GENERASI TUKANG NGELES

227 50 3
                                    

Kata ngeles merupakan plesetan dari kata alasan. Secara kebahasaan ngeles berarti menghindar, menampik, mengingkari, membela diri, mencari alasan dan mencari pembenaran.
Fenomena tukang ngeles banyak ditemui dijaman sekarang. Umumnya tukang ngeles dilakukan oleh orang yang kurang memperdalam wawasannya namun banyak tingkah.

Tukang ngeles susah menerima kebenaran namun suka mencari pembenaran diri. Menganggap seolah tindakannya itu wajar-wajar saja, padahal salah. Tukang ngeles tidak sadar yang dilakukan salah tapi pandai mengoreksi orang lain.
Contoh, kenapa tidak pakai helm? Jawabnya "Ah, dekat sini saja kok", memangnya anda bisa memprediksi kapan anda kecelakaan atau tidak? Ada lagi alasannya karena di jalan yang dilalui tidak ada polisi, harusnya tujuan pakai helm bukan karena takut razia polisi tapi keamanan melindungi kepala seandainya terjadi kecelakaan.

Kenapa tidak pakai hijab? Alasan yang paling sering, belum dapat hidayah. Lalu bagaimana jika pintu hidayah nanti tertutup?.  "Mending hatinya dulu pakai hijab", maksudmu apa? Hati kok berhijab? Justru hati harus dibuka kalau hati berhijab artinya tertutup, kalau sudah tertutup bagaimana bisa menerima kebenaran?

Kenapa pakai baju minim? Tak takut kena pelecehan seksual? Jawabannya "meskipun pakai baju tertutup kalau dasarnya lelaki mesum tetap saja mesum". Cara bernalarnya adalah saling menjaga, dengan berpakaian tertutup itu artinya sudah menjaga diri dari pelecehan seksual, jika sudah pakaian tertutup masih digoda atau dilecehkan berarti oknum lelakinya yang tidak bisa menjaga nafsu. Pihak perempuan menjaga auratnya sementara pihak lelaki menjaga nafsunya.

Ada hal yang menggelikan, yaitu ketika ada orang dengan baik-baik mengingatkan malah jawabnya "Nerakaku bukan urusanmu, apalagi surga belum tentu jadi tempatmu". Orang seperti ini macam paling betul saja. Cara bernalarnya bukan begitu, kalau jawabannya seperti itu namanya menolak untuk menggunakan otak dalam bernalar, lantas buat apa punya otak jika tidak dipakai untuk bernalar?
Begini cara bernalar yang benar, ketika ada orang yang mengingatkan kita itu sama halnya Tuhan menegur kita melalui perantara orang tersebut, karena mungkin lingkungan pergaulan anda tidak mendukung untuk mengikuti kajian-kajian ibadah, sehingga Tuhan menegur melalui orang-orang disekitarnya. Paham?

Ada lagi yang berpendapat, "Jadi orang jangan munafik, percuma ibadah tapi kelakuan hina". Ungkapan tersebut disebabkan kurangnya wawasan pergaulan. Bisa dipastikan berada di lingkungan yang penuh orang-orang tak sejalan antara perkataan dan kelakuan, padahal itu oknumnya saja. Artinya kurang jauh lingkungan bersosialisasi dan kurang beraneka ragam pergaulannya, sehingga tak mampu bernalar secara bijak. Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya jika terus-terusan ngeles maka tidak akan pernah menemukan hikmah kebenaran. Oleh sebab itu hidupkan nalar dan rangsang otak untuk berpikir agar tidak sia-sia tersimpan di kepala karena terlalu jarang dipakai berpikir. Nilai ibadah itu mulia, jika ada orang yang beribadah namun masih bermaksiat itu hanya oknumnya saja, sementara nilai ibadahnya tetap mulia. Kelakuan kita ibarat penyakit, sementara ibadah adalah obatnya. Kemudian untuk dapat sembuh memerlukan proses, bukan berarti percuma minum obat tapi masih sakit, tidak ada yang percuma karena usaha itu yang terpenting.

Setelah saya uraikan seperti di atas. Mengapa masih ada penolakan terhadap kebenaran? Apa karena memang tidak tahu atau cara bernalar anda yang bermasalah? Atau anda sudah bisa menjamin masa depan anda pasti tobat? Yakin semua baik-baik saja?
Mengapa selalu banyak alasan dan mencari pembenaran sendiri? Mengapa tidak mengakui saja "Iya, maklumi saya. Terimakasih sudah mengingatkan. Doakan saya lebih baik kedepannya".
Mengapa susah sekali menerima kebenaran? Hidup semaunya sendiri? Mengatasnamakan kebebasan? Bukankah kita tidak hidup sendiri, kita mahluk sosial, nyatanya saling membutuhkan kehadiran orang lain. Bumi yang kita pijak bukan milik perseorangan. Orang lain juga numpang tinggal di bumi sampai ajal menjemput maka hargai juga orang lain. Jika tidak ingin risih jangan pula berbuat risih terhadap orang lain.
Sampai pembahasan ini sudah paham atau masih ingin ngeles?

Silahkan dipikirkan, anda boleh sependapat dan boleh tidak.

06 Juli 2020

COBA PIKIR BAIK-BAIK !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang