🌼'~•Tiga;

445 59 7
                                    

"Capek banget dah." Begitu sampai, Minhee langsung menidurkan badannya di sofa. Sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan.

"Salah siapa lu ribut." Disusul Jaemin yang baru masuk dengan menenteng paper bag berisi sepatu Minhee dan beberapa kantung makanan.

"Bukan gue, dia duluan!"

"Ck, dasar bocil. Dah ni makan atau gue habisin." Jaemin mengeluarkan makanannya. Ada martabak, kue Bandung, kebab, seblak, macaroni rasa, dan sebungkus basreng pedas.

"Gue udah nggak bocil, Kak. Besok gue SMA. Panggil mamah dulu kali, kayak bisa lu ngabisin semua."

"Maaahh... Mini bawa seblak, Mah." Ucap Minhee sedikit keras. Mamahnya turun dengan daster rombenya.

"Wah, asiiik!" Ucapnya seperti Susanti, dia suka kembarannya itu. Kembar namanya aja sih.

"Mah, tau gak? Tadi Minhee ribut." Jaemin membuka pembicaraan. Minhee mendecih.

"Ah, Cepu lo kak."

"Ribut sama siapa, Kak?" Tanya Mamah.

"Gatau tuh, kayaknya tadi kakak dengernya Adam Adam siapa gitu. Temennya Minhee." Jawab Jaemin.

"Ketemu mulu adek sama si Adam itu. Kalo kata mamah si emang jodoh." Kata mamahnya. Ngomong-ngomong, saat ada Jaemin dan juga Minhee, panggilan mereka menjadi kakak dan Adel ya. Kalau si mamah manggil Min semua nanti bingung.

"Terserah ah, Minhee laper. Martabak tak habisin, ya?"

"Eeitss! Gue juga mau nyicip." Jaemin menoel tangan Minhee yang akan mengambil martabak seboxnya.

"Yaudah, nih." Minhee memberi dua potong martabak. Lalu dia segera menghabiskan semuanya.

Dia tak takut gemuk atau jelek, sebanyak apapun dia makan fisiknya tak berubah. Perut kenyang hati pun senang~

...

"Ih, kok Minhee nggak boleh bawa mobil sendiri?! Minhee udah gede, mah." Ucap Minhee saat akan berangkat sekolah diantar Jaemin. Kebetulan kakaknya itu ada kelas pagi, jam 8. Mau nongki dulu katanya.

"Umur kamu masih 16, dek! Iya kaki kamu nyampe ke pedal gas, tapi belum punya SIM. Nanti kelas sebelas baru boleh." Kata Mamahnya.

"Heunghh.." Minhee menghela kasar,lalu pamit kepada mamahnya. Sedih sekali hari  sekolah pertamanya di SMA, papahnya sedang dinas ke luar negeri.

"Kakak Pamit mah." Jaemin menyalami mamahnya, diikuti Minhee. "Minhee juga pamit." Mereka berdua masuk kedalam mobil.

"Hati-hati pangeran-pangerankuu!" Mamahnya dadah-dadah setelah mereka keluar dari gerbang.

...

"Makasih, kak. Gue masuk dulu, yup?" Minhee turun dari mobil.

"Belajar yang bener, jangan lupa cari pacar juga." Setelah mengatakan itu, kaca pintu mobil tertutup dan Minhee hanya mengokekan saja. Lalu Jaemin melaju meninggalkan minhee.

"Lalalalala.. aku malas sekali... Pengen reeebahan~" Minhee bersenandung dengan nada lagu Doraemon. Berjalan biasa saja, tidak terlalu semangat, juga tidak lunglai malas. Hanya saja Minhee mager untuk berjalan ke kelasnya. Andai dia bisa jadi Kau hyung, bisa teleportasi.

Minhee nggak bakal capek walau teleportasi ke surga sekalipun, eh, jangan nanti kudu wafat dulu. Minhee belum nikah.

Dia mencari ruang kelas sepuluh IPS 4. Dilantai dasar rupanya. Alhamdulillah nggak capek naik turun.

Memasuki ruangan dengan perasaan canggung karena pertama bertemu. Minhee duduk di kursi dekat jendela nomor dua dari belakang.

"Lah, Mini lagi broouuw?!" Baru saja Minhee mendudukkan pantatnya, suara berasal dari depan bangkunya.

"A en je a ye anjay, kok bisa ya, Jin?" Minhee bertos sahabat dengan Wonjin yang merupakan classmate Minhee sejak SD.

"Mana gue tau, bosen tau liat lo mulu Min. Hahahaha, canda."

"Yeuu! Lo kira gue nggak bosen apa? Rambut lo tuh dari dulu gonta-ganti warna mulu apa nggak takut direboisasi lagi?" Tanya Minhee, melihat warna rambut Wonjin yang sekarang berwarna baby pink. Setelah sebelumnya berwarna merah gincu.

"Ini bisa ilang kok."

...

Hari ini nggak ada kegiatan belajar mengajar, karena hari pertama jadi MOS dulu. Semua anak kelas sepuluh digiring menuju aula untuk mendengarkan si ketos berbicara.

3 jam lamanya, Minhee tak tahu apa yang ketos ganteng itu bicarakan. Baru 15 menit, dia sudah mengantuk dan memilih menyandarkan kepalanya di dinding lalu tidur.

Kegiatan di aula berakhir. Mereka diajak keluar untuk school tour, dipandu kakak-kakak osis.

"Heh, bangun." Seseorang menghampiri Minhee yang masih terlelap. Mengguncang badannya sampai sang empu terbangun.

"Hah? Udah selesai?"

"Lagi school tour. Kek gembel banget lu tidur di pojokan." Jawabnya.

"Adam bacot banget, sih?! Gue ganteng dibilang gembel." Minhee berdiri lalu ngedumel kepada Yunseong.

"Mulai sekarang panggil gue Yunseong aja, ya?"

Minhee hanya menaikkan alisnya bingung. "Kenapa?"

"Gue bukan nabi."

Mendengar jawaban Yunseong, Minhee mendatarkan wajahnya walau masih tak sedatar Yunseong.

"Anjay."

Mereka segera menyusul teman-temannya. Berjalan rapi seperti bebek dengan kelompok kelas masing-masing.

Yunseong dan Minhee yang tak tahu kelasnya masing-masing ada dimana, bergabung ke kelas lain yang mereka pun tak tau. Yunseong juga terlambat karena dia sempat ke toilet sebelum school tour.

"Psstt.. ini kelas berapa njir?" Bisik Minhee.

"Udah sih ngikut aja." Balas Yunseong.

Keduanya mengikuti barisan, namun Minhee tak memperhatikan penjelasan kakak OSIS itu. Yunseong sedikit memperhatikan, walau suara kakak OSIS itu sedikit tidak terdengar.

"Huaahh.." Minhee menguap, melihat bangku didepan perpustakaan Minhee diam-diam mendudukkan dirinya dan tidur disana. Dia tak memperdulikan orang yang melihatnya aneh, dia sangat mengantuk sekarang.

"Loh, Mini kemana?"













🌼

MIPA vs. IPS || 🌼HWANGMINHEE🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang