BAB 9

285 16 3
                                    

“Air dan minyak tidak menyatu bukan karena mereka tidak bisa, tapi mereka memilih tetap berdampingan supaya tidak saling menyakiti satu sama lain”

Meiva Adi Nugroho

Terlihat seekor serangga yang sedang merayap dengan delapan kakinya. Tak lupa dengan jaring yang berada di telapak kakinya. Serangga yang berhasil membuat gaduh kamar Fatin.

Yaps?! Laba-laba!

Fatin segera berdiri, dan tertawa melihat Meiva yang terlentang kesakitan sambil memegang pantatnya yang ditendang oleh Fatin. Sedangkan Brenda sedang ketakutan dipojok ruangan menjauhi serangga yang menurutnya menakutkan itu.

“gak usah ketawa napa? Sakit nih” sebal Meiva

“suka-suka guelah, kamar gue ini. Kalo mau nyalahin, noh salahin aja si Brenda kenapa bisa teriak gak jelas gitu” Fatin menghentikan tawanya dan menengok mendapati Brenda yang sedang mengarahkan tangannya kearah gorden dengan tangan yang bergemetar. Meiva yang tidak tahu apapun, ikut menengok kearah yang Brenda tunjuk. Penasaran.

“AAAA LABA-LABA!!!” teriak Meiva sampai mata sipitnya melotot, membuatnya mendekat kearah Brenda, ikut ketakutan sampai tidak sadar memeluk Brenda. Sedangkan Brenda juga tidak sadar memeluk tubuh Meiva juga.

Fatin hanya menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan kedua sahabatnya yang begitu ketakutan.

“cemen lo berdua, serangga kecil gini aja takut” ledek Fatin sambil melangkah mendekati laba-laba yang hinggap di gorden tak jauh darinya.

“Fatin jangan?! Nanti lo digigit terus jadi spidergirl gimana?!” teriak Brenda yang diangguki oleh Meiva.

“ngaco lo berdua” dilanjutkan Fatin yang terkekeh sambil mengambil laba-laba itu dan beranjak ke balkon, berniat membuangnya. Tatapan Meiva dan Brenda tak lepas dari gerak-gerik Fatin barusan.

Setelah membuang serangga kecil tersebut, Fatin melihat kearah kedua sahabat kecilnya yang sedang menatapnya dengan intens.

“lihatnya biasa saja kali, gue tahu kadar kecantikan gue gak akan pernah luntur” tingkat ke PD-an Fatin sudah mencapai puncaknya. Siapapun tolong jagain Fatin supaya tidak terbang terlalu tinggi!!

“Yeu muka kaya pantat panci saja belagu lo” sinis Brenda yang masih belum menyadari keadaannya.

“Emang dasar buntut kuda, jauh-jauh gih sana?! cuci tangan!!”

“Sirik ae lu pada, kagak pernah dibanting beruang ya?” sebal Fatin

“Udah gih sana cuci tangan, jangan lupa cuci muka” suruh Brenda

Tanpa mengucapkan apapun, Fatin segera menuju kamar mandi yang berada dikamarnya. untuk cuci tangan dan cuci muka. Menurut apa yang dikatakan Brenda. Setelah itu beranjak keluar.

“ngapain lo berdua? Serangganya udah gue buang dari tadi kali” ledek Fatin yang melihat Brenda dan Meiva belum melepaskan pelukan satu sama lain.

Seketika Brenda dan Meiva terdiam dan saling menengok, tatapan mereka terkunci. Sampai dehaman Fatin membuat mereka tersadar dan saling berjauhan.

“gue gak bisa tidur, lo berdua harus tanggung jawab” ketus Fatin sambil duduk di kasur Queensize nya

“iye tuan putri” sebal Meiva membuat Fatin tersenyum

“Nda, lo buat coklat panas didapur gih. Bubuknya ada di rak bagian atas” suruh  Fatin kepada Brenda yang sedang tersenyum kearah Meiva. Kok hati gue dag dig dug gini si? – Brenda

Tomboy Vs Playboy(revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang