"Aduh kemaleman lagi nih pulangnya, aku harus cepet cepet nyampe rumah, kalo engga Mama bisa repot."
"Hah hahh haahh"
Joni mengayuh sepedanya dengan cepat. Namun, saat mendekati gang dia mendengar suara.
"Ayolah nona manis, hanya malam ini aja."
"Iya ayolah, cuma main-main sebentar aja koo."
"Tenang aja kami ga akan berbuat jahat."Benar saja, saat sampai, didapatinya ada 3 orang pria dewasa sedang menggoda seorang gadis. Gadis itu nampak diam saja, pasrah mungkin sudah hilang harapan.
Seketika terlintas dipikiran Joni untuk memalingkan wajahnya lalu pergi saja berpura-pura bahwa apa yang diliatnya tidak pernah terjadi.
"Sudahlah Jon, kamu pergi aja, percuma juga kamu bantuin dia, nanti malah kamu hancur sendiri"
Namun, mata Joni terbelalak. Saat tangan-tangan kotor itu mulai memegangi tubuh gadis itu, tiba-tiba saja mata gadis itu melihat ke arah Joni dengan tatapan putus asa namun seperti ingin diselamatkan, matanya seakan mengatakan " Tolong, selamatkan aku".
"Hahhh" Sesuatu mulai mempengaruhi Joni.
Joni yang menyaksikannya, tiba-tiba hatinya merasa sakit, seakan ada tekanan yang begitu dahsyat, tanpa sadar dia menjatuhkan sepedanya dan tubuhnya berlari mendekati mereka. Joni seperti dirasuki.
"Lepaskan dia, kamprett." Joni meneriaki orang-orang itu
Saat sudah dekat Joni melemparkan tas yang dia bawa kepada orang-orang itu. Hingga mereka sedikit kesakitan dan hilang konsentrasi ke gadis itu.
"Ah apa-apaan ini, bocah sialan"
"Dasar, mengganggu kesenangan orang dewasa aja."Melihat kesempatan ini dengan tergesa gesa Joni pun segera menggandeng tangan gadis itu dan menariknya untuk melarikan diri
"Ayo cepet!! Kita harus lari dari sini."
"Bocah sialan, berenti."
Gadis itu hanya terdiam menuruti perkataan Joni, sambil memperhatikan punggung Joni dari belakang.
"Tolong, tetap gerakan kakimu, jangan menyerah, kita pasti selamat." Joni terus berteriak memberi semangat gadis itu.
Dia terkeju, matanya perlahan menitikan air mata.
Kejar-kejaran pun tak terelakan, Joni terus menarik gadis itu agar jangan sampai tertangkap oleh mereka. Jalan berkelok-kelok mereka lalui untuk mengelabuhi mereka. Di persimpangan mereka berhenti.
"Sial, gimana caranya bisa kabur dari mereka nih, hah haah"
"Hah haaah, ayo ke sini"
Joni menarik gadis itu bersembunyi dalam gang yang tampak remang-remang. Mereka menempelkan dirinya ke dinding yang nampak gelap, berharap bisa menyamarkan diri untuk tidak ketahuan.
Terdengar suara nafas Joni yang sangat terengah-engah selain itu matanya juga menunjukan ekspresi bahwa dia sangat ketakutan."Tenanglah Joni, tenanglah."
Jonipun mengatur nafasnya untuk menenangkan diri. Namun, suara nafasnya malah semakin keras.
"Woyy, tenang sialan." Teriak Joni dalam hati
Tak lama kemudian, orang-orang itu mendekati persembunyian mereka. Merekapun berhenti di persimpangan. Mencari dan menerka jejak Joni lari tadi.
"Hiii gawat"
Tangan kiri Joni menutupi mulut dan hidungnya
"Sialan kemana mereka pergi"
"Cepet banget"
"Kalo sampai tertangkap akan aku hajar anak itu, berani-beraninya mengambil mangsa kita"Sementara Joni ketakutan setengah mati, gadis itu malah terlihat sangat tenang dan terus memperhatikan Joni.
"Ayo cari yang bener, akan aku remukan tu bocah"
"Liat bos di sana ada orang. Jangan-jangan itu mereka."
"Okee, ayo ke sana.""Sial ketauan" dalam hati Joni makin panik
Namun, ternyata suara mereka malah menjauhi Joni.
Setelah dirasa orang-orang itu cukup jauh. Jonipun merasa sangat lega, nafasnya sangat terengah-engah saking takutnya, kakinyapun menjadi sangat lemas. Perlahan tubuhnya yang menyender tembok turun perlahan-lahan saking lemasnya
"Ahh sukurlah kita selamat, kakiku sampe lemes banget huhh"
"Ehh kamu ga kenapa kenapa kan?"
Jonipun menoleh dan tersenyum ke gadis itu.
"Pah..la..wan..ku" suara gadis itu sangat pelan dan terbata-bata, matanyapun berkaca-kaca.
"Kamu mengatakan sesuatu?" Joni memastikan.
"Ah engga, aku baik-baik aja" Gadis itu menyeka matanya yang mulai basah.
"Ohh, tapi kenapa kamu nangis?"
"Ahh..."Belum selesai gadis itu menjawab, Joni mulai sadar dari kerasukannya. Tangan kanan Joni masih memegang erat tangan gadis itu.
"Ehh?" Joni kebingungan
Kepala Joni terus melihat ke atas ke bawah, melihat tangan dan wajah gadis itu, bolak balik sampai beberapa kali.
"Ehh?"
"Ehhh" Joni masih mencoba memahami apa yang terjadi.
"HEEEHHHH!! Ceweee? Aku megang tangan ceweee?" Joni tiba-tiba berteriak."Ehh siapa kamu? Apa yang barusan aku lakukan?" Joni panik sendiri atas apa yang dia lakuin
"Maafkan aku, maafkan akuu, maafkan akuu." Joni segera melepas pegangannya dan sujud memohon maaf ke gadis itu.
"Maafkan aku, maafkan akuuu, maafkann akuu."
"Ahh ga papa koo, maka...." Suara gadis itu terputus."Akhirnya ketemu juga Nona" Tiba-tiba ada 2 orang berjas rapih mendekati gadis itu
"Nona Jean apa yang anda lakukan di sini?"
"Kami sudah mencari Nona kemana-mana"
"Ahh anuu..." Tiba-tiba wajah gadis itu berubah muram."Ayoo kita harus segera kembali, sebelum tuan marah"
Sementara itu Joni masih saja bersujud meminta maaf
"Maafkan aku, maafkaan akuu..."
"Orang yang aneh." Kata orang berjas itu
"Ayo Nona, kita harus pergi dari lingkungan kumuh ini sebelum Nona tercemar orang aneh ini"
"Maafkan aakuu, maafkaan akuuu..."
" Tapiii... orang ini.."
"Ayo Nona, tuan sudah menunggu anda."
"Ya, baiklah" Wajah Jean malas
"Maafkan akuu, maafkaan akuu..."Jeanpun dibawa oleh 2 orang ituu, berjalan menjauhi Joni menuju mobil yang telah terparkir rapih d persimpangan. Ketika pergi Jean sesekali menoleh ke arah Joni.
"Terima kasih pahlawanku. Kita pasti bertemu lagi."
Jonipun bangkit dari sujudnya. Jonipun teringat sesuatu...
"Sial, tas dan sepedaku? Pasti ketinggalan di tempat itu, gawat gawat gawat. Habis sudah riwayatku."
*** Di dalam mobil ***
"SMA Terbang Tinggi ya? Kita pasti bertemu lagi Jon Kenny." Jean tersenyum senang.