4. (Bagian Empat)

16 10 2
                                    

"Hai, Bro, Bro," seru Zidan dengan semangkok bakso di tangannya.

"Aku boleh duduk sini? Boleh dong." Tanpa menunggu persetujuan dari keempat cewek yang ada di sana, ia langsung duduk begitu saja di sebelah salah satu dari keempat cewek tersebut.

Ya, karena kejadian berebut tempat duduk tempo hari, kini Leta, Haura, Rihanna, Cika, Zidan dan Fahmi menjadi teman segeng yang selalu membuat gaduh kelas.

"Si Fahmi kemana, Dan?" tanya Rihanna.

"Oh, itu tadi dia kena semprot Bu Siti gara-gara numpahin kuah bakso ke bajunya."

Rihanna membulatkan matanya terkejut. "Kok bisa? Terus, kamu tinggalin dia gitu aja?!"

Cika berdecak malas. "Ck. Tenang aja, gak akan apa-apa dia."

"Tau dari mana lo, Cik?" Kini Haura yang bertanya.

"Udah, kalian tenang aja pokonya," ujar Cika mantap.

Leta mendongak, menatap intens mata Cika. Sepertinya ia tahu sesuatu yang tidak semua orang ketahui soal Fahmi. Pasalnya, mengapa ia sangat yakin dan darimana ia tahu bahwa Fahmi akan baik-baik saja berurusan dengan kepala sekolah? Ah, mungkin saja Fahmi berasal dari keluarga kaya raya, apapun bisa diselesaikan dengan uang. Kenapa juga Leta harus overthinking seperti ini?

"Iya, santuy aja pokonya," ujar Zidan meyakinkan.

Rihanna mengangguk. "Iya, percaya. Btw, aku sama Cika mau ke perpus dulu nih. Mau ikut gak Let, Ra?"

Leta dan Haura menggeleng. "Gak, Ri, kita masih mau makan. Hehe...."

"Oke." Rihanna mengacungkan jempol dan berlari menuju perpustakaan.

"Let," seru Zidan.

"Hm...."

"Cariin pacar dong."

"Sama Rihanna aja, cocok kok kalian," jawab Leta tak acuh.

"Gak deh, masa mau sama nenek lampir?"

Haura menatap Zidan dan Leta bergantian.

"Kenapa, Ra? Mau minta dicariin cowok juga?" tanya Zidan.

Haura menggeleng. "Let, anter gue ke kamar mandi yuk. Kebelet," bisiknya.

Leta terkekeh. "Ya udah, aku sama Haura duluan juga ya, Dan, bye," pamit Leta dan meninggalkan Zidan sendiri.

Zidan berdecak sebal. "Kok aing* malah ditinggal, sih?!"

***

Selepas salat Asar, seluruh anggota teater baik kelas 10, 11, maupun 12 berkumpul di ruang seni. Karena hari ini adalah jadwal mereka latihan.

Leta dan Haura memasuki ruang seni setelah selesai menunaikan ibadah salat Asar dan yang pastinya touch up terlebih dahulu, agar tidak terlalu dekil.

Di sana banyak anak seangkatannya dengan kakak kelasnya sedang berkumpul di satu titik. Seperti sedang melihat sekaligus membicarakan sesuatu. Dengan sangat antusias, dua sejoli pun ikut berkumpul di sana untuk mengetahui ada hal apa yang sedang terjadi.

"Ada apa, sih?" tanya Leta kepada salah satu teman seangkatannya.

"Katanya ada anak kelas 10 yang ngirim surat cinta gitu ke Kak Rama."

Haura ngakak. "Ya ampun, masih jaman surat cinta?"

"Siapa yang ngirimnya?" tanya Leta lagi.

Haura mencolek dagu Leta genit. "Cie, takut kesaing ya?" bisiknya sembari terkekeh.

"Ck. Bisa diem gak?" Leta kembali fokus pada cewek yang tadi ia tanyakan.

"Gak tau, Let, ini lagi pada nge-stalk instagram-nya."

Leta mengangguk-angguk. "Kalau udah tau, kasih tau kita berdua ya?" pintanya sembari terkekeh.

Cewek itu mengacungkan jempol dan mulai menggali informasi kembali. Sedangkan Leta dan Haura memilih untuk menjauh dari kerumunan.

"Let, tapi masih mending dia tau, ngirim pake surat cinta. Daripada lo, diem mulu."

Leta memutar bola matanya malas. "Aku cuman gak mau, kalau nanti aku confess, dianya malah ilfeel, Ra."

Haura mengangguk, tidak berniat membalas perkataan Leta. Ia mengingat masa SMP-nya dahulu.

Ia pernah memberitahu Bima bahwa Leta menyukainya. Dan setelah itu Leta memusuhinya selama seminggu, alhasil Haura harus membujuknya agar cewek itu mau memaafkannya.

Padahal, saat Haura memberitahu Bima, ternyata cowok itupun memiliki perasaan yang sama terhadap Leta. Tapi, emang pada dasarnya Bima yang tidak mau persahabatan antara dirinya dan Leta hancur, akhirnya ia memilih untuk diam. Sama persis seperti Leta.

Sebenarnya, banyak cowok yang mengantri untuk memacari Leta. Hanya saja, cewek itu terlalu takut untuk memulai hubungan yang serius dengan seseorang. Ia lebih memilih untuk menyukai seseorang tanpa orang itu ketahui.

"Ayo, ke lapangan," seru Windy membuyarkan lamunan keduanya.

Leta dan Haura mengangguk bersamaan.

***

"Oke, kalau kemarin kita sudah latihan improvisasi, hari ini kita akan membagi kelompok," ujar Dirga, "ada yang tau kita mau ngapain? Mungkin kalau kelas 11 dan 12 udah pada tau kan, ya? Nah, anak kelas 10 nya ada yang tau gak mau ngapain?"

Mereka semua menggeleng, kecuali seorang cowok. Ia mengacungkan tangannya.

"Mau bikin kelompok paduan suara, Kak!" ujarnya lantang, membuat semua orang yang berada di sana tertawa.

"Dikira ekskul paduan suara apa," cibir Haura sembari terkekeh.

"Hah? Memang ini ekskul paduan suara, kan?" tanya cowok berbadan mungil tersebut kepada Haura.

"Ini ekskul teater, Malih!!!"

"Loh kok? Kayaknya aku salah masuk ekskul, ya?" Cowok itu berlari menuju ruang seni. "Perasaan tadi ada yang bilang kalau ini ekskul paduan suara," ucapnya pada diri sendiri.

Leta berbisik kepada Haura, "Emang nama dia Malih, ya?"

"Gak tau juga, gue asal nyebut aja tadi."

Leta menahan tawanya, ada-ada saja kelakuan sahabatnya yang satu ini.

"Maaf, Sahabat!" ujar cowok tadi keluar dari ruang seni dengan membawa tasnya. "Saya pamit, ya, Sahabat!" Ia berlari menuju gerbang sekolah.

Dirga menggeleng heran, bisa-bisanya ada siswa yang salah masuk ekskul.

"Udah, udah, kita fokus lagi." Dirga memberi jeda sampai semuanya diam. "Nah, jadi, materi kali ini masih berhubungan dengan materi kemarin, yaitu improvisasi. Kalian, membuat drama tanpa naskah dengan kelompoknya yang nanti akan Kak Reyna pilihkan. Tidak usah lama-lama, bikin drama yang singkat saja. Saya beri lima belas menit untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing, setelah itu akan ditampilkan satu-persatu. Ada yang mau ditanyakan?"

"Kak, tampilnya, urutannya gimana?" tanya Salma anak kelas 11.

"Nanti, ketua kelompoknya gambreng alias hompimpa."

Cewek tersebut mengangguk mengerti.

"Masih ada yang mau ditanyain lagi?"

Semuanya menggeleng. "Gak ada, Kak."

"Oke, aku yang bagi kelompoknya ya," ujar Reyna.

"Oke, kak," jawab semuanya serempak.

***

Bagi yang belum tau,
*Aing itu artinya saya atau aku, ya.


Jangan lupa vote dan komen, oke!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

L'amour En SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang