4

24 3 1
                                    

"Kerkel di mana nih hari ini?" Tanya gue kepada Jey, Salma, dan Julian.

"Rumah gue mau? Sepi kok," jawab Rey.

"Gue sih sabeb," jawab Julian. Salam cuma mengangguk setuju.

"Yaudah. Kesananya gimana?" Gue nanya lagi. Semua diem. Lebih tepatnya mikir.

"Gue bawa motor sih. Tapi yakali bonceng empat," ucap Jey.

"Kalo gue mah sabi nanti nebeng doi," jawab Julian. BTW, Julian emang udah punya pacar dari kelas 10. Hamdalah langgeng.

"Gue kayaknya bakal telat deh. Soalnya udah ada rencana mau ke tempat bimbel. Mau daftar. Paling nanti gue sama nyokap," jawab Salma.

"Yaudah, kalo gitu lo ikut gue," kata Jey ke gue.

"Mau kan?"

Mau dong a.

"Gue?" Gue?

"Ya masa setan," Jey ketawa.

Manis banget Tuhan.

"Ish,"

"Yaudah nanti Vio bareng gue aja. Nanti gue shareloc aja ya," kata Jey.

"Oke deh," jawab Salma dan Julian.

Oiya, gue belum kasih tau ya kita ngapain?

Jadi, kita ada tugas kelompok pelajaran Seni Budaya. Lebih tepatnya Seni Tari. Jadi disuruh bikin kelompok, satu kelompok empat orang. Kebetulan kita duduk deketan jadi biar gak ambil pusing yaudah berempat aja.

"Yaudah kuy turun," ajak Salma.

Waktu kita berempat jalan di lorong, udah pasti jadi pusat perhatian.

Ya jelas.

Ada Jamian.

Kalo kata orang mah dia kayak rookie.

Sampai di parkiran, kita pisah. Salma dijemput ibunya, Julian bareng doi, dan gue sama Jey.

"Pegangan atuh," Jey nyuruh gue buat pegangan ke dia. Yaudah gue pegang jaketnya.

"Gini dong," tapi tiba-tiba dia narik tangan gue buat meluk dia.

"Nah kan enak, biar aman. Kalo lo jatoh nanti urusan," kata Jey.

"Eh jangan ngadi-ngadi lu Jamian," kata gue kesel. Tapi dia cuma ketawa kecil.

Jarak sekolah sama rumah dia lumayan jauh. Sekitar 40 sampai 50 menit.

Sampai rumah dia, Salma dan Julian belum sampai. Alhasil di rumah itu cuma ada gue dan Jey. Apa iya tidak canggung?

"Lo kalo gabut, keliling aja. Gue mau ke depan dulu ya beli cemilan. Lo mau nitip gak?" Tanya Jey.

"Anu dong, es teh sama ciki,"

"Oke-"

"Sama cilor deh. Eh, kalo ada boba sekalian yak. Kue cubit juga,"

"Ngidam lo?"

"Hehe,"

"Yaudah. Lo di sini aja ye. Jangan kemana-mana. Nanti ilang gue males bikin pengumuman,"

"Siap komandan," jawab gue sambil hormat ala-ala.

Pas Jey udah pergi, gue mulai berekspedisi. Mulai dari ruang tamu sampai ke halaman belakang. Tenang gais, gue gak masuk ke kamar kok. Badung gini gue masih berakhlak.

Waktu di ruang tengah, gue liat ada piano. Karena dari kecil gue udah main piano dan hobi juga, yaudah cus gue samper.

Gue liat sih debuan. Kayaknya jarang dipake. Langsung aja gue buka kain penutupnya dan gue buka penutup kayunya. Gue tarik kursinya dan duduk.

Do... re... mi...

Gue mulai pemanasan dan merenggangkan tangan.

Gak sengaja gue nyenggol sebuah foto yang ada di atas piano dan jatoh. Yaudah gue ambil.

Ini siapa?

Abangnya Jey? Adek?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abangnya Jey? Adek?

Tapi dia gak pernah bilang punya kakak atau adek.

Loh ada lagi.

Sodara? Sepupu? Temen?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sodara? Sepupu? Temen?

Tapi masa iya? Kalaupun iya, gak mungkin sampe dipajang gini kan?

Ah teuing lah gak ngurus hidup orang.

Tanpa babibu lagi, langsung aja gua ngeluarin hp buat cari sheet lagu yang mau gue mainin.

Ini aja kali ya?

Terlanjur Cinta - Tiara Andini

FYI, ini lagu Indo favorit gue. Enak banget melodinya. Apalagi liriknya. Dalem banget.

Gue udah main piano dari kecil. Kira-kira dari umur 4 tahun. Gue sempet kursus sampai SMP, tapi sekarang otodidak karena udah sibuk sama urusan sekolah. Jadi gak sempet buat ke tempat kursus.

Gue mulai mainin lagunya.

Mulai dari intro...

Verse 1...

Pre-chorus...

...aku t'ah tau...

Tiba-tiba gue langsung stop di chorus.

Gue diem.

"S-siapa?!" Tanya gue sambil tengok kanan kiri.

Sumpah demi apapun gue denger orang nyanyi.

"Jey?! Gak lucu woi!"

Eh bentar deh.

Apa jangan-jangan...

Langsung aja gue lanjut mainin.

...aku t'lah tau kita memang tak mungkin, tapi mengapa kita selalu bertemu...

Ok fix.

Ini bukan manusia.

"Gue tau lo ada. Jangan berani di belakang. Muncul depan gue sekarang juga," kata gue kesel.

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, semenjak kecelakaan gue jadi bisa 'liat' apa yang seharusnya gue gak liat.

Yup.

Makhluk halus.

A.K.A hantu.

Walaupun udah cukup lama gue bisa ngeliat mereka, tapi gue masih suka kaget.

Terutama kalau yang muncul itu suara duluan.

"Gue bilang keluar ya keluar!"

Gak lama kemudian gue ngerasa ada hawa dingin di belakang gue.

Gue nengok ke belakang perlahan dan...

Only I Can See You [ HUANG RENJUN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang