"Ditempat ini, jam 3 sore."
Helaan nafas pelan terdengar menyapa telinga. Senyumnya mengembang perlahan. Semilir angin sore ini yang sedikit kencang membuat rambutnya tersibak begitu saja. Senyumnya seketika lenyap begitu saja ketika otaknya memaksa untuk berputar mengingat hal-hal yang seharusnya tak lagi ia ingat.
Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri menatap sekitar. Tidak banyak orang disini. Hanya dirinya dan beberapa orang yang terlihat duduk di tengah tengah beralaskan tikar. Mereka sedang piknik, begitu pikirnya. Tatapannya kembali jatuh pada ayunan didepannya. Berjalan mendekati ayunan, langkahnya menimbulkan suara karena daun daun kering yang ia injak.
Ingatannya terputar pada hari dimana ia untuk pertama kalinya berjumpa dengan lelakinya. Lelaki yang selalu ia tunggu tunggu kehadirannya, lelaki yang selalu memberi kalimat manis setiap kali ia membuka dan menutup mata, lelaki yang selalu menjadi alasan senyumnya terus bertahan. Hingga sekarang. Ia Jason, lelakinya. Lelaki yang menjadi kebanggaannya.
"Duduk disini," katanya. Ia menarik tangan Gracia menuntunnya untuk duduk. "Aku kesini terus setiap sore Gre." Senyumnya mengembang, dan itu menular kepada Gracia. Gadis itu ikut memamerkan senyumnya.
Gracia selalu suka setiap kali mendengar lelakinya bercerita. Ia suka mendengarkan bagaimana Jason akan terbawa suasana akan ceritanya sendiri. Ia akan sedih ketika ia menceritakan kisah menyedihkannya, atau ia akan tertawa terbahak-bahak ketika ia menceritakan kisah lucunya. Gracia suka mendengarkan Jason bercerita. Bahkan ketika Jason diam, Gracia akan tetap menyukainya.
Suka mendengarkan bukan berarti Gracia menjadi manusia yang terus diam. Ia hanya berusaha menjadi pendengar yang baik untuk Jason, setidaknya ketika ia sedang berbicara. Gracia seperti gadis pada umumnya, ia akan cerewet ketika membahas sesuatu yang ia suka. Dan ia akan diam ketika topik pembahasannya tak sesuai dengannya. Ia tetap mendengarkan, ia hanya akan jarang menanggapi.
Gracia menatap Jason yang sedang menyingkirkan daun daun kering di ayunan sebelahnya. "Je, How's your day?" Kakinya bergerak pelan, senyumnya tak pudar, netranya terpaku pada sosok disampingnya. Oh anyway, Je atau Jeje adalah panggilan khusus dari Gracia untuk Jason.
"Sooo good, kamu gimana? Ada cerita apa hari ini?" Ia menjawab setelah mendudukkan dirinya di ayunan sebelah gadisnya. Ayunannya sedikit ia putar sampai ia benar benar menatap gadisnya persis didepannya.
"Monoton, tapi seneng. Tadi ketemu Mr. Joe ngomongin skripsi, capek terus pulang dapet surprise dari pacar." Ia menjeda kalimatnya memberikan tawa sejenak dengan mengunci pandangan pada objek didepannya. "Terus jadinya seneng, capeknya ilang."
"Ah jadi malu, so sweet banget pacarnya." Gracia tertawa mendengarnya. Baginya itu menggemaskan, Jason punya tingkat kepedean yang luar biasa tinggi. Ia juga bisa menjadi manusia aneh, but she loves her weirdo no matter what.
"Iya ih gemes ga sih pacar aku." Jason ikut tertawa karena respon Gracia. Tawa Jason adalah mood Gracia. Matanya akan terpejam saat ia tertawa, bagi Gracia itu ciptaan Tuhan yang paling indah sekaligus dengan orangnya.
"Kak Gre," sebuah panggilan lembut tiba-tiba yang mendarat sempurna ditelinga Gracia. Gadis itu menatap Jason bingung. Terlihat dari satu alisnya yang terangkat. Ia memilih diam.
"Kak Gre," dua kali dan Gracia tetap diam. Ia menunggu apa yang akan dikatakan manusia jangkung itu.
"Kak, bilang 'iya kenapa Jeje?' Gitu dong. Aku berasa ngomong sama pohon disebelah kamu." Jason melunturkan senyumnya. Ia pura pura marah karena tak ada tanggapan yang diberikan Gracia untuknya.
"Kenapa tiba-tiba coba?"
"Gatau. Kangen aja manggil Kak Gre." Senyum yang semula hilang akhirnya kembali. Gadisnya memberi respon, ditambah dengan senyum manisnya. Tak ada alasan lain untuk tidak memberinya senyum.
YOU ARE READING
Pluviophile; Gracia.
Romance"Kak Gre, hitung berapa banyak tetes air itu turun dari langit." Gracia mendongak menatap langit, ia tidak benar benar menghitung air yang berjatuhan. Ia mengharap pada Tuhan. Matanya terpejam. "Sebanyak itu aku cinta kamu. Aku cinta kamu banyak ban...