BULLY

110 21 11
                                    

Mendengar kata bully pasti tidak sedikit orang yang mengecam tindakan tersebut. Karena pelaku bullying sangat meresahkan dan tidak sedikit korban yang trauma berat akibat terus-terusan menjadi target bully-an.

Bully/bullying adalah perilaku nakal atau perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan secara verbal, fisik, sosial maupun melalui dunia maya yang dilakukan oleh seorang atau kelompok terhadap orang lain. Secara verbal dilakukan dengan memaki, menghina, membentak-bentak dengan tujuan membuat gopoh, mengolok-olok di depan publik secara beramai-ramai atau bisa juga menyindir secara terang-terangan dengan maksud korban sakit hati mendengar sindiran tersebut. Secara fisik dilakukan dengan melempari dengan benda tanpa sepengetahuan korban, merusak barang korban, mengunci korban di suatu ruangan, menyiramkan air, bahkan memukul secara terang-terangan. Ada pula bullying dalam kehidupan sosial biasanya dilakukan dengan mengucilkan, membeda-bedakan, mendiamkan tidak menganggapnya tanpa ada alasan yang jelas mengapa tindakan tersebut dilakukan. Dan di era digital seperti saat ini, bullying banyak dilakukan melalui media sosial atau lebih dikenal dengan nama cyber bullying, yaitu mengirim pesan teror, menyebarkan berita bohong, membuat akun palsu dengan foto seseorang untuk merusak nama baiknya, menyebarkan foto korban yang telah di-edit tidak sebagaimana mestinya dan lain sebagainya.

Lalu adakah solusi untuk menghadapi bullying?

Banyak artikel hingga penyampaian forum umum dari pembicara/narasumber dalam kegiatan kesiswaan, mahasiswa atau kegiatan-kegiatan seminar antibully lainnya yang hanya memberikan solusi teoritis. Biasanya para narasumber tersebut akan memberikan tips-tips menghindari bully, kiat-kiat untuk menghadapi trauma akibat bully atau tentang sistem-sistem yang harus diterapkan di suatu lembaga pendidikan agar menindak tegas pelaku bully, dan semacamnya. Silahkan Anda cek, baik di beberapa artikel Internet bahkan konten-konten Youtube tentang antibully-pun hanya berbagi tips-tips antibully saja dan belum tentu juga pembicara tersebut dapat berbuat banyak ketika menjadi korban bully, karena memang hidupnya berada di zona aman sehingga kecil kemungkinan merasakan langsung menjadi korban bully. Lalu apakah benar orang-orang korban bully bisa mempraktekkan sesuai penyampaian para narasumber tersebut? Fakta yang ada sangat kecil jika korban bully bisa mempraktekkannya. Dibeberapa kasus korban bully melaporkan pelaku kepada pihak yang berwenang, ada yang berhasil meredakan namun tidak sedikit yang menimbulkan dendam bagi pelaku untuk membalas dikemudian hari.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh korban bully?

Korban bully harus terjun langsung dalam pembentukan mental. Itulah sebabnya mengapa banyak sekolah-sekolah sekarang pada masa orientasi siswa bekerja sama dengan aparat militer untuk pembentukan karakter (sebelum pandemi). Pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan aparat militer khususnya yang berdinas di satuan tempur yaitu batalyon-batalyon infanteri yang mayoritas dihuni oleh orang-orang yang sudah menjalani kehidupan yang keras. Orang-orang bermental baja, tahan banting atau istilah yang sering saya dengar dari teman-teman militer "Maju dulu, kalah menang urusan belakang". Andapun bisa merasakan aura yang kuat ketika berkumpul dengan mereka. Itulah sebabnya ada keterkaitan dalam syair Tombo Ati salah satunya berbunyi wong kang soleh kumpulono. Arti luasnya dalam syair Obat hati, jika ingin menjadi orang sholeh maka berkumpulah dengan orang sholeh, jika ingin sukses berkumpulah dengan orang-orang sukses, jika ingin pintar berkumpulah dengan orang-orang pintar dan salah-satunya jika ingin memiliki karakter yang kuat maka berkumpulah dengan prajurit-prajurit yang bermental baja tersebut. Maka nantinya dalam kegiatan pembentukan karakter, selama beberapa hari siswa-siswi tersebut dibentuk dan digembleng secara semi militer agar tertanam nilai-nilai kedisplinan, kekompakan, mental juang, pantang menyerah dan berani bertindak.

Korban bully, saya sarankan mengikuti kelas beladiri atau ikut latihan pencak silat dan semacamnya. Dalam kegiatan beladiri ditanamkan sifat-sifat keberanian dan disiplin. Selain penting untuk melindungi diri juga penting untuk pembentukan mental dan karakter. Pelan-pelan tetapi pasti asalkan rutin mengikuti kegiatan beladiri, maka akan terbentuk pula keberanian dalam diri. Memang awalnya berat, namun jangan takut memaksakan diri.

Lalu bagaimana dengan korban-korban bully yang memang tidak memiliki fisik sempurna atau memiliki cacat mental? Disitulah pentingnya peran persatuan. Jika para korban bully berdiri sendiri maka akan membuatnya lemah, jika bersatu maka akan kuat. Satu ranting pohon akan sangat mudah dipatahkan namun ketika seratus ranting disatukan menjadi ikatan, maka akan susah dipatahkan. Maka penting bagi korban-korban bully yang sudah berpengalaman dalam pembentukan mental dan membekali beladiri untuk mengayomi korban-korban bully yang lain.

Bagi Anda, jika melihat ada orang yang sedang di-bully, jangan membiarkan saja, tengahi permasalahan dengan beramai-ramai, klarifikasikan permasalahan dan selesaikan baik-baik. Mengapa saya menyarankan Anda datang beramai-ramai, karena pelaku bullying rata-rata keroyokan dalam menjalankan aksi bejatnya. Bersatulah untuk memerangi bully, persiapkan mental Anda, bekali diri Anda dengan beladiri, latih fisik Anda dengan berolahraga, bekali juga kemampuan akademik Anda. Mengapa kemampuan akademik juga diperlukan? Karena salah satu dari korban bully bisa memperjuangkannya lewat jalur hukum. Korban bully bisa menempuh kuliah di fakultas hukum, dengan harapan ketika ada korban bully tidak cukup diselesaikan dengan minta maaf, namun harus dilakukan penuntutan hukum dan ganti rugi. Karena menuntut secara hukum adalah balas dendam terbaik bagi korban bully.

Bagi orangtua, wajib membentuk karakter keberanian anak-anaknya. Orangtua harus bisa mengajari anaknya berkelahi dalam artian membela diri ketika terdesak. Meskipun saat artikel ini ditulis saya belum memiliki anak, namun saya kagum dan bangga dengan cara ayah saya mendidik. Dulu ketika saya berkelahi pulang dalam keadaan kalah dan menangis, orangtua saya bukannya malah membela justru memarahi saya "Kamu kalau kalah kelahi jangan menangis, masa begitu saja cengeng, jangan pulang kalau hanya ingin mengadu". Hal itu membuat saya takut pulang jika kalah berkelahi. Saya sering kalah berkelahi. Namun karena saya jauh lebih takut dimarahi ayah, maka saya mencari-cari cara bagaimana menang berkelahi, saya melihat film-film kungfu, dari itulah saya mulai berani. Kelas satu SD saya mulai menang berkelahi. Kelas lima SD, saya di-bully oleh kakak kelas kemudian saya hantam dia dengan gear sepeda. Dilain waktu saya dikeroyok. SMP kelas satu saya satu sekolah dengan kakak-kakak kelas pelaku bully tersebut. Saya meminta ijin bergabung dengan pencak silat namun tidak dibolehkan oleh ibu karena takut terus-terusan terlibat perkelahian. Namun saya memaksa dan berdalih, apakah mau jika Anakmu pulang sekolah babak-belur karena tak mampu membela diri? Dari sinilah Ibu saya luluh dan mengijinkan. Berbeda dengan ayah saya yang memang keras dan tidak begitu mempedulikan mau ikut kegiatan apapun. Intinya saya tak mau lemah, karena lemah adalah target kepuasan para pem-bully.

Dari keseluruhan yang saya sampaikan, intinya korban bully harus melawan balik. Apapun yang terjadi Anda harus melawan balik. Ingat!, berdiam diri saja hanya akan membuat Anda semakin lemah dan menjadi objek yang menyenangkan untuk dijajah. Anda harus melawan balik. Tegakkan kepala, berdirilah diatas kebenaran. Hidup dan mati kehendak Illahi, kalaupun harus mati hari ini setidaknya sudah melakukan perjuangan yang berarti.

27 Juli 2020

COBA PIKIR BAIK-BAIK !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang