Hari sudah pagi ketika Ceryl membuka mata, hamparan langit yang belum sepenuhnya di kuasai sinar matahari seketika menyambut dirinya. Gadis itu menatap sekitar, pasir yang menjadi alas tidurnya saat itu membuat baju dan celana yang di gunakannya basah.
Tak ada orang lain di sana selain dirinya sendiri, Ceryl bangkit dari posisi tidurnya, sekali lagi ia menatap sekitar, ingatannya memutar kejadian yang sempat di alaminya bersama Kai malam tadi.
"Apa aku bermimpi?" gumamnya, setelah berlalu beberapa menit untuknya berfikir, Ceryl kemudian menjangkau lentera yang terdapat di atas sebuah batang kayu. Tanpa dialog lain, gadis itu segera meninggalkan kesunyian pantai di pagi hari.
Ia berjalan pulang menuju kediaman Sean beserta paman dan bibinya, namun ketika sampai di depan rumah. Tak ada siapapun di sana, tak ada sendal satupun, pintu juga terkunci rapat.
"Sean?" panggil Ceryl, ia menatap sekitar. Namun ia tetap tak bisa menemukan siapapun, akhirnya Ceryl memilih untuk duduk menunggu, pandangan Ceryl lurus ke depan, kepalanya di penuhi oleh ingatan yang muncul saat Kai memegang lengannya.
"Apa benar aku sudah mati?" gumam Ceryl, ia lalu menatap ke dua lengannya, "...perjanjian, siren?" bingung Ceryl.
"Ceryl..."
Seketika Ceryl tersadar dari lamunannya, gadis itu membawa pandangannya ke bawah teras, di sana berdiri Sean yang menatapnya dengan lekat, "Sean?" respon Ceryl ia bangkit dari duduknya, menunggu sosok Sean yang kini tengah melangkah naik.
"Kau harus pergi dari sini, Ceryl..." ucap Sean dengan nada serius, "pergilah ke tempat asalmu, kau tidak boleh di sini lagi." Lanjut Sean, kalimat yang keluar dari mulutnya berhasil membuat dahi Ceryl berkernyit.
"...apa maksudmu? aku mau pulang kemana?"
Sean terdiam untuk beberapa saat, ia menjangkau tangan kanan Ceryl yang menggantung bebas, "aku tidak tahu, tapi yang pastinya kau akan di bunuh kalau terus di sini." Sean melepas cincin yang sempat di berikan Tamara ke pada Ceryl beberapa hari yang lalu.
"Tapi... Jelaskan dulu kenapa?" Ceryl menatap manik mata Sean yang entah kenapa sekarang tampak sedikit menyala.
"Karina, ada yang aneh pada dirinya, pagi tadi dia di temukan di hutan pinggir pantai, dan sekarang dia tidak mampu mengingat apapun bahkan namanya sendiri, selain itu... Yerin juga menghilang, warga desa mencurigaimu.” Jelas Sean singkat.
"Kenapa aku? memangnya apa yang aku lakukan pada Karin dan gadis bernama Yerin itu?" Ceryl melakukan pembelaan atas dirinya.
"Kau menghilang tadi subuh, dan bertepatan dengan hilangnya dirimu, Karin menjadi seperti itu... Jadi, pergilah."
Ceryl mematung, ia masih menatap wajah Sean, mencoba berbicara melalui matanya, melihat Ceryl yang tampaknya tak mau pergi membuat Sean menghela nafas, "aku tahu bukan kau yang membuat Karin ataupun Yerin menghilang, tapi kehadiranmu yang datang secara asing membuat warga mencurigaimu Ceryl, pergilah..."
"Tapi aku mau kemana?"
Sean tersenyum, deretan giginya yang di hiasi dua buah taring tumpul menghampar di depan Ceryl, "masuklah ke dalam laut, kau akan temukan jawabannya."
Perkataan Sean kembali membuat Ceryl mengernyitkan dahinya, "laut? apa maksud---"
"Kau tidak punya waktu Ceryl, secepatnya para warga akan mencarimu."
UNDERWATER
Sebuah ponsel yang terletak di atas laci berdering, Neil memandang layar ponsel tersebut, tertera nama Louis di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDERWATER
Fantasy"Aku sama sekali tidak tahu kalau kisah dari bawah laut begitu menyeramkan." Underwater, 27 Juni 2020