UND 4

3.7K 371 42
                                    

Nafas Karina memburu, ia terus memicu langkahnya untuk menjauhi letak pantai. Air mata terus mengalir di daging pipi gadis tersebut, retina mata cokelatnya bergetar takut.

"Manusia...”

Secara tiba-tiba , salah satu tangan Karina di tarik dari belakang, hal itu berhasil membuat larinya terhenti. Kai menggenggam erat pergelangan tangan kanan milik Karina, "tidak boleh sebelum di hapus ingatannya pergi, manusia. (Tidak boleh pergi sebelum di hapus ingatannya, Manusia.)"

Pupil mata Karina melebar, ia menoleh ke belakang, mata gadis itu di penuhi oleh gigi-gigi runcing milik Kai yang saat ini sedang tersenyum seram, "aku mohon..." Karina berkata pelan, "jangan bunuh aku, aku mohon ...." Karina memelas, air mata kembali jatuh di pipinya.

"Tidak, Kai lapar sudah tidak. (Tidak, Kai sudah tidak lapar.)" Ucap Kai, tangan kanannya meraih pucuk kepala Karina, ia lalu memejamkan mata, berselang beberapa detik sinar biru menyeruak keluar dari celah-celah jari Kai.

Tak butuh waktu lama, kesadaran milik Karina mulai memudar, tubuhnya mulai luruh ke bawah hingga akhirnya pingsan tak sadarkan diri, Kai membuka mata setelah tubuh Karina jatuh ke atas jalan setapak yang di timbun menggunakan pasir, ia terdiam untuk beberapa saat.

"...Sean?" gumam Kai pelan, "cinta, menikah? apa?” lanjut Kai tak kalah pelan, tangannya perlahan mengarah ke dada, "Kai jantung berdebar... (Jantung Kai berdebar...)"

UNDERWATER

Seorang pria masuk ke sebuah ruangan di Rumah Sakit, di dalam ruangan tersebut terdapat seorang wanita paruh baya yang terbaring di sebuah ranjang singel, selang oksigen terpasang di kedua lubang hidungnya.

"Bibi..." Sapa pria itu, sapaannya membuat wanita yang sudah berumur itu menoleh dirinya.

"Neil...?" respon wanita itu, ia menyeka air mata yang mengalir dari kedua sudut matanya, "bagaimana? apa kau sudah melapor berita kehilangan Ceryl pada Polisi?" lanjutnya. Pria bernama Neil itu duduk di sebuah kursi lipat yang terdapat di samping ranjang, "sudah bi, tapi..." Ucapan Neil terhenti.

"Tapi?" ulang Wanita itu.

Neil tak langsung menjawab, ia terdiam untuk beberapa detik, "Polisi bilang, mungkin Ceryl hanya melarikan diri bersama kekasihnya..." Suara Neil memelan, ia menundukkan kepalanya ke bawah.

Air mata kembali mengalir dari ujung kelopak mata wanita yang terbaring di atas ranjang tersebut, "kenapa tidak kau bilang kalau rumahku di rampok, dan perampoknya membawa kabur Ceryl?" Abigail, wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari Ceryl itu menjangkau baju milik Neil lalu menggoyang-goyangkan tangannya sambil menangis, "bibi... Aku sudah katakan seperti itu, tapi, tapi mereka tetap tidak mempercayaiku." Neil menahan tangan Abigail.

"Bibi tenanglah, aku akan mencari Ceryl sampai ketemu." Ucap Neil kemudian.

Abigail melepaskan cengkeraman tangannya dari baju Neil, namun tangisannya masih berlanjut, "aku risau Neil, bagaimana kalau sesuatu yang buruk menimpa Ceryl? aku hanya punya dia seorang Neil, aku hanya punya dia. Kalau sampai sesuatu terjadi padanya, maka tidak ada lagi gunanya aku hidup."

"Bibi..." Neil memasang wajah khawatir, "bibi jangan berkata seperti itu, aku akan mencari Ceryl, tenanglah." Ucapnya menenangkan Abigail.

Setelah cukup lama menangis, Abigail akhirnya bisa tenang, ia menoleh ke arah Neil yang duduk diam tanpa bicara sepatah katapun, "Neil..." ucap Abigail kemudian.

Neil mengangkat kepalanya, "ya bibi?"

"Kau tidak Kuliah?" tanyanya, ia mengangkat tangan kanannya ke udara, ”pergilah..." lanjutnya.

"Tapi bibi, aku ingin---"

Ucapan Neil terpotong, "sudah, sudah, aku tidak ingin membebanimu. Pergilah, aku tidak apa-apa sendirian." Usir Abigail secara halus, untuk sesaat Neil bungkam.

"Baiklah kalau begitu, nanti aku akan kembali ke sini setelah jam kampusku berakhir..." Neil bangkit dari duduknya, "selamat siang bibi Abigail." Pamitnya, pria itu segera melenggang keluar setelah mendapat anggukan dari Abigail, ia menutup pintu dengan hati-hati. Neil menghela nafas panjang lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Mustahil aku bisa menemukan Ceryl..." Gumamnya lalu melenggang menyusuri koridor.

UNDERWATER

"Nama Kai adalah Kai..." Ceryl mencoba mengingat dengan jelas wajah pria yang ia temui semalam, gadis itu duduk di teras rumah.

"Ceryl..." Segera perhatian Ceryl teralihkan saat ia mendengar namanya di serukan dari arah samping, di ambang pintu berdiri Tamara dengan sepiring ikan bakar di tangannya, "bibi." Respon Ceryl menggeser tubuhnya ke samping, Tamara tersenyum, "ini, makanlah..." Ucap Tamara sembari duduk di samping Ceryl sedikit berjarak.

"Kau tampaknya sedang memikirkan sesuatu, ada apa?" tanya Tamara.

Ceryl tersenyum, "tidak, tidak ada bibi... Aku hanya mencoba mengingat dari mana aku berasal, sebab rasanya aneh, aku tidak bisa ingat apa pun selain namaku." Jawab Ceryl sambil tersenyum.

Tamara ikut tersenyum, "jangan terlalu memaksa, nanti akan menyakitimu."

"Ya... Baiklah," sahut Ceryl pelan. Ia mengayun-ayunkan kakinya ke udara, "oh iya bi, apa Sean dan pamannya selalu berangkat melaut sepagi itu?" tanyanya sembari menatap ke samping.

Tamara tertawa kecil, "sebelum tidak tidak sepagi itu... Sean dan suamiku memulai kebiasaan itu semenjak 4 atau 5 bulan yang lalu karena Sean ingin mengumpulkan uang lebih banyak untuk menikahi Karina." Tamara menghela nafas panjang, "Sebenarnya, aku kurang menyetujui hubungan Sean dan Karina..." Beber Tamara tanpa di minta.

"Kenapa tidak setuju, bibi? Karin sepertinya gadis yang baik." Ceryl mengajukan pendapat.

"Bukan itu maksudku, Ceryl. Kau benar, Karina adalah seorang gadis yang baik, yang aku khawatirkan itu adalah Sean, dia aneh...” Tamara sedikit menjelaskan, ucapannya membuat Ceryl mengernyitkan dahi, "aneh?" ulangnya.

"Ya, Sean tidak bisa jauh dari laut, dan kulitnya akan melepuh jika ia tidak berendam di air asin walau sehari. Sampai sekarang, aku sendiri tidak yakin, kalau Sean itu manusia." Ekspresi Tamara berubah serius, hal yang di katakannya membuat Ceryl bungkam untuk beberapa waktu.

"...Orang tua Sean, di mana bi? maaf jika pertanyaanku mengganggu." Ceryl berkata tak enak.

Tamara tersenyum simpul, "sama seperti dirimu, Sean suamiku temukan di pinggir pantai saat dia berumur sekitar 5 tahun..." Jawab Tamara langsung, ia mengarahkan matanya untuk menatap Ceryl, "aku kira, kau juga sama seperti Sean, tapi tampaknya kau tidak apa-apa tanpa air laut." Lanjut Tamara.

"Sama? apa maksud bibi?" tanya Ceryl bingung.

"Tubuh kalian sama-sama memiliki aroma amis yang samar..."


UNDERWATER
To be continue...

UNDERWATERTo be continue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UNDERWATER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang