januari

940 93 49
                                    

[ 1 ]

_

Sosok itu.

Lagi lagi sosok itu yang kutemui dari luar jendelaku. Turut mewarnai pemandangan indah kota Seoul di malam hari-- keberadaannya bagaikan bulan yang selalu setia menemani malam.

Lelaki itu tersenyum ke arahku. Matanya yang menyipit sempurna diiringi oleh cengiran khas miliknya, berhasil membuat diriku tersenyum gemas.

"Fiona? Kamu lagi apa?"

Mendengar suara langkah mama yang kian mendekat, dengan cepat ku tutup tirai jendela kamar kemudian beralih duduk manis di atas kasur.

"Nggak ma, tadi cuma lagi liat pemandangan aja. Langit malam ini indah, penuh bintang," ujar diriku, berusaha meyakinkan mama yang tengah menatapku penuh selidik.

Kulihat mama menghela nafas panjang sebelum lantas duduk di sisiku.

"Gimana keadaan kamu?"

"Seperti biasa, ma. Aku baik baik aja kok."

Senyuman manis terulas lebar di wajah ku. Bukannya aku ingin berbohong kepada mama, hanya saja aku tidak ingin membuatnya khawatir.

"Yaudah kalau begitu, mama pulang dulu ya.. Besok mama dateng lagi. Kamu istirahat yang banyak," ujar wanita paruh baya itu sembari melangkah keluar.

Seketika senyumku pudar melihat kepergian mama. Dengan selang infus yang setia tertancap pada tubuh ringkih ini dan baju pasien yang begitu kebesaran, kulihat pantulan diriku di cermin. Begitu miris.

Sudah satu setengah tahun kuhabiskan masa mudaku di dalam bilik kecil rumah sakit. Bau obat obat an dan jarum suntik sudah menjadi makanan sehari hari bagiku.

Memang miris nyatanya. Kondisi jantungku yang lemah tidak pernah memungkinkan ku untuk melanjutkan hidup layaknya anak muda lainnya.

Ku langkahkan kaki mendekat ke arah jendela. Kubuka sedikit tirai abu yang tengah menutupi ruang kamarku.

Lelaki itu telah menghilang, tergantikan oleh salju putih yang kini tengah turun menghiasi kota kelahiranku.

Tetapi, tak selang beberapa lama, sosok pemuda yang kunanti itu datang menyapa penglihatanku. Di genggamannya terdapat sebuah karton yang bertuliskan,

'Tidak seharusnya seorang gadis cantik sepertimu menonton salju pertama tahun ini sendirian'

Kudapati diriku tersenyum membaca pesan tersebut. Nyatanya, hidupku yang monoton kini menjadi begitu berwarna dengan keberadaan sang lelaki yang tidak kuketahui namanya itu.

Bagaikan berjalan di bulan tanpa gravitasi, langkah ku selalu terhuyung tanpa arah. Namun, sekarang telah ku temukan cahaya-- tempat untuk menapak dan berjalan. Dan kuharap dirinya akan selalu ada hingga akhir duniaku.

-

Moon Man | Kwon Soonyoung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang