Bab 4 : Yuna POV

1.7K 120 12
                                    

Hai perkenalkan namaku Yumina (Yuna) Sejak kecil aku selalu sendiri bahkan ayah dan ibuku hanya menyayangi adikku yang lebih pintar dariku.

Suatu hari aku bertemu dengan seorang anak laki laki, ia terlihat sendiri, saat melihatnya rasanya seperti melihat ke sebuah cermin.

Dia kemudian mulai melihatku dengan tatapan tak bernyawa ia seperti tidak memiliki jiwa didalamnya, tapi saat aku mencoba bicara dengannya ternyata ia dijauhi oleh teman temanya karena ia hampir tidak memiliki ekspresi.

Aku yang mendengar hal itu berniat mengajari cara mengekspresikan emosi, tetapi ia selalu gagal dan saat aku menyuruhnya tersenyum yang kulihat adalah senyuman iblis.

Sejak saat itu tanpa sadar aku dan dia mulai berteman, ia bilang kalau ia ingin hidup mandiri, aku yang mendengarnya mengatakan kalau aku juga akan hidup sendiri sepertinya.

Setelah itu ia mulai bekerja dan aku hanya bisa membantunya, suatu hari karena urusan keluarga aku harus pergi keluar kota karena keluargaku mau pindah rumah.

Sebenarnya aku tidak ingin pindah rumah itulah yang kukatakan padanya saat itu, dia hanya diam dan memandang ke langit kemudian pergi meninggalkanku sendirian.

Kupikir kalau aku sudah ditinggalkan oleh salah satu temanku tetapi ternyata aku salah, setelah 10 hari ia kemudian datang ketaman biasanya kita bermain.

Aku yang melihat hal itu ingin mengatakan perpisahan, tetapi ia menghentikanku dan bilang kalau aku bisa tinggal bersamanya.

Aku yang mendengarnya terkejut, karena kupikir salah satu temanku meninggalkanku tetapi ternyata tidak.

"Tetapi ada syaratnya."

Ucapnya dengan nada dan muka netral nya yang menjengkalkan menurutku.

"Kalau begitu apa syaratnya?"

Aku hanya bisa berharap kalau syaratnya tidak terlalu berat, kalau soal keluarga mereka bahkan tidak peduli aku hidup atau tidak.

"Syaratnya adalah kau bantu aku cari uang buat bayar sewa."

Mendengar itu aku merasa lega dan menyetujui syaratnya.

Kami pun mulai tinggal bersama dan menjadi sahabat setelah itu, tetapi anehnya aku merasa selalu senang berada didekatnya, bahkan aku kadang merasa gugup saat berbicara denganya.

Waktu berlalu aku dan dia mulai lulus sekolah dan mencari pekerjaan, entah kenapa selama ini aku merasa kalau dia selalu pucat dan lemas saat berbicara.

Aku mulai khawatir dan menanyakan apakah ia sakit atau tidak karena ia terlihat pucat dari hari ke hari bahkan ia mulai batuk batuk.

Tetapi ia hanya menjawab dengan singkat.

"Aku tidak sakit apa apa kok jangan khawatir hanya terlalu banyak bekerja saja."

Aku yang mendengar perkataannya tidak bisa membantu tetapi memutuskan untuk menyuruhnya istirahat terlebih dahulu sampai ia sehat, yang hanya di angguki sebagai jawaban.

Setelah itu aku mulai memberinya beberapa manga dan novel agar ia bisa beristirahat dan relax dan dia hanya mengataiku otaku.

Aku tidak peduli karena ia sebenarnya hanya bercanda, akhir akhir ini ia mulai bisa mengekspresikan emosinya seperti tersenyum, sedih, dll.

Tapi hanya satu hal yang kutakuti yaitu kesehatanya mulai memburuk, aku bahkan mengatakan kalau aku juga bisa bantu bayar uang sewanya, tetapi ia hanya mengatakan kalau ia sudah sehat.

Sudah 2 tahun saat aku sedang memasak untuk makan malam, aku mendengar suara sesuatu jatuh.

*Brugh*

Reincarnation Became ENKIDU In The World Of DxD [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang