Bab 5

8 3 0
                                    

“Kita mau ngapain disini?” Tanyakku dengan sedikit takut.

“Aku tidak akan ngapain kamu kok”.Terangnya.

“Terus mau ngapain loh disini mending kita langsung kemarkas”.Ujarku sambil menarik tangannya.Tapi dia terus jalan menyusuri makam-makam disana.Dan berhenti di depan batu nisan bertulis”Ruby Xavier”kemungkinan besar dari keluarga Mr. Xavier.

“Dulu aku sangat mencintainya dan berharap bisa membangun keluarga keciku dengannya tapi tuhan tidak menyatukan kita,aku merasa tuhan egois dia mengambil orang yang aku sangat sayangi,dulu saat kecil Mamaku sudah tiada saat aku masik kecil terus Ruby terus siapa selanjutnya yang engkau ambil!” Teriak Bang Armond yang membuat dadaku sesak saat dia bilang Ruby orang yang sangat dia sayangi.Aku di mata bang Armond seperti butiran debu kecil tak terlihat rasanya saat dia mengeluarkan unek-uneknya aku ingin pergi dari muka bumi ini agar dia bisa merasakan kehadiranku.

“Aku”.Jawabku sambil menahan isakkanku.

“Kalau kamu yang pergi aku tidak apa-apa karna aku tidak membutuhkanmu”.Ujarnya bagaikan petir menyabarku.Dia bilang aku apa?,dia tidak membutuhkanku.

Dengan sekuat tenaga aku menahan isakkanku.Tapi sia-sia karna buliran bening itu sudah berderai di pipiku.Aku segera mengambil Handphone dari tas selempang yang ku sampirkan di bahuku.Aku menghubungi Abang,mungkin Abang lagi ngurus bagian cyber.Abang kalau gak terjun di lapangan selalu mengurus bagian cyber kalau terjun ke lapangan jadi sniper.Bakat tersembunyi dari si Bang Aiden.

"Bang jemput aku".Ucapku agak sedikit terisak.

"kamu kenapa dek,kamu sekarang dimana?" Tanyak Abang dengan nada khawatir.

"Jemput aku di Pemakaman sekitar menuju markas,abang tau kan?" Tanyakku memastikan bahwa abang tauh tempat yang aku singgahi.

"Tauhlah abang sering lewat sana terus mana si Armond?" Tanyaknya dengan penuh selidik.

"Biarin aja pokoknya aku ingin segera datang ke markas cause i don't care dengannya".Abang langsung mematikan telepon dengan cepat dan menuju tempat yang aku singgahi.

"Ayo kita ke markas, kelompok kita sudah menunggu kita disana".Ucapnya dan menuju ke lamborghini.Tapi aku masik tidak bergeming.

"Ayo Sea,apa aku harus menarikmu dulu baru kau mau ikut denganku ha?" Tanyaknya dengan sedikit membentakku hingga aku terjingkat.

"Abang mau menjemputku disini jadi aku tidak ikut denganmu jadi ... " Aku mengantungkan kalimatku.

"Ayo cepatan gak!" Bentaknya sambil menarik pergelanggan tanganku.Tapi aku melawannya, justru dia lebih cepat menangkisku.Dan menarikku masuk ke mobil dengan secara paksa, dasar pemaksa.

Saat perjalanan menuju markas handphoneku mulai bergetar,aku baru ingat kalau Abang mau jemput aku disana.Saat aku melihat penelponnya siapa aku segera mematikannya.Karna yang menelponku saat ini bukan Abangku.Justru orang yang membuatku memilih masuk ke jurang masa lalu dia adalah si Marvel.Dia yang yelah menghianatiku setelah bang Armond kenapa aku harus disakiti saat aku sedang sayang sayangnya dengan orang itu.

Sebenarnya Abang melarangku ikut CIA bukan karna bahaya bukan tapi karna penyakit yang aku alami,pasti kalian bingung bukannya kalau mau masuk kayak gitukan harus diperiksa kesehatannya.Ya emang tapi aku tanpa test karna Papaku dan pemimpin CIA adalah teman Papaku dan Bang Armond anak dari pemilik CIA ini ralat dari buyutnya.Aku mempunyai penyakit keras sebenarnya harus dioperasi saat ini tapi aku menolak, penyakit ini yang tau hanyalah Abang tersayangku doang.

Andai saat itu Abang tidak masuk kamarku tanpa izin pasti dia tidak bakal tau penyakit keras yang ku alami.Aku sudah memutuskan operasi setelah terjun ke lapangan, tapi jika aku mati saat terjun mungkin aku lebih bangga karna aku mati saat menoling seseorang.Mungkin kalian pasti berpikir jika aku ini aneh.

Handphoneku mulai berdering lagi saat aku melihat penelponnya siapa ternyata penelponnya sama seperti tadi tapi aku males mengangkat telpon darinya.

"Kamu bisa gak sih gak bikin aku kesal ha?" Tanyaknya dengan wajah yang mulai mengeras.

"Emang salahku apa, aku dari tadi tidak berbicara sekalipun baru ini aku bicara karna kamu bertanyak".Terangku dengan jujur.

"Angkat telponnya gak?" Tanyaknya sambil ngeberhentiin mobilnya.Tapi aku tidak menuruti kata katanya.Dengan cepat dia menarik ponselku dan dia melihat nama si penelponnya.

"Siapa dia?" Tanyaknya sambil mengincingkan matanya kearahku.

"Dia siapa?" Pertanyaanku membuat dia menggeram padaku.Tapi dia berusaha menahan emosinya.

"Yang nelpon kamu ini siapa namanya?" Tanyaknya sekali lagi.

"Marvel".Barusan aku mengucapkan namanya dia sudah melempar handphoneku kearah dashboard.Dia sudah menyita Handphoneku yang satunya dan yang satunya ini di lempar kearah dashboard, aku berharap Handphobeku baik baik saja jika tidak aku terpaksa mengambil Handphone di koperku pemberian dari Oma.

"Bang kalau marah jangan lempar Handphoneku dong, lempar aja tu aipadnya Abang, abang tuh udah ambil Handphoneku yang satunya dan yang satunya lagi abang lempar kearah dashboard".Ucapku sambil mengumpati dia.Tapi yang diumpati justru tertawa dengan keras.

"Bang suara Abng bisa merusak gendang telingaku bang".Ujarku tapi dia malah mengelus rambutku.Aku kaget dengan tingkah lakunya yang justru membuatku tidak bisa move on darinya setelah dia mengucapkan kalimat yang membuatku tertohok.

Im sorry baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang