Happy reading!
Author POV
Motor ninja milik Arsen mulai memasuki area sekolah. Terdapat tulisan 'Rainbow Senior High School' di sisi kanan bangunan.
"Untung aja belnya bunyi pas kita udah sampai," ucap Arsen seraya melepaskan helm dari kepalanya.
"Santai aja kali. Ini hari pertama kita jadi kelas sebelas. Nggak bakal ada hukuman karena kita telat," ucap Viola seraya meletakkan helm di motor Arsen.
"Kebiasaan banget sih. Rambut lo berantakan banget gara-gara pakai helm. Kan gue udah bilang kalau kita naik motor rambut lo iket, biar nggak berantakan kayak gini," cerocos Arsen. Ia merapikan rambut Viola yang acak-acakan. Tak peduli jika mereka jadi pusat perhatian.
Hal itu membuat Viola menjadi baper. Siapa yang tidak terbawa perasaan jika perlakuan Arsen begitu manis. Viola memanglah manusia lemah, ia tak bisa menahan perasaannya pada Arsen. Padahal sudah jelas jika mereka adalah sahabat dari masa taman kanak-kanak.
Terkadang mengingat fakta jika mereka bersahabat membuat Viola sedih. Mungkin perasaannya tak kan terungkap sampai kapan pun.
"Awh, sakit Arsen," ucap Viola saat merasakan pipinya sakit karena dicubit oleh Arsen.
"Salah sendiri bengong. Udah tahu kalau bel masuk udah bunyi, masih aja bengong," ucap Arsen.
"Siapa yang bengong coba," elak Viola.
"Yuk kita ke kelas, gue udah rindu sama teman-teman tercinta," ucap Arsen. Ia menggenggam tangan Viola, berjalan beriringan menuju kelas mereka, XI IPS 2.
Viola melihat ke arah tautan tangan mereka. Ada rasa bahagia ketika Arsen menggenggam tangannya. Andai saja Arsen memiliki perasaan yang sama, pasti semuanya tidak akan rumit. Tapi Arsen hanya menganggapnya sebagai sahabat, tidak lebih dari itu.
Viola membiarkan mereka menjadi tontonan gratis dari para penduduk sekolah. Toh hampir seantero sekolah tahu jika mereka adalah sepasang sahabat.
"Halo teman-teman tersayang. Bagaimana kabar kalian?" ucap Arsen saat memasuki kelas mereka.
"Baik. Tapi lebih baik kalau nggak ada lo," balas Kristo, cowok yang menjabat sebagai ketua kelas.
"Jahat banget sih," balas Arsen. Dengan masih menggenggam tangan Viola, Arsen berjalan menuju bangku paling belakang. Dan sepertinya bangku itu akan menjadi tempat duduk mereka.
"Udah pergantian tahun ajaran, dan kalian masih sahabatan? Nggak ada niatan buat ganti status gitu?" ucap Dio, teman sebangku Kristo.
Arsen merangkul bahu Viola. "Kita kan best friend forever. Iya kan Vi?"
"Iya lah," balas Viola. Hatinya terasa nyeri saat Arsen berkata demikian.
"Nggak ada persahabatan antara cowok sama cewek. Pasti di antara kalian ada yang suka kan?" tanya Dio.
"Siapa bilang? Buktinya gue sama Vio tetep jadi sahabat, nggak ada tuh yang pakai perasaan. Kita itu murni sahabat, lebihnya sih gue nganggep Vio adik gue," ucap Arsen.
Baru saja Viola akan membalas ucapan Arsen, tapi tiba-tiba seorang guru perempuan masuk dan memberikan salam.
Tapi Viola bersyukur, datangnya sang guru dapat menghentikan obrolan mereka. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya Viola terluka, sampai kapanpun Arsen tetap berstatus sahabatnya.
*****
"Pelan-pelan, Vi. Gue nggak bakalan minta makanan lo kok," ucap Arsen. Kebiasaan Viola tidak pernah berubah. Selalu makan dengan terburu-buru. Padahal durasi istirahat di Rainbow Senior High School cukup lama.
"Bodo amat. Gue nggak denger, Sen," ucap Viola. Ucapannya tidak terlalu jelas karena mulutnya penuh dengan mie ayam.
Arsen menyentil dahi Viola. "Kalau dibilangin tuh nurut, kalau keselek mampus lo."
Viola mengusap-usap dahinya. "Jahat banget sih. Ini namanya kekerasan kepada anak di bawah umur."
"Iya-iya yang masih bocil," ucap Arsen seraya memasukkan bakso ke dalam mulutnya.
"Gue masih di bawah umur tapi bukan bocil," ucap Viola. Ia menatap Arsen dengan kesal.
"Ngakunya bocil, porsi makannya kayak raksasa," ucap Arsen.
"ARSEN! GUE BUKAN BOCIL!"
Viola berdiri dari duduknya. Ia mendekat ke arah Arsen yang sedang sibuk menyunyah baksonya. Tanpa aba-aba ia memukuli Arsen.
"Uhuk!"
Karena ulah Viola, bakso yang ada di mulut Arsen keluar begitu saja. Hal itu tak luput dari penglihatan penghuni kantin.
Viola yang melihat Arsen mengeluarkan bakso yang sudah sedikit halus itu mulai was-was. Ia menghitung dalam hati. Di hitungan ke tiga ia mulai berlari, meninggalkan Arsen yang masih minum.
"AWAS KALAU LO KETANGKAP, CIL."
"Coba aja, wlee," ucap Viola diakhiri dengan juluran lidah ke arah Arsen.
Bugh
Akibat tidak berhati-hati ketika berlari membuat Viola tersandung. Tubuhnya menempel di lantai.
Arsen yang melihat hal itu langsung menghampiri Viola, ia membantu gadis itu berdiri. Arsen meringis saat melihat lutut dan siku Vio berdarah.
"S-sakit, Sen," ringis Viola. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Udah nggak usah nangis. Kita ke UKS sekarang," ucap Arsen. Detik setelahnya Viola telah berada di gendongan Arsen.
UKS tampak sepi, tak ada orang di dalamnya. Mungkin saja petugasnya sedang istirahat. Arsen menghentikan langkahnya ketika ia telah berada di depan ranjang UKS. Dengan perlahan Arsen menurunkan Viola. Mata gadis itu tampak berair, mungkin saja Viola telah menangis tanpa suara.
Arsen mengobati luka Viola dengan cekatan. Jangan ragukan kemampuan Arsen, cowok itu pernah menjadi anggota PMR saat SMP. Jadi untuk mengobati luka tersebut sangat-sangat mudah.
"Selesai. Udah jangan nangis lagi," ucap Arsen. Ia mengusap air mata yang masih ada di pelupuk mata Arsen.
"Gimana nggak nangis, sakit tau," gerutu Viola.
"Itu karma. Salah siapa lo ganggu gue," ucap Arsen.
"Ya salah lo lah. Siapa suruh ngatain gue bocil," ucap Viola.
"Lo emang bocil, Vi. Umur Lo aja masih otw 16," ucap Arsen.
Karena kesal dengan ucapan Arsen, Viola memukul bahu Arsen dengan brutal. Tak peduli jika cowok itu sudah merasa kualahan.
"ARSEN SAKIT! HUAAA!"
Arsen hanya tertawa jahat ketika melihat Viola menangis. Bukan tanpa sebab, sebenarnya ia menekan luka Viola dengan sengaja.
________________________________________
Part 1 udah up, semoga kalian suka yaaa❤ kalau udah baca jangan lupa votenya.
Purwodadi, 11 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE BE MINE ✔
Teen Fiction[B e l u m R e v i s i] Amazing cover by @graphic_cii Disarankan follow sebelum membaca⚠️ Viola Margareta harus menelan kekecewaan saat mengetahui jika Arsenio Damian Ganendra menyukai Mikhaila Novalina, siswi baru di kelas mereka. Harapannya hanc...