"Tidak mungkin sanggup aku merangkai kata,
Bahkan sampai dawat ini habis mencari makna,
Sebab indahnya cahaya mu terlalu silau untuk diraba.
Maka diamlah sejenak : Cinta, duduklah dulu disampingku.
Barang sepasang menit saja."Kata hatiku pada malam yang bercahaya itu.
Bak susunan timah yang dipantulkan lampu mengenai kedua buah mata ku.
Iya tiba-tiba menyerang,
walau sebenarnya kita bukanlah sepasang kabar yang pernah merindu.
Kita juga bukan sepasang rindu yang pernah sulit untuk bertemu.
Kau pancaran baru, sang cahaya yang menyiat kalbu.
Malam ini aku sampaikan kepada mu,
Sembari menatap langit yang beranyamkan para bintang,
Yang silang menyilang tersusun asap bak buit yang berpecahan.
Malam ini ku duga mungkin kau dan ku berharap akan impi kita menjadi sama.
"Rasa ini seperti pria tua tidak bermata,
Tolong ajari aku Cinta,
bagaimana cara menangkapmu
yang bagai titik di akhir banyak cerita.
Malam itu, Kau bagaikan teks puisi yang belum pernah tertulis Cinta.
Sedangkan yang lain adalah catatan kakinya."Tapi begitulah rasa,
Ia sulit di ukir dengan derat derit kata-kata.
Semoga impi kita menjadi sama,
Walau ku hanya mampu melolong kencang lewat kata.
Semoga impi kita menjadi sama,
Walau ku hanya mampu menebas embun dengan sebatang pena.
Semoga impi kita menjadi sama.
Aku sebagai penyair menurut mu dan kau penikmat kata-kata.
"Ahhhhh....seragah hati kecil malam itu.
aku bukan penyair.
Aku hanya pencari kata yang saban hari gemar merangkaikannya.
Menjadi jerit halus membentuk makna.
Menjadi lolong kasar saat dibaca."Aku hanya penghabis dawat yang berharap kata mampu menjadi impi.
Yang berharap setiap kali nama ku dilihat, akan menjadi denyut dalam hanyut.
Walau kita diretas jarak dirampas waktu dan dipukul rindu.
Jadikan lah aku impi, walau kata telah habis lapuk dipuih waktu.
PUISI DI UBDATE 1 HARI SEKALI
JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM @hang_kata
SALAM HANGAT 😘😘😘😘😘