3. Pasar Malam

11 2 2
                                    

Haiii

Sebelum baca biasakan vote dulu

Follow ig @Earlysbrn

Happy reading

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Kamu cantik."

Blush

Pipi Vania sudah seperti kepiting rebus saat ini.

"Ciee yang blushing, ciee." Devano menjawil pelan hidung Vania.

Vania yang kesal, menabok keras lengan Devano. "Apaan sih." Ketusnya, membuang muka.

"Aduh sakit nih." Devano mengusap-uap lengannya yang dipukul oleh Vania, dengan raut wajah seolah-olah sedang menahan sakit.

"Aduh maaf ya, tadi kekerasan mukulnya." panik Vania. Devano yang melihat raut wajah panik Vania langsung tertawa terbahak-bahak sambil mengacak-acak rambut Vania.

"Ih Dev nyebelin!" Vania menghentak-hentakkan kakinya dan langsung menuju motor Devano.

"Yah Van jangan ngambek dong." Mohon Devano menyatukan kedua tangannya didepan Vania. Vania membuang mukanya, enggan menatap Devano.

"Eh, Van di rambut kamu ada ulat bulunya tuh!"

Vania yang memang geli dengan ulat bulu langsung menjerit kencang dan berlari memeluk Devano.

"Aku cuma becanda kali." ujar Devano santai, kelewat santai sampai-sampai Vania ingin mencakar muka Devano.

"Untung sabar." gumam Vania mengelus dada.

"Apa? Untung sayang?" Goda Devano.

"Bodoamat Dev." ketus Vania.

"Udah ah, ayo berangkat!"

"Van."

"Apaan la--" Vania mematung kala Devano mencium Keningnya. Jantung Vania berdetak kencang. Meski ini bukan pertama kalinya Devano mencium kening Vania, tapi tetap saja efeknya masih sama.

"Vania ayo!" teriak Devano membuat lamunan Vania buyar. Ternyata Devano sudah berada di atas motornya bersiap untuk berangkat.

"I-iya" gugup Vania.

***

Vania sedang menunggu Devano membeli tiket masuk. Sekarang Devano dan Vania sedang berada di pasar malam.

Sebenarnya Devano ingin mengajak Vania ke mall tapi Vania menolak, Vania ingin pergi ke pasar malam lagipula Vania juga sudah bosan setiap pergi pasti ke mall.

"Dev!" panggil Vania sambil melambaikan tangannya ketika melihat Devano menoleh ke kanan dan ke kiri, mungkin sedang mencari dirinya.

Devano yang melihat Vania langsung menghampirinnya.

"Ayo." Devano menggenggam tangan mungil Vania. Vania yang melihat itu  hanya diam membeku dan langsung tersipu malu.

Devano yang menyadari Vania hanya diam saja langsung menolehkan kepalanya menghadap Vania. "Kenapa?" tanya Devano.

Vania hanya diam melihat tangannya yang digenggam Devano, tidak menjawab pemetaan Devano. Devano yang menyadari arah pandangan Vania langsung terkekeh kecil.

"Biar gak ilang." ujar Devano.

"Idih, dikira anak kecil apa?!" sungut Vania.

"Kan emang kecil kayak lidi." ujar Devano memelankan 2 kata terakhirnya. Tapi tetap saja Vania bisa mendengarnya.

"Kamu bilang apa?!" Vania berkacak pinggang dengan mata yang melotot.

"Bilang apa" Devan pura-pura bingung.

"Gak usah sok gak tau deh Dev!" sungutnya.

"Tau apa?"

"Ih dasar nyebelin!" Vania masuk ke dalam pasar malam meninggalkan Devano yang melongo.

"Lah kok gue jadi ditinggalin sih."

***

"Dev ayo kita beli itu!" ajak Vania menunjuk penjual gulali.

"Iya." Devano beranjak menuju penjual gulali.

"Pak gulali satu." penjual gulali itu hanya mengangguk dan langsung mengambilkan gulalinya.

Setelah membayar Devano menghampiri Vania dan menyerahkan gulalinya. "Nih."

"Kok cuma satu?"

"Emang kamu maunya berapa?" bukannya menjawab pertanyaan Vania, Devano malah ganti bertanya.

"Satu."

"Yaudah."

"Ih, maksudnya Devan enggak mau?" tanya Vania, jengkel.

Devano hanya menggelengkan kepalanya.

"Kita mau kemana lagi?" tanya Vania ketika sudah menghabiskan gulalinya.

"Em, terserah kamu aja."

"Yaudah kalau gitu ayo naik bianglala."

Devano hanya berdehem singkat.

"Indah banget pemandangannya Dev." puji Vania, saat bianglalanya sudah mencapai paling atas.

Devano terkekeh menatap mata Vania yang berbinar-binar.

"Cantik ya Dev pemandangannya." tanya Vania yang masih menatap kagum pada pemandangan dibawahnya.

"Iya."

"Dev abis ini kita beli makan ya." pinta Vania.

"Iya."

"Sama minuman juga."

"Iya."

Vania menolehkan kepalanya kearah Devano. Vania kesal pada jawaban Devano.

"Kok 'iya' doang sih jawabnya?" protes Vania mengerucutkan bibirnya, sebal.

Devano yang melihat tingkah Vania jadi ingin menggodanya. "Iya."

"Ih Dev mah gitu!" Vania membuang muka.

Devano terkekeh lalu memegang dagu Vania dan membuat Vania menatapnya.
"Iya sayang."

___

Jangan lupa coment

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DevaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang