DI UJUNG TANJUNG PALING TEPI

28 5 0
                                    

"Perkelahian ombak dan tebing
Sangat mengenaskan sekali.
Percikan darah
Kesana kemari."

Senja itu aku duduk bersalaman dengan angin di tepi tanjung.

Aku melihat perkelahian di tepian tanjung.

Tapi pertempuran itu tidak menarik perhatian ku.

Aku malah membayangkan mata mu yang indah bak samudara.

Bibirmu yang cerah bagaikan senja.

Dan senyum mu yang manis bak buih yang tercipta.

"Aku bergeser dari pingir tebing
Saat percikan hasil perkalahian ombak dan tebing
Menghambur kewajahku."

Hayal ku terlalu tinggi, sebab cintaku telah terberi.

Tidak hanya membayangkan mu yang indah bak samudara

yang cerah bagikan senja yang manis bak buih.

Sering pula kulihat bayang wajah mu di ukir awan sangat tinggi,

Tinggi sekali. Tidak bisa aku untuk menjengkau.

Bahkan saat malam kau seolah berdiri cerah dibalik

gemelung awan yang menari-nari.

Bagaimana aku mengapaimu ? mengalah saja aku sudah tak mampu?

"Kulihat ombak terbang naik kedaratan kemudian
membentuk sebuah genagan"

Terbayang oleh ku pesona pipimu yang merona

Bagaikan langit sore yang memantulkan dirinya pada genagan

membentuk warna kusumba.

Semua selalu berubah,

Kadang gelap, kadang terang, kadang juga abu-abu.

Tapi setiap kali aku duduk di sudut tanjung paling tepi.

Indah mu, ingin ku. Selalu datang menjamahi.

Walau galah ku tak sepanjang harap ku pada mu.

Walau do'a ku tak selama bayang mu di kepalaku.

Walau harap ku belum tentu engkau mau.

Aku selalu bahagia bahwa ternyata

di sudut tanjung paling tepi ombak bukan sedang berkelahi dengan tanjung.

Tapi, di sudut tanjung paling tepi mereka sedang bercumbu mesra menanti malam.

TERIMAKASIH SUDAH MEMAKAN MAKNA MELAHAP RASA.

PUISI DI UBDATE 1 HARI SEKALI

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM : @hang_kata

SALAM HANGAT😊😊😊😊😊

KUMPULAN KATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang