aku tahu itu cuma basa basi karena situasi kami sekarang sangat canggung. 

"Kabarku baik... dan sepertinya kamu adalah kesatria dalam mimpiku benar kan kesatria Ken? jadi kamu akan membawaku?" Tanyaku sambil tersenyum canggung.

"Tidak sekarang... kamu harus banyak belajar" Kata Ken sambil tersenyum.

haaah... harusnya aku tidak bertanya... jadi... sekarang... aku harus menerima semua ini? seseorang coba katakan ini cuma bercanda...

"Ini bukan candaan My Princess..." Kata Ken.

sekarang bolehkah aku bertambah tidak percaya? apa dia cenayang? atau raut wajahku yang memperlihatkannya? tanpa menghiraukan Ken aku berjalan keluar UKS  menuju kelas untuk menggambil tasku dan pulang. pulang ke rumah yang bisa membuatku berfikir jernih sejernih jernihnya. tanpa berniat lebih lama di jalan, kulangkahkan kakiku lebih cepat. dengan tergesa aku mempercepat langkah kakiku, terdengar langkah kaki mendekat seperti mengikutiku...

panik, itu situasiku sekarang... masalahnya jika ada seseorang mengikutiku pasti dia akan terlihat bukan? tapi ini?! hanya ada suara langkah kaki sedangkan orangnya tak terlihat sama sekali. bolehkah aku takut?

"kau tidak perlu takut Princess ini hanya aku..." seru seseorang yang sepertinya bisa kutebak siapa.

"bisakah kau berhenti mengikutiku? kau mengganggu!" seruku kesal,takut,dan marah.

"hanya berusaha melindungi dan mengawasimu..." katanya sopan.

"kakak... anda adalah kakak kelasku... bisa bersikap seperti seorang kakak kelas dan berhenti menggangguku? saya yakin jika ada yang melihat hal ini saya bisa terkena masalah yang disebabkan oleh para fans fanatik anda." seruku dingin dan mencekam.

"yah baiklah... akan kucoba" kata Ken sambil tersenyum.

"sepertinya jika aku adalah salah satu fansmu aku bisa meleleh di tempat" sindirku.

"dan aku akan sangat bahagia melihatnya Princess" sahutnya balik. 

"dan itu tak akan pernah terjadi" kataku dingin.

"Ah... kau memang kebalikkan dari dirimu yang dulu, tapi kau tetap manis bagiku..sampai kapanpun itu. kau memang selalu cantik dan membuatku kagum serta jatuh hati" kata Ken.

"kau mencoba menggombaliku? cih... tidak mempan" kataku sebal tapi dengan sedikit rasa hangat yang mulai menjalar di pipiku, meninggalkan semburat merah di sana. kupercepat langkah kakiku, aku merasa ingin muntah... seperti ada ribuan kupu kupu di dalam perutku yang ingin terbang. 

Perasaan apakah ini? bisakah seseorang mengatakannya padaku?

Di temani oleh hembusan angin dan keheningan yang menyelimuti kami, aku entah kenapa merasa nyaman dan aman. perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan, menimbulkan kehangatan di hatiku yang dingin. mencairkan sedikit demi sedikit perasaanku. aku seperti dekat dengannya, aku mengenalnya, dan aku bisa mengandalkannya. tapi apakah kali ini aku akan merasakan kehilangan lagi? kalau begitu lebih baik aku tidak terlalu dekat dengannya. 

Aku tidak mau perasaan ini akan membebaniku nantinya. aku takut nanti aku akan kesulitan melepaskannya, aku takut aku akan merindukannya, aku takut. karena bagaimanapun tak ada yang bisa bertahan selamanya. baik perasaan, waktu, juga kehidupan. karena di setiap pertemuan pasti ada perpisahan. semuanya tidak akan menjadi selamanya. aku tidak akan jatuh lagi... tidak akan sakit lagi... tidak akan.

"tenang saja Princess... itu semua tak akan terjadi" Kata Ken yang membuatku menoleh kepadanya. 

Hangat, kehangatan ini... ingin kukenang selamanya.

Aku tersenyum hangat, untuk pertama kalinya setelah lama sekali tidak pernah tersenyum.

"thanks... kuharap kata katamu bukanlah sebuah dusta" kataku tersenyum sambil memperlihatkan sedikit raut kesedihan yang kurasa. entah kenapa aku mempercayainya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Thanks for Reading!

don't forget to comment and vote!

love you all!

see you in next chapter.

-Louisa- 




Dream WriterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang