Pelarian 2, Indomaret

2 1 0
                                    

Mobil Jeep dikendarai Nanta perlahan menyusuri jalanan, melewati mayat-mayat yang tergeletak seperti tumbal untuk patung di belakangnya. Mataku punterbiasa dengan pemandangan ini. Berulang kali mobl ini menabrak mayat yang menimbulkan rasa seperti melewati polisi tidur. Kami yang berada di mobil melihat sekitar dengan awas.

Tiba-tiba Tyas menepuk pahaku dan menunjuk ke arah sebrang jalan, seketika itu aku disuguhi pemandangan 3 buah zombie yang memunggungi kami sambil menunduk. Sepertinya mereka sedang memakan sesuatu, pastilah manusia. Seiring dengan mobil yang menjauh para zombie telah meninggalkan meja makannya, terlihat seorang wanita yag sedang merenguh sesuatu. Sesuatu tersebut dan ia sama-sama dilumuri oleh darah dan punggung wanita tersebut sebagian telah hilang ototnya. Semakin jauh, sekarang pemandangan menyedihkan itu telah hilang. Pengorbanan seorang ibu tak tergantikan.

‘Semoga mereka diterima di surga-Mu’. Pintaku dalam hati.
Sunyi.

Kami hanya bisa melamun setelah melihat pemandangan tadi. Sampai Firman memecah keheningan.

“ Sepertinya kita perlu bekal untuk di jalan.”

“ Iya juga, “ timpal Diana.

“ Beb, di depan sana ada Indomaret, kita ke sana dulu aja.” sambung Diana setelah meninjau jalanan di depan kami

“Woke!”

Tibalah di depan Indomaret yang bertulisakan Denpasar, berarti kita sudah di Kota Denpasar. Sebelum turun kami meninjau kembali keadaan sekitar. Yang kulihat sekarang adalah Indomaret pada umumnya, bersih , ruangan yang terang benderang, hanya saja ditambah absennya kasir Indomaret yang selalu siap menyambutkita dengan ramahnya setelah saat membuka pintu Indomaret. Entah kemana.

“Aku akan turun dulu mengecek di dalam” kata Nanta di barengi dengan membuka pintu mobil di samping kanannya.

“Aku ikut Ta!” jawab Satya dengan suara beratnya ditambah sedikit serak mungkin karenaia lama tidak berbicara. Dengan cekatan ia turun dari mobil dan menyusul Nanta.

Dari dalam mobil bisa kulihat mereka memasuki Indomaret dengan hati-hati dan mempersenjatai diri merea sendiri dengan senjata yang mereka gunakan di hotel. Setelah mengecek meja kasir, mereka berdua menelusuri rak makanan dengan tujuan gudang. Pintu gudang tertutup.

1 menit
2 menit
3 menit

Akhirnya mereka berdua keluar dari ruangan khusus staff tersebut. Aku yang tadinya cemas lalu bernafas lega melihatnya. Tapi ada bercak darah di wajah Nanta, kenapa?. Mereka berdua berjalan keluar ke arah mobil.

“A..”

“ Ya ampun beb kamu kenapa?” belum selesai Nanta menyelesaikan omongannya langsung disambuut dengn Diana dengan hebohnya.
Aku yang melihat mereka berdua engkel-engkel an tentang kondisi Nanta hanya bisa tersenyum saja.

Turun dari mobil, aku paling terakhir. Dari dulu aku begitu, entah kenapa rasanya lega saat memastikan semuanya baik-baik saja. Ternyata Satya menugguku di  teras Indomaret dengan menyilangkan tangannya

“Lama banget?” tanyanya

“ Ya serah-serah aku lah”

“Yaudah ayo masuk”

“Nah ini masuk nih” kataku sambil mendorong pintu kaca di depanku.

“Iya iya iya iya iya” susul Satya di belakangku.

Di dalam, Firman dan Tyas berada di rak minuman, sedangkan Nanta di rak peralatan rumah tangga. Diana yang dari tadi menelususri rak obat-obatan melihat dan berbicara padaku dari kejauhan.

“Artika, obat buat nyeri haid itu apa??” ia menahan perutnya dan menahan rasa perih di dalamnya

“Oh bentar,” aku menuju tempat Diana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keluar!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang