1

42 4 1
                                    

Hai semua. Kenalin nama gue Violena Hanania Suryatno. Panggil aja Vio. Saat ini gue baru naik kelas 11 SMA. Jadi bisa ditebak lah ya umur gue berapa.

Gue ini beda dari yang lain. Mungkin orang lain menganggap gue ini spesial, tapi gue gak anggap begitu. 3 tahun lalu gue mengalami kecelakaan yang menyebabkan gue bisa melihat hal-hal yang seharusnya gak gue liat. Yap, gue anak indigo.

Waktu itu gue masih di kelas 8 SMP. Gue cerita singkat aja ya. Jadi waktu itu gue sama keluarga gue yaitu papa, mama, kakak, dan adik gue lagi dalam perjalanan buat liburan ke Bandung. Ditambah hujan deras. Karena waktu itu papa capek nyetir, akhirnya gantian sama mama.

Waktu mama lagi asik nyetir, tiba-tiba truk yang berjarak dua mobil di depan kami mengalami kesalahan teknis. Batang kayu besar yang ada di bagian belakang truk tiba-tiba terlepas dan menghantam mobil di belakangnya. Karena mama panik, akhirnya Ia membanting stir ke kiri dan menembus pembatas jalan.

Setengah badan mobil kami menghadap jurang, yaitu bagian depan. Kaki mama masih menginjak rem, Ia tidak mau melepas sampai semua orang keluar. Karena gue adalah anak PMR dan papa adalah dokter, kami berdua langsung sigap melakukan evakuasi. Pertama kita mengeluarkan Vina adek gue, trus abang gue Chandra. Posisi papa udah di luar dan gue sama mama masih di dalam. Kenapa gak gue yang keluar? Karena saat itu ayah yang memanggil bantuan.

"Ma, buruan keluar," kata gue panik.

"Kamu duluan aja, mama masih nyeimbangin mobil. Gih cepet! Nanti mama nyusul," jawab mama.

"Diganjel aja ma!" Gue mulai emosi karena gue khawatir.

"Udah mama gapapa. Kamu duluan aja," mama nengok ke arah gue.

Waktu gue mau keluar, mama nahan tangan gue. Dia ngasih gue sebuah gelang. Mama senyum

"Mama nitip ya,"

Karena udah gak ada waktu lagi, akhirnya gue ke jok belakang. Karena akses yang kebuka adalah pintu bagasi.

Tapi saat gue ngulurin tangan, tiba-tiba ada petir menyambar pohon yang terletak di bukit di atas kami. Pohon jatoh dan bagian atasnya mengenai mobil kami. Seketika gue langsung jatoh masuk ke dalam mobil dan kepala gue kebentur dasbor. Penglihatan gue mulai kabur. Yang gue rasain adalah mobil bergerak ke bawah. Mama narik gue dan meluk gue. Setelah itu semua gelap.


•••

"Vio! Pa! Papa! Vio siuman!"

A..bang?

"Chandra cepet panggil dokter!"

Papa?

Perlahan gue buka mata. Kepala gue bener-bener sakit. Lebih sakit daripada waktu gue jatoh dari kasur.

Mama dimana?
Gue gak bisa denger suara mama.

Tiba-tiba gue pingsan lagi.


•••

"Ma? Mama mau kemana?"

Gue bisa liat mama pake dress putih. Tapi seinget gue terakhir kali mama pake baju garis biru putih dan cardigan biru.

Mama jongkok di depan gue dan megang pundak gue.

"Mama mau pergi dulu ya,"

Mama senyum. Tapi kenapa matanya berkaca-kaca?

"Mama mau kemana? Vio mau ikut," ucap gue tegas.

"Gak kemana-mana kok sayang. Kamu disini aja ya. Jaga papa, abang, sama adek kamu,"

Gue meluk mama.
Mata gue mulai berair.

"Tapi Vio maunya dijaga mama,"

"Mama bakal selalu jagain Vio kok,"

Mama ngelepas pelukan gue.
Air mata mulai turun perlahan dari mata gue.

Gue nangis.

"Kamu gak usah khawatir," mama ngelap air mata gue.

"Mama gak akan kemana-mana. Bakal terus bareng Vio, papa, abang, sama adek,"

"Mama janji,"

"Jangan nangis ya. Mama gak suka anak gadis mama nangis,"

Gue cuma bisa diem.

Mama bangun dan mulai jalan menjauh dari gue.

"Ma! Mama! Jangan tinggalin Vio! Vio mau ikut mama! Mama!"

Gue jatoh. Gue gak sanggup berdiri. Gue cuma bisa neriakin kata "mama" berulang kali sambil nangis.






























































"MAMA!"

Tiba-tiba gue bangun. Papa yang lagi tidur di sofa langsung bangun dan nyamperin gue.

"Pa, mama mana?" Tanya gue lemes.

Papa cuma diem.












Only I Can See You [ HUANG RENJUN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang