11

11K 2.1K 196
                                    

Senin (13.13), 06 Juli 2020

-------------------------

Zie pura-pura tersenyum geli mendengar pertanyaan John. "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Aku merasa mengenalmu."

Zie menangkup pipinya. "Wajahku memang pasaran."

John menggeleng tegas. "Tidak. Aku merasa memang mengenalmu."

"Baiklah. Jadi kita saling mengenal?" Ada nada menantang dalam suara Zie.

John terdiam.

"Hanya perasaanmu." Zie tersenyum menenangkan. "Jadi jangan bebani dirimu untuk sesuatu yang tidak nyata." Lalu dia berdiri.

Mendadak John juga berdiri. Dalam beberapa langkah lebar, dia menghapus jarak antara mereka lalu merangkul pinggang Zie, membuat mata Zie terbelalak kaget.

"Kau—mau apa?" Ada nada panik dalam suara Zie saat kedua tangannya menyentuh dada John lalu berusaha mendorongnya.

"Lihat aku!" geram John sambil menangkup rahang Zie dengan tangannya yang bebas lalu memaksa wanita itu memandangnya. "Katakan kau tidak mengenalku." John mengatakannya setengah berbisik namun memaksa.

Zie menelan ludah. Namun dia berusaha sekuat tenaga membalas tatapan manik hitam pekat itu. "Aku tidak mengenalmu, John. Setidaknya sebelum kau datang ke kota ini."

Selama beberapa saat, John tetap tak melepaskan Zie. Dia masih memandang manik mata sewarna madu Zie dengan tajam, seolah berharap bisa menebak isi hatinya. Namun tahun-tahun hidup dalam dunia malam membuat Zie tahu cara berbohong dengan baik. John tak bisa menebak yang dikatakan Zie tadi bohong atau jujur. Hingga akhirnya dia mengalah dan melepaskan Zie lalu mundur.

"Siapa orang dalam foto itu?"

Zie pikir dirinya sudah bisa bernapas lega. Tapi sepertinya belum. "Papa kandung baby Bo."

"Siapa namanya?"

John bertanya dengan nada biasa. Tapi Zie bisa merasakan tuduhan dalam sorot matanya. Seberapa jauh John mengingatnya? Atau dia hanya menebak?

"Nathan."

"Nathan?" ulang John memastikan.

Zie mengangguk.

"Nathan Fabian?"

Zie pura-pura tertawa pelan. "Nama Fabian aku pilih secara acak. Tidak ada hubungannya dengan papanya."

"Sungguh?"

"Iya, astaga. Kenapa kau jadi seperti detektif yang sedang menyelidiki kejahatan?" Zie tergelak.

Namun John tak tertawa. Dia masih menatap Zie tajam. "Sekilas tadi aku yakin mengenalmu, Zie."

"Hanya perasaanmu." Lalu tanpa menunggu tanggapan, dia mengangkat tangan untuk menggelung rambutnya. "Tidak keberatan menjaga baby Bo untuk beberapa menit lagi, kan? Aku ingin mandi."

John mengangguk pelan tapi tampak masih tidak puas dengan jawaban yang diberikan Zie. "Tidak perlu bertanya. Aku sangat menikmati waktuku bersama baby Bo."

Zie tersenyum. "Terima kasih," gumamnya lalu bergegas menuju kamar mandi untuk mencegah John kembali melontarkan pertanyaan yang memaksa Zie harus berbohong. Lagi.

***

"Kenapa kita janjian di sini? Kau bisa langsung memberitahuku informasi apapun itu di telepon, kan?" Rana melipat kedua tangan di depan dada. Dagunya terangkat angkuh saat membalas tatapan Leon.

"Aku ingin nonton film dulu," ujar Leon santai sambil menunjukkan dua tiket di tangannya.

Rana melongo. "Maksudnya, aku harus menunggu sendirian di sini sampai kau selesai berkencan?"

The Baby's FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang