Kring
Kring
Kring
Bel berbunyi, pertanda kegiatan belajar mengajar telah usai. Murid-murid SMA Cendikia keluar dari kelas untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali Amora dan teman-temannya.
Mereka berjalan di koridor sekolah yang mengundang banyak tatapan kagum dan tatapan sinis, karena mereka termasuk dalam deretan cewek cantik dan paling diincar.
"Lo pada naik apa?" tanya Lisa saat sudah sampai dihalte yang tak jauh dari pos satpam. Mereka tidak ke parkiran karena tidak ada yang membawa mobil.
"Gue kayaknya naik taksi, soalnya mobil gue lagi di bengkel." jawab Laura meminum pocari sweat-nya.
"Gue ikut deh, Lau." pinta Abel membuat kening Laura berkerut kebingungan.
"Emang lo gak dijemput, Bel?" tanya Laura, yang dijawab gelengan kepala.
"Yaudah, jalan ke perempatan dulu. Disini jarang ada taksi yang lewat," ujar Laura.
"Gue duluan ya gengs, sopir gue udah nungguin, takut kelamaan." pamit Lisa kepada keempat temannya dan langsung masuk ke dalam mobil. Dasya sedang ada pertemuan mendadak dari ekskul menyanyi sejak keluar dari kelas.
Laura dan Abel sudah meninggalkan halte dan berjalan ke arah perempatan. Sedangkan, Amora dan Vella sedang menunggu sopir pribadi mereka di halte yang tak jauh dari pos satpam.
"Eh belom pada pulang nih?" tanya Pak Asul -satpam- sambil membuang sampah di tempat sampah depan pos satpam.
"Belum Pak, lagi nungguin jemputan," jawab Amora dengan sopan dan tersenyum.
"Ohh, yaudah atuh saya mau masuk dulu," pamit Pak Asul meninggalkan Amora dan Vella, lalu masuk ke pos satpam.
"Ra, lo pulang ke rumah atau mau ke rumah sakit dulu?" tanya Vella dengan hati-hati.
Amora yang sedang mengetik pesan untuk Mang Adit di ponselnya langsung menengok kaget, pasalnya Amora tidak memberitahu kabar apapun yang bersangkutan tentang Mamanya kepada Vella.
"Lo tau dari mana tentang Mama gue?" tanya Amora yang langsung menyimpan ponselnya di saku rok.
"Bara cerita ke gue waktu itu," jelas Vella.
"Temen-temen udah tau belom?"
"Udah, sorry gue nggak ngasih tau lo pas lo masih di Jerman, gue belom bisa ceritain keluarga gue yang ancur." ujar Amora yang tiba-tiba mengingat kejadian sekitar enam bulan yang lalu.
"Gapapa. Jadi, lo mau pulang atau ke rumah sakit?" tanya Vella karena pertanyaan yang tadi belom terjawab.
"Gue mau ke rumah sakit dulu," jawab Amora.
"Gue boleh ikut nggak? Kangen sama Tante Yeri," izin Vella yang ingin bertemu dengan Yeri -Mama Amora- yang sekarang terbaring lemah di rumah sakit.
Dulu Vella sering main ke rumah Amora sejak TK, makanya Vella kenal dekat dengan keluarga Amora. Tapi karena Vella pindah ke Jerman mereka jadi jarang bertemu, dan sekarang keadaan keluarga Amora sudah jauh dari kata 'baik'.
Amora mengangguk. "Tapi Mang Adit gak bisa dihubungin nih." ujar Amora mendengus pasrah, mereka sudah menunggu sekitar 15 menit dan Mang Adit belum kelihatan sampai sekarang.
Vella berdiri dari tempat duduknya. "Naik taksi aja deh, biar nggak kelamaan nunggu, nanti keburu ujan." langit mulai bergemuruh menandakan hujan akan turun sebentar lagi.
"Yaudah cepet jalan ke perempatan," Amora dan Vella langsung bergegas berjalan meninggalkan halte, jarak dari halte ke perempatan lumayan jauh.
Hujan mulai turun membasahi kota Jakarta, sedari tadi Amora dan Vella tidak menemukan taksi yang melewati perempatan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAMORA
Teen FictionPLAGIAT DILARANG MASUK! *** Amora Gretallia adalah gadis cantik, pandai, dan taat aturan di SMA Cendikia. Namun, semenjak sang ibu masuk ke rumah sakit Amora menjadi murid yang nakal dan selalu melanggar aturan. Gavin Adelard si ketua geng Warrior...