1. Devan dan Vania

36 9 9
                                    

Haii

Semoga kalian suka cerita pertamaku

Sebelum baca biasakan vote

Happy reading

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi Vania

Pagi kak

Pagi cantik

Ucapan itu hanya Vania tanggapi dengan senyuman tipis. Bukannya Vania pelit senyum, tapi ia sedang terburu-buru karena sebentar lagi upacara akan dimulai.

"Lo kok baru dateng sih Van? gak biasanya." tanya Sila, sahabat Vania sejak SMP ketika Vania memasuki kelas.

"Iya nih soalnya tadi Devan gak bisa jemput, jadi gue harus naik gojek." jelas Vania.

"Tumben gak dijemput sama sang pangeran." ejek Sila.

"Dih, orang dia katanya bakalan dateng telat."

Sila hanya ber 'oh' ria.

tet tet tet tet
(anggap aja suara bel masuk)

"Eh udah bel tuh ayo kelapangan." ajak Via, sahabat Vania sejak masuk di SMA Atlantik ini.

"Bentar gue cari topi dulu." Vania sudah mencari topinya di tas dan di loker tapi tetap tidak ada.

"Gimana ada gak?" tanya Sila.

"Duh kok gak ada, perasaan tadi udah gue masukin deh." panik Vania.

"Ayo semua keluar waktunya upacara!" teriak Bu Sukma, guru BK yang terkenal killer.

"Aduh, gimana Van BuSuk udah teriak-teriak nih." Sila dan Via juga ikut panik.

"Kalian duluan aja deh."

"Yaudah kalo gitu, bye Van."

Sila dan Via sudah meninggalkan kelas menyisakan Vania seorang diri di dalam kelas.

Vania masih berusaha mencari topinya di dalam tasnya, tapi hasilnya nihil. Topinya tidak ada. Vania masih terus mencarinya, sampai--

"Vania kamu ngapain masih disitu ha?! Cepet kelapangan sekarang!" perintah Bu Sukma

"Iya bu." dengan kepala yang menunduk Vania berjalan melewati Bu Sukma.

Vania terus menunduk, meratapi nasibnya. Bagaimana jika ia nanti akan dijemur. Vania bukan cewek yang takut panas, tapi ia memiliki anemia.

Upacara memakai topi dan membelakangi cahaya saja ia kadang masih pingsan, apalagi kalau ia tidak memakai topi dan menghadap sinar matahari pasti ia suda--

"Ngapain nunduk?" suara lembut itu menyentak lamunan Vania. Vania langsung mengangkat kepalanya dan menemukan Devano, pacarnya yang sedang menatapnya.

Fyi, mereka sudah pacaran selama 6 bulan. Meski saat Devano menembaknya tidak ada romantisnya sama sekali, tapi siapa yang bisa menolak pesona Devano? Pasti tidak ada.

Dan juga disaat semua orang memanggil pacarnya dengan sebutan Vano pacarnya itu malah menyuruhnya memanggilnya Devan. Kalo kata Devano biar keliatan spesial, wkwk.

"Van?"

"A-aku lupa bawa topi" gugup Vania.

"Lucu banget sih kamu." Devano terkekeh sambil memakaikan topi yang ia bawa ke kepala Vania.

"Dev?"

"Pakai aja."

"Tapi Dev--"

"Kalian yang disana kenapa malah asik pacaran!" teriak Bu Sukma mengagetkan mereka berdua.

"Eh maaf bu." Devan dan Vania langsung ngacir pergi ke lapangan, meninggalkan Bu Sukma yang melotot galak kepada mereka berdua.

"Dasar anak muda!" Bu Sukma geleng-geleng kepala.

***

Sepanjang berjalannya upacara Vania terus memandangi Devan yang berbaris bersama siswa lainnya yang memakai atribut tidak lengkap.

Semua siswi juga banyak yang membicarakan Devano. Devano ganteng lah, ini lah, itu lah.

Setelah upacara selesai, Vania langsung berlari menuju kantin membelikan minum untuk Devano.

"Dev!" teriak Vania.

"Kenapa Van?"

"Maaf ya gara-gara aku kamu jadi di hukum." Vania menunduk, merasa bersalah.

Devano memegang dagu Vania dan mengangkatnya agar Vania menatapnya.

"Kamu nggak seharusnya minta maaf Van, aku sendiri yang pengen ngelakuin itu buat kamu sayang."

"Apaan sih." meski bukan yang pertama kali Devano memanggilnya dengan panggilan 'sayang' tetap saja Vania malu dan blushing. Perutnya terasa geli.

"Oh iya, ini buat kamu." Vania menyerahkan minuman yang ia beli di kantin tadi.

Devano langsung mengambilnya dan langsung meminumnya sampai habis. "Makasih." Devano tersenyum.

Aaa kak Devano senyum

Ganteng banget anjir bikin melting

Nikmat mana yang kau dustakan

Demi apa kak Devano senyum

Ihh pengen jadi Vania

Vania langsung mengedarkan pandangannya ketika mendengar pekikan perempuan di sekitar.

Vania meringis malu ketika menyadari bahwa ia dan Devano sudah menjadi bahan tontonan.

"Dev, gue ke kelas dulu ya!" Vania berlari meninggalkan Devano.

Devano menatap punggung Vania yang semakin menjauh, ekspresinya langsung berubah menjadi murung "Benar-benar mirip."

___

Kira-kira mirip siapa tuh?

Follow ig @Earlysbrn

DevaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang