keep asking - calum hood

39 5 6
                                    

"Guess what's day is tomorrow?" suaranya terdengar di telingaku.

Aku merebahkan diriku ke tempat tidur sambil terus memegangi ponsel agar terus menempel di telingaku. "Saturday," jawabku asal, sekarang bahkan bukan hari Jumat.

Ia mendesis di seberang sana. "Please, baby, I'm serious."

"Okay, tuesday," jawabku setelah mengingat hari apa sekarang. "Then what?"

"Really?" pekiknya. "You don't remember anything?"

Aku terdiam karena berusaha keras untuk mengingat, tapi akhirnya menggeleng juga.

"Hey, are you in?"

"I am," jawabku. "You know, I'm so excited and I can't remember anything except from..."

"From?"

"I don't have any classes tomorrow, woo-hoo!"

"Oh my God!" serunya. "Like... for real, babe?!"

"Do I look like joking around?"

Calum menghela napas, aku yakin ia sedang menggeleng-gelengkan kepalanya di seberang sana. "Okay, no," katanya. "Wanna hang out?"

Mendengar ajakan tersebut, aku langsung berbinar. "Of course, yes!"

"I'll pick you up at 10."

"But, um... Cal?" aku teringat. "Don't you have to go to studio tomorrow?"

"Who's said that?"

"No one," aku mengakui. "Just guessing."

"I don't," balasnya. "So... see you tomorrow, baby."

"See you, Cal," ujarku lantas menguap.

Ia tertawa kecil sementara aku menguap. "Go sleep it's late."

"You too."

Setelah mengiyakan kata-kataku, Calum mengatakan sampai jumpa untuk kedua kalinya kemudian mengakhiri panggilan. Aku pergi tidur tidak lama kemudian.

***

Aku mengenakan Nike Air-ku setelah mengirim pesan teks pada Calum yang isinya menyatakan kalau aku sudah siap sekaligus menanyakan keberadaannya. Aku duduk di sofa memainkan ponselku sambil menunggu kedatangannya. Sepertinya ia akan sampai tidak lama lagi, karena pesanku tidak kunjung ia balas.

Tak lama kemudian, saat aku sedang mengoper-oper channel TV, suara bel pintu terdengar membuatku berlari ke pintu depan. Aku membuka pintu dan mendapati dirinya membungkuk sambil mengulurkan tangan seperti seorang pangeran berpakaian kemeja dan skinny jeans.

"Good morning, Young Lady. Can I take you to a date?" ujarnya.

Aku menepis tangannya. "Stop it, Hood!"

Ia berhenti membungkuk dan ikut tertawa bersamaku. "But my question is extremely serious, babe."

"Yes, yes, you can," aku menjawab pertanyaannya. "Come in first or wanna leave now?"

"Leave now, let's go."

Aku mengangguk. "Wait a second, let me take my stuff and lock the door first."

Ia setuju dan memilih menungguku di luar. Setelah aku selesai, kami menuju lantai bawah gedung apartemen tempatku tinggal lantas ke tempat di mana Calum memarkirkan mobilnya.

"Have you eat your breakfast?" tanyanya ketika menutup pintu mobil.

Aku hanya mengangguk dan menjawabnya dengan, "Mm-hmm."

"Great," katanya cepat. Kemudian melajukan mobilnya ke luar dari sini.

Sudah tidak aneh lagi kami tidak bisa berhenti bicara jika sudah bertemu. Kami membicarakan banyak hal. Mulai dari mengeluh karena radio menyiarkan acara pagi yang sangat membosankan, hingga bagaimana Calum meninggalkan charger ponselnya di studio.

"Are you sure you don't feel something... special today?" ia bertanya.

"Seriously I don't, babe," jelasku. "Nothing than free 'cause I don't have to stay at the freaking boring classes or do my damn tasks."

Ia menatapku sambil mengerutkan kening dan menggeleng-gelengkan kepalanya seperti mengatakan 'this girl must be kidding me' sebelum akhirnya mengejekku. "Watch my girl turns into a busy college student everybody."

"It sucks," protesku. "I told you being a college student sucks, sometimes."

Gara-gara kalimat tersebut, aku jadi mengeluh tentang tugasku yang seperti tidak ada habisnya, menceritakan kehidupan di kampus, dan juga bagaimana minggu-minggu belakangan terasa sangat berat. Aku mulai mengeluarkan semua keruwetan pikiranku. Pembicaraan ini terus berlangsung hingga kami tiba di supermarket. Aku terus membicarakan semua tentang kampus sambil memasukkan snack ke dalam troli sementara Calum terus mendorong trolinya dan menanggapi semua keluhanku dengan sabar.

Calum membiarkanku membeli banyak snack hari ini. Padahal, ia tidak mengatakan apapun soal menginap di tempatku, marathon menonton film, atau mungkin... kami akan berpergian jauh hari ini? Entahlah, sejak semalam ia tidak mengatakan apapun soal ke mana kami akan pergi dan aku juga tidak bertanya.

"Cal," panggilku saat kami menuju ke kasir. "Actually, where are we going?"

"Disney World," jawabnya. "Just it. We'll spend a whole day. Is that okay?"

Aku memberikan tatapan heranku padanya. "Then what's these all for?" aku menunjuk semua barang belanjaan kami.

"We gonna make a party."

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, ia terlalu sering bercanda. "Yeah, whatever you want."

"I said the truth, babe."

"Yeah, you are," balasku.

Seperti yang tercatat dalam agenda Calum, setelah belanja di supermarket, kami pergi ke Disney World seharian. Aku tidak mengerti kenapa ia membeli makanan sebanyak itu dari supermarket jika ia tahu kami tidak boleh membawa satupun masuk ke Disney World. Kupikir semuanya akan sia-sia karena kami tidak akan pergi ke mana-mana lagi, kami sudah kelelahan karena berkeliling. Tapi, hal terbaiknya adalah ia membawa turun semua makanan itu ketika kami sampai di apartemenku, sehingga aku bisa dengan mudah mengklaimnya.

Aku masuk lebih dulu, segera menaruh semua belanjaan di pantry. Kemudian menekan-nekan saklar lampu yang tak kunjung mau menyala. Padahal aku yakin tidak ada pemadaman listrik di gedung apartemenku. "Cal?" panggilku.

Tidak ada jawaban. Suaranya juga tidak terdengar sejak kami masuk ke dalam.

Aku memanggilnya sekali lagi namun tetap tidak mendapat jawaban. Aku menyerah setelah menekan semua saklar lampu dan memutuskan membuka gorden jendela untuk mencari penerangan. Sebuah bayangan tepantul dari jendela pada saat yang sama membuatku berbalik.

Mendapati Calum di sana dengan sebuah kue tart dan banyak lilin diatasnya, aku tertegun. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melupakan ulang tahunku sementara Calum dapat mengingatnya. "Oh my God, Cal!"

"Happy birthday, baby," ia memelukku saat aku menghampirinya, membiarkanku menumpahkan semua air mata bahagiaku di pelukannya. "This is why I keep asking you that question."

Aku tidak bisa berhenti menertawakan diriku sendiri. "Why am I so dumb?"

"No, no, no," ujarnya. "You're a smart-busy-prettiest college girl who remember all of her task but not her birthday."

"You're annoying."

"C'mon, blow the candles and let's have a party," ujarnya. "I alredy told you, we gonna have a party."[]

[a/n]: yang mau sumbang ide boleh drop sini yuk:)

oneshots ❈ what is like to be you ❈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang