Seperti biasa aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi, membersihkan diriku dari peluh juga air mata sisa semalam. Merenungkan kembali kebodohanku, itu bukan salah mereka. Di dunia tidak ada yang sempurna, sesakit apapun derita yang kuterima. Itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Seharusnya aku tidak berfikir seperti itu, semuanya atas Kehendak Tuhan. Semuanya terjadi atas persetujuannya, namun aku tidak bisa menyalahkan Tuhan. Semua yang terjadi pasti ada sebabnya. Saat aku bahagia, aku sering melupakan Tuhanku. Bahagia tanpa bersyukur, dan ini yang aku terima.Dia, Tuhanku... hanya ingin aku belajar lebih dewasa dengan kehilangan. Juga lebih dekat dengannya sebagai Tuhanku. Tidak melupakan untuk bersyukur atas kehidupan yang aku terima, bersyukur atas berkat berkat yang dia berikan, serta bersyukur atas kehadiran Ken. Aku sadar, sesadar sadarnya Tuhanku memang pencemburu tapi itu baik untuk kehidupanku. Karena semua yang ku terima pasti baik bagiku.
Selesai merenung aku berpakaian. Hoodie hitam dan celana jeans panjang. Ku biarkan rambut indahku terurai, dan kusisir perlahan.
Aku harus meminta maaf, banyak yang tersakiti karena aku. Ucapanku memang salah kemarin dan sebelum sebelumnya. Aku harus meminta maaf, pada Tuhanku, pada orang tuaku, juga pada Ken. Aku harus berlapang dada dan ikhlas dengan begitu rasa sakitku yang di hati ini akan menghilang. Memberikan kelegaan di hati.
Kuputuskan untuk berdoa sejenak. Melampiaskan kekesalan dan semua keluh kesahku, meminta tolong kepada-Nya, juga berterimakasih sudah diingatkan. Setelah berdoa aku menuju pintu, kubuka perlahan.
Ken, dia masih di sana. Menungguku seperti kata katanya kemarin. Matanya menatapku sendu, seolah ikut merasakan kesedihanku.
"Ken...." sapaku lirih.
Dia agak terkejut saat aku memanggilnya. Kurasa mungkin dia berfikir aku masih butuh waktu sendiri. Kulihat dia bangun dan berusaha pergi tak ingin kutolak lagi.
"Maaf... aku tidak seharusnya seemosi kemarin... aku agak... aku... lelah... Maaf" seruku tertunduk membiarkan Ken menatapku kaget.
Kurasakan sebuah tubuh merengkuhku. Menarikku kepelukan yang amat nyaman, pelukan yang sama. Sama dengan tadi malam, hangat. Membuatku tersenyum kecil, sambil berterimakasih lirih. Aku memang belum lama mengenalnya. Tapi aku seolah kenal lama dengannya.
"Trimakasih Ken... kamu membuatku bahagia kembali." Kataku sambil tersenyum dan melepas pelukan kami.
"It's okay... Princess" katanya sambil mencium punggung tanganku.
"Ish... hmm... mau menemaniku ke suatu tempat?" Tanyaku sambil melepas tanganku dari tangannya.
"Baiklah... ayo!" Katanya sambil kembali meraih tanganku, dan kali ini menggenggamnya lebih erat.
Aku tidak menolaknya sekarang. Aku hanya berusaha menyamai langkah kakinya yang bersemangat. Kami berjalan berdampingan. Sesekali Ken mengucapkan beberapa kalimat lucu dan menjahiliku. Membuatku kembali tertawa terus menerus.
Ya! Aku harus bahagia... menikmati kehidupan yang hanya sekali ini dengan baik dan tanpa penyesalan.
Tak terasa kami sudah sampai... Makam keluargaku. Aku meletakkan beberapa buket bunga yang kubeli di depan pemakaman. Suasana sendu melingkupi diantara kami. Ken memutuskan untuk pergi menjauh. Membiarkan aku berbicara dengan lebih leluasa.
"Apa kabar? Semoga kalian baik baik saja... Ma,Pa... dia Ken... dia kakak kelasku... katanya dia adalah kesatria dari dunia lain... dan aku adalah Princess-nya yang harus dia jaga dan latih untuk membalaskan dendam di dunia lain itu... apa aku mampu?" Kataku lirih sambil sesekali melihat ke arah Ken.
Memakan banyak waktu, aku akhirnya selesai. Dengan kekuatan baru aku memutuskan percaya. Pada dirinya, Ken. Aku percaya dia tidak berbohong da aku siap. Siap membalaskan dendam.
Ken menepuk pundakku, menghilangkan semua pikiran yang tadi kupikirkan.
"Kamu akan kembali membalaskan dendam pada saat yang tepat, sekarang nikmati dulu saja kehidupanmu ini... saat kita kembali, semuanya akan menyulitkan." Kata Ken perlahan.
Ah... sudah lama aku tidak mendapatkan perhatian seperti ini. Aku bahagia lagi, aku tersenyum lagi.
Kurasa besok aku akan kesekolah dengan riang, membiarkan rambutku menari nari diurai. Membiarkan angin menerpa wajahku tanpa perlu kutundukkan.Kami melangkahkan kaki kami menuju rumahku. Aku mepersilahkannya masuk ke dalam, membuatkannya minum dan kami akhirnya kembali berbincang.
"Ken apa makanan kesukaanmu?" Tanyaku penasaran.
"Ehm... dulu di dunia sana aku lebih suka memakan truffle... dan di sini mungkin aku lebih suka makan Mie Instan... itu murah dan mengenyangkan" Kata Ken.
Aku tertawa... tak menyangka... perbedaan makanannya dulu dan sekarang... Truffle? Mie? You kidding? Hahahahaha...
"Jangan terlaru sering tertawa... aku jadi ingin memakanmu! Kau seperti kue... manis!" Serunya keras.
Ah... aku tersipu... kata kata sederhananya membuatku melayang...
"Ah kau seperti manisan apel sekarang..." kata Ken lagi.
"Apaan sih... aku bukan makanan..." kataku sambil menggembungkan pipiku... kesal... dan agak malu...
"Tapi kau manis... Iya kan Princess?" Kata Ken.
"Iya iya... terserah..." kataku sambil memalingkan muka.
Ah... semoga dia tidak melihatku sekarang... aku benar benar malu. Aku terbang...
Tunggu!
Hei!
Aku benar benar terbang!
Apa yang terjadi?!
Kubalikkan lagi pandanganku... terlihat ken sedang menggerak gerakan tangannya dan aku terbang mengikuti gerakan tangannya!
"KEEEEN! TURUNKAN AKU!" Teriakku ketakutan juga kaget.
"Tidak mau bleeeee..." katanya sambil meledekku.
"KEEEEN!" teriakku lagi...
"Ya ya ya... baiklah..." katanya sambil menurunkanku.
Aku bernafas lega saat turun kembali ke lantai... dan dengan lebaynya ku peluk lantai... seolah tak ingin berpisah lagi... berada dekat Ken mengancam kesehatan dan kewarasanku sepertinya. Tapi setidaknya aku senang. Senang bersamanya dan nyaman.
Author's Note.
Harusnya ini yang publish di chap sebelumnya... yah akhirnya ku edit lagi sedikit...siapa yang senyum senyum pas baca? hayooo ngaku...
Sekian ya... semoga hari kalian bahagia... see you next chapter!
Jangan lupa vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Writer
Fantasy-Lauren Raveen- aku adalah penulis mimpiku sendiri kususuri takdirku yang kutulis amat rapi mimpi mimpi yang mulai mengejarku kejadian kejadian yang menjadi nyata apakah yang harus kulakukan? tulisanku menjadi nyata, dan membawaku ke kenyataan yang...