Disclaimer: Naruto milik Masashi Kisimoto. Cerita ini hanya fiksi dan tidak berkaitan langsung dengan cerita milik Author asli
Naruto pov
Aku amat menikmati suasana sore hari di desa Amegakure. Aku berada di pinggiran desa tersebut dan mencari ketenangan melalui kicauan burung. Dua tahun berlalu semenjak peperangan itu usai. Aku memangkas rambut kuning matahari milikku sebagai wujud belasungkawa pada banyaknya teman-temanku dan warga lainnya yang meninggal saat perang. Rasanya sudah lama sekali aku tidak kembali ke desa. Aku sangat merindukan desa ku itu. Aku rindu Konoha.
Tepatnya satu tahun yang lalu aku memutuskan untuk pergi sementara dari desa dan mencari ketenangan dengan menjalani perantauan. Aku sudah mengelilingi banyak desa dan melewati luasnya lautan. Hal itu aku lakukan karena selama didesa aku tidak berhenti mendapatkan mimpi buruk dan melihat kilas balik bagaimana orang-orang terdekat ku mati satu persatu saat peperangan berlangsung.
Hidup di perantauan menjadikan ku seseorang yang lebih dewasa, tidak lagi menjadi Naruto yang hiperaktif dan konyol seperti dulu. Hanya agak sulit untuk menghilangkan sifat ceroboh dan otak yang tidak pintar. He.
Hari ini aku berada di Sunagakure untuk menghadiri sebuah pertemuan antara lima kage dan para pejabat desa. Dan aku bingung. Ya, aku bingung mengapa aku harus diundang, apalagi yang mereka rencanakan. Aku harap bukan sesuatu yang buruk.
Satu-satunya yang menjadi alasanku datang adalah untuk mengetahui siapa yang akan menggantikan nenek Tsunade menjadi Hokage.... Dulu aku sangat berambisi pada posisi itu dan entah kapan aku mulai kehilangan minat.
.
.
.Aku baru saja memasuki ruangan besar di tengah desa Suna. Tempat ini mungkin semacam aula serbaguna bagi warga desa.
Aku menatap Kakashi Sensei yang tersenyum ke arahku. Ah, rasanya rindu sekali pada guru ku itu. Tapi ngomong-ngomong kenapa ia ada disini?
Disana juga ada nenek Tsunade yang tersenyum padaku, tapi tidak lama wajahnya berubah sebal seperti akan memakanku hidup-hidup. Pasti dia kesal karena aku kabur dari desa.Lima kage dan beberapa tamu undangan lainnya sudah duduk di meja melingkar yang besar. Aku menyusul mereka semua dan duduk disebelah Gaara yang masih menjabat sebagai Kazekage.
"Kenapa rapatnya belum dimulai?" Tanyaku pada Gaara. Sudah sepuluh menit mereka menunggu, tapi rapatnya belum juga dimulai."Masih ada satu orang lagi. Tunggulah" bukan Gaara yang menjawab melainkan guru Kakashi.
Gaara hanya tersenyum kecil, sedangkan aku dibuat kesal oleh mantan guru ku itu.
Tidak lama kemudian...... Aku mengerjapkan mataku tak percaya. Yang ditunggu oleh mereka adalah...... Sasuke. Uchiha Sasuke. Teme pantat ayam.
Hey!
Kemana saja dia selama ini, aku sudah lama tidak mendengar kabar dari Uchiha-Teme-Sasuke. Bahkan setelah peperangan dia hanya satu bulan berada di desa lalu menghilang entah kemana seperti biasanya.Tunggu dulu.... baju itu.... Akatsuki???
Teme (baca: Sasuke) duduk di kursi di seberang ku. Dia tampak lebih dewasa saat ini, rambutnya semakin panjang dan membuatku gemas untuk segera memangkas nya. Tapi ya sudahlah... yang mencolok dari kedatangannya itu adalah bajunya. Lambang awan warna merah di bajunya menyeret ku kembali ke masa-masa kelam dimana akatsuki menjadi alat pembunuh paling ditakuti."Teme" Panggil ku sambil menatapnya yang baru saja duduk.
"Hn"
"Apa-apaan baju itu. Kau akan membuatku mimpi buruk lagi malam ini. Arggghhh" suaraku setengah berteriak. Beberapa orang yang hadir hanya mendengus pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasunaru Love Story: Prelude (PDF READY)
FanfictionProject Pdf ini akan mengambil tema Canon berlatar dunia Shinobi Apa yang akhirnya membuat Naruto akhirnya menyerah? disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto